Udah hampir lima kali Felix puter balik ke kamar mandi. Bukan karena apa, perutnya udah keplintir. Rasa mual terus aja Felix rasakan. Padahal gak makan apapun, perutnya masih kosong.
Yang dimuntahin aja gak ada. Badan Felix udah lemes banget. Mau balik tidur tapi udah pagi. Hyunjin dari tadi mijetin badan Felix. Seragam sekolahnya aja udah kucel gitu diremet-remet Felix.
Hyunjin sebenarnya mau sekolah. Tapi liat adiknya yang kayak gini jadi kata perawat tadi Felix harus dijagain. Mama sama papa katanya on the way ke rumah sakit.
Rela sekali Hyunjin harus telat sekolah dengan nama baik ketua osis tercoreng. Gak peduli sih, Hyunjin lebih peduli sama adiknya walaupun sering gengsi.
"Ma-mau pulang..."
"Sembuh dulu baru bisa pulang." Hyunjin berkata ketus. Tangannya pegel mijetin kening Felix yang katanya pusing.
Dari tadi Felix memejamkan mata. Kalau seandainya Felix buka mata yang ada dia balik muntah lagi.
Banyak mereka yang secara terang-terangan menjahili Felix dengan muncul tiba-tiba di hadapannya. Apalagi banyak yang mengeluarkan bau tidak sedap.
Felix itu sensitive sama hal yang berbau kotor dan amis. Rasanya Felix dari tadi mau nangis cuma dia tahan, gak mau buat Hyunjin tambah sengsara ngurus dia yang rewel.
Gak lama juga mama buka pintu ruang rawat Felix diikuti papa yang menggunakan pakaian kantor. Tapi mamanya enggak.
Mereka berdua menghampiri Felix khawatir, "Felix?" Mama manggil lembut dan Felix masih tetap aja memejamkan mata.
Mama menghela napas mencoba mengganti peran Hyunjin yang awalnya mijetin Felix terus ngelus-elus rambut Felix yang udah lepek.
"Hyunjin kamu berangkat sekarang aja nanti telat." Papa menyuruh Hyunjin pergi ke sekolah.
Hyunjin berdecak, "udah telat dari tadi kali pa."
Papa cuma ketwa geli dan ikut duduk di kasur sama dengan mama.
Hyunjin udah keluar ruang rawat mau pergi ke sekolah.
"Felix tadi muntah banyak ya?" Mama mencoba bertanya ke Felix yang dibalas anggukan lemes.
Sebelum ke ruang rawat Felix mama sama papa udah mlipir ke ruang dokter Suho untuk membicarakan perihal kesehatan Felix.
Secara medis Felix mengalami halusinasi berat kata dokter Suho. Tapi sekali lagi dokter Kun pernah berasumsi kalau Felix ini punya kelebihan jadi anak indigo.
Bingung harus bagaiman mama cuma peluk Felix erat. "Felix buka matanya coba."
Felix diam. Gak mau! Nanti tiba-tiba hantu jeleknya ada di hadapannya gimana? Lagipula sejak terjun dari balkon ruang rawatnya Yeri gak datang lagi sampai sekarang.
"Mau terus merem?" Suara papa yang kelewatan biasa aja jadi menakutkan.
Felix pengen buka mata tapi takut sumpah. Dia pegang tangan mama erat dan seperti angin sejuk tiba-tiba telinganya ada yang niup.
Felix makin takut kan, dia kembali bergumam gak jelas sampai suara hantu cewek yang Felix kenali sebagai Yeri tertawa cukup keras di telinganya.
"Felix cepat buka mata kamu!"
"Gak ada siapa-siapa. Semua hantu jelek itu udah aku usir."
"Ayo Felix, buka!"
Yeri gak sabaran gitu liat Felix yang masih merem. Tapi wajahnya yang pucet langsung ceria ketika liat Felix buka mata walaupun masih sistem micing-memicing.
"Felix gak ada hantu jeleknya kan?" Yeri tertawa geli.
"I..ya,"
Papa mengrenyit, iya apanya? Orang dari tadi mereka berdua gak nanyaain Felix apa-apa.
Felix natap mamanya lekat, "mama mau pulang."
Papa ngacak-acak rambut Felix yang lembut kayak pasir pantai tapi sayangnya lembabnya ngadubilah.
"Sembuh dulu baru pulang." Papa emang punya ucapan yang sama kayak Hyunjin.
Tiba-tiba dokter Suho ngetok pintu ruang rawat Felix terus masuk dengan tampang ceria.
"Kita cek darah dulu ya."
Mama mengangguk terus agak menggeser badannya dari Felix.
Selama dokter Suho mengecek darah Felix. Enggak ada suara sekecil apapun yang keluar dari mulut-mulut mereka sampai gelas yang mama taruh di nakas terjatuh dengan sendirinya.
Felix melotot. Itu Yeri yang jatuhin gelas.
Dokter Suho jadi merinding kan. Terus tersenyum ke Felix yang napasnya naik turun.
"Felix.. liat apa tadi?"
Felix menggeleng terus menunjuk ke Yeri yang merasa bersalah. Mama menghela napas terus beranjak mau bersihin serakan beling tapi papa menahannya, katanya nanti aja.
Dokter suho udah selesai cek darah Felix terus mengacak-acak rambut Felix.
"Ini darah Felix tinggi loh."
"Gak boleh tidur malem-malem."
"Nanti buat kepala Felix pusing."
Dokter Suho memberi petuah. Tapi yang namanya Felix cuma bisa diem mendengarkan.
"Sore nanti ada terapi ya sama dokter Kun."
Dokter Suho berpamitan terus keluar ruang rawat Felix. Papa sama mama menatap Felix yang terlihat bingung.
"Ma.."
"Hmm, kenapa?"
"Aku bukan orang gila!"
•••
Jangan lupa vot sama commen sayang-sayangnya feb, luvluv( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Hear Me ; lee felix
Horror[don't forget to follow brillantemine] they were invisible, but felix was able to see it -sq at night ©brillantemine