Tujuan Menikah

503 104 12
                                    

Bahagianya tak dapat ditutupi saat Al menerima balasan surat dari Lili yang dititipkan oleh Rizky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagianya tak dapat ditutupi saat Al menerima balasan surat dari Lili yang dititipkan oleh Rizky. Meski tanpa benda spesial, tetapi bagi Al dengan kedatangan surat itu bersama kotak nasi bewarna biru, sudah sangat cukup membuatnya senang.

Al yang kini sedang duduk sendiri di bawah pohon rambutan, di taman rumah sakit, dengan senyum tipis, perlahan membuka kertas putih bergaris biru dan bertinta hitam, tulisan tangan Lili tersebut.

Asalamualaikum, Mas Al

Izinkan saya menyapamu seperti itu. Semoga dengan ini, kita dapat merasa lebih dekat dan nyaman.

Mas Al, syukron kado yang sangat bermanfaat ini. Afwan jika saya belum bisa membalasnya.

Saya merasa tersanjung dengan kejujuran Mas Al dalam tulisan kemarin. Syukron sudah memilih saya untuk taaruf. Namun, sebelum kita melanjutkan lebih jauh, saya mau bertanya satu hal. Afwan sebelumnya, jika pertanyaan saya ini kurang berkenan.

Apabila ada akhi lain yang juga ingin taaruf dengan saya, apakah Mas Al akan tetap bertahan atau mundur? Jika Mas Al berkenan, hari Minggu pagi tolong datang ke rumah.

Salam hangat,
Ily

Setelah membaca surat itu, entah mengapa perasaan Al menjadi tidak nyaman. Dia tampak berpikir sambil melipat kertas itu kembali.

"Ada apa Neng Ily memintaku datang? Apakah ada sesuatu?" gumam Al bingung. "Ah, sebaiknya nanti aku tanyakan saja sama Dokter Rizky," lanjut Al menyimpan surat itu di saku kemejanya.

Pandangannya beralih ke kotak nasi yang sedari tadi dipangku. Suasana hatinya sedikit membaik. Dia membuka kotak nasi tersebut. Makanan sederhana yang ditata rapi.

Hanya ada nasi putih, ayam goreng, tahu dan tempe, serta tumis kangkung. Al mengambil sendok yang tersedia di kotak tersebut. Setelah berdoa, dia tanpa ragu menyicip tumis kangkungnya. Senyum di bibir Al tak pudar. Dia menikmati makan siangnya.

***

Mendengar cerita tentang Al menjadi kebiasaan Lili hampir setiap hari. Rizky selalu berusaha menyampaikan apa pun yang Al tanyakan tentang Lili kepada keluarganya.

Seperti malam ini, pulang dari rumah sakit, Rizky mampir ke pesantren. Dia duduk bersama keluarganya di ruang tamu. Rizky bercerita banyak hal tentang Al di depan Kiai Dahlan, Fatimah, dan Lili.

"Jadi, Dokter Al pernah gagal taaruf?" tanya Lili, hatinya seperti ada rasa yang aneh. Apa dia cemburu?

"Iya, itu sudah lama, sebelum dia kuliah ke Kairo. Dari cerita Dokter Ilham, sih, gadis itu meninggal dalam kecelakaan sebelum taaruf dilaksanakan," jelas Rizky meluruskan informasi yang dia dapat.

"Innalillahi wa innailahi rojiun," ucap Lili, Fatimah, dan Kiai Dahlan hampir bersama.

"Terus Ily sendiri bagaimana menilai Dokter Al selama menggali informasi dari mamanya?" tanya Rizky menatap adiknya yang tampak berpikir sesuatu.

MENGEJAR SURGA (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang