f i v e

1.4K 205 3
                                    

Kata mama Felix gak boleh dipaksa buat cerita dulu atas tragedi tadi malam.

Jisung sebenarnya udah kepo banget mau tanya tapi liat anak itu yang nampak pucat dan letih jadi dia urungkan. Daripada dapet murka mama, mending Jisung buru-buru makan sarapannya.

Hyunjin sama Jisung rencana mau diantar ke sekolah sama Chan, ya walaupun nanti Chan harus putar balik karena gak sejalur sama department kampusnya. Karena papa sama Lino baru keluar.

Sedangkan Felix masih ada di kamarnya belum keluar dari pagi tadi. Soalnya mama juga gak ngebolehin Felix buat sekolah dulu karena tadi malam Felix juga sempat demam.

Dan hal itu bikin Hyunjin kalang kabut. Panas Felix udah kayak ada di atas kompor aja katanya. Hyunjin itu sayang banget sama Felix, saking sayangnya dia gak biasanya tidur bareng di satu kasur.

Kalau diingat-ingat dulu waktu kecil yang paling cengeng itu Hyunjin. Manja banget! Apa-apa kudu mama, mau ini, mau itu. Semuanya serba mama.

Felix sempat iri, cuma dia diem aja.

Ingatan itu buat mata Felix tiba-tiba memanas. Apa yang ada di masa kecilnya itu gak seperti layaknya anak kecil kebanyakan orang.

"Felix?"

Mama datang ngehampiri Felix yang lagi duduk-duduk di atas sofa balkon. Felix sempat kaget karena dia baru acara flashback ke masa lalu. Mata Felix kedip-kedip lucu mandang mama polos.

"Sarapan dulu ya?" Tapi Felix geleng kepala buat mama menghela napas sabar.

Mama maklum sama sifat Felix yang terlalu diam dan gak sembarang orang bisa baca pikirannya. Mama aja susah apalagi orang baru.

Cukup lama mereka berdua diem-dieman. Mama gak ngomong apa-apa, sengaja nungguin Felix ngomong.

"Mama?" Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu mama datang.

Felix memandang mama dengan dahi yang terlipat terus bibir pinknya kayak mau bilang tapi gak jadi. Mama dibuat bingung lagi dan akhirnya mama juga yang andil bertanya.

"Ada cewek jelek di kamar Felix, dia sering gangguin Felix tidur."

Mama dibuat menghela napa sekian kali. "Felix.. enggak ada cewek jelek yang ada di kamar Felix. Semua itu cuma bayangannya Felix aja, sayang."

Felix menggeleng lagi, "Dia bilang kalo Felix gak bantu dia, Felix bakal—"

"Ssstt," mama nempelin jari telunjuknya di bibir Felix. "Udah. Sekarang Felix sarapan dan gak ada bantahan habis itu minum obat."

Felix membrengut tapi gak mau buat mama sedih. Jadi dia nurut aja saat disuapi mama. Kunyahan Felix cukup lama karena dia baru gak nafsu makan.

Sampai mama menyerah disuapan kelima lalu nyuruh Felix minum obat dulu dan setelahnya ninggalin Felix buat beres-beres dapur. Felix masih setia aja duduk-duduk sambil main rubik.

Sampai suara rendah nan serak milik seorang cewek sukses buat Felix kaget. Napas Felix tersenggal-senggal karena terlalu takut. Felix masuk kamar dengan rasa was-was.

Tok, tok, tok..

Felix diam membeku, tapi tak urung menghampiri arah suara yang berada di almari kamar Felix.

"Ka-mu, si-sia-pa?" Mata Felix melebar ketika berbalik dan melihat seorang perempuan berdiri tepat di hadapannya.

Mata Felix sudah berembun siap-siap mau menangis. Tubuh Felix gemetaran. Perempuan tadi menghampiri Felix dengan kaki yang gak nampak lantai.

"Kamu mau bantu aku?"

Felix membeku dia jelas ogah membantu mahluk yang tidak jelas asal-usulnya ini. Felix menggeleng ribut badannya udah mentok ada di depan almari.

"Kenapa?"

Felix tidak biasa menjawab. Karena perempuan itu udah mendekat ke arahnya. Wajahnya yang pucat semakin pucat dan meneteskan darah dari kepalanya.

Felix benci bau amis, dia akan mual dan berujung muntah.

"Pergi!" Felix udah gak kuasa nahan takut, tapi perempuan itu semakin mendekat dengan perubahan wajah yang kian hancur dengan darah di mana-mana.

"KENAPA!!!"

Perempuan itu membentak Felix dengan keras lalu seperti magic, dia mampu mendorong Felix sampai tubuhnya terbentur ke dalam almari yang sudah terbuka lebar.

Klek..

Felix benar-benar dilanda panik. Felix terkunci di dalam almari. Felix benci tempat sempit.

"MAMA.. MAMA, MAMA, MAMA!!!"

Brak, brak.. brak!!

Felix berusaha keras membuka pintu alamari, tapi tidak bisa. Napas Felix sudah terengah-engah. Rongga paru-parunya kian menyempit

Felix cuma bisa berteriak dan mengedor-gedor pintu almari, berharap ada yang menolongnya. Sebelum benar-benar paniknya berujung membuatnya gelap.

•••

Don't forget give the star!

[2] Hear Me ; lee felixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang