Story About Mino : Snow on the sahara

77 8 3
                                    

Jennie melipat jaket Mino yang terjatuh di lantai kamarnya, Mino tertidur pulas di kasurnya. Ia tersenyum memandang wajah Mino yang damai saat tertidur, ia mengelus pelan pipi Mino, selayaknya seorang Ibu yang puas ketika buah hatinya tertidur tatapan sayang Jennie kepada Mino yang sedang tertidur nyenyak setelah harinya yang berat menyiratkan sesuatu yang dalam. Betapa ia ingin terus memberikan rasa nyaman kepada laki laki yang sudah ia pacari selama 6 bulan lamanya itu. Jemari lentiknya membenarkan selimut Mino dan beranjak keluar dari kamarnya.

Ia melirik jam dinding di ruang tamu rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, ia kemudian bergegas ke dapur, membuka lemari es dan memilih beberapa ayam serta sayuran yang akan ia masak untuk makan malam.

Dering ponselnya terdengar nyaring di sore yang gerimis, ia melihat ponselnya.

"Ibu" demikian tertulis di layar ponselnya.

"Halo bu" jawabnya.

"Halo Jen, apa kamu sudah dirumah?" Tanya ibunya

"Ya sudah sejak pukul 2 siang aku dirumah, sekarang aku memasak makan malam, Ibu makan dirumah kan?" Jennie meletakkan sayur yang sudah ia bersihkan di mangkuk baru, siap untuk dibumbui.

"Tidak, ibu harus mendampingi dokter operasi, sepertinya akan larut malam pulangnya" Ibu Jennie adalah seorang perawat yang cukup handal dalam mengerjakan pekerjaanya, semua dokter dan pasien sangat menyukai Suster Kim.

Jennie terlihat kecewa, karena ini sudah malam ketiga ia tidak makan malam dengan Ibunya "Oh baiklah kalau begitu bu, aku akan makan dengan Mino saja"

"Mino ada dirumah?" Tanya Ibunya.

"Iya bu" Jennie menghela nafas "Paman David dan dia bertengkar tadi di telepon, Mino sepertinya kesal dan ikut pulang denganku, ia sedang tidur di kamarku bu"

"Nyonya Christine tadi mampir untuk kontrol rutin di rumah sakit, dan ia bertemu Ibu"

"Lalu? Apa Bibi Christine mengatakan sesuatu?" Jennie terlihat tertarik dengan ucapan ibunya

"Dia hanya berpesan bahwa ia akan meneleponmu setelah ia selesai melakukan urusannya sore ini" Ibunya menjawab

"Baiklah kalau begitu, aku akan menunggu telpon dari nya" Jennie kembali membuka kulkas dan mengeluarkan jamur kancing segar, Mino sangat suka makan jamur kancing.

Tak berapa lama Ibunya menyudahi sambungan telponnya, ia sibuk mengiris jamur kancing, memasak ayam dan sayur sambil mendengarkan siaran berita di tv kecil yang terletak di meja ruang tamu yang langsung berseberangan dengan dapur.

Saat ia mulai merebus sayur, ponselnya berdering, ia membaca nama di layar ponselnya.

"Bibi Christine"

Kemudian mengangkat teleponnya "Halo selamat sore Bi" sapanya ramah

"Sore Jen, apa..Mino bersamamu?" Christine, Ibu Song Mino terdengar khawatir

"Iya bibi, Mino sedang tidur tadi dia makan Kimchi dan daging, aku memasaknya sendiri, tidak usah cemas" Jennie tahu maksud ibu pacarnya itu meneleponnya, mereka berdua memang sudah sangat akrab.

"Tadi ia dan ayahnya bertengkar, karena sang ayah mau ia mengelola kafe starbucks didekat sekolahnya. Ayahnya pikir karena itu dekat dengan sekolah dan pelangganya rata rata murid SIC dan beberapa anak muda, Mino cocok mengelola kafe itu" Christine menghela nafas sedih "Tapi.. Mino tidak mau, padahal ia akan dibantu oleh banyak orang nantinya.."

Jennie mendengarkan dengan seksama, ia mematikan kompor nya dan duduk di kursi makan, mencoba fokus dengan curhatan Christine.

"Aku sudah membujuk suamiku untuk jangan menekan Mino seperti itu, tapi David sangat keras kepala, apa yang ia mau harus dilakukan..Mino dan Ayahnya memiliki sikap yang sama" Christine terisak "Bayangkan betapa sedihnya jika kamu menjadi Bibi, Jen"

A Story About Youth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang