Keputusan

505 102 21
                                    

Dua minggu pun terlewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu pun terlewati. Waktunya Lili akan memberi keputusan. Minggu siang, Al dan Lutfi bertamu ke rumah Kiai Dahlan. Sejak Lili duduk di ruang tamu bersama Fatimah dan Kiai Dahlan, Al selalu menunduk. Sedangkan Lutfi mengangkat wajahnya.

"Terima kasih Dokter Al dan Gus Lutfi, sudah meluangkan waktu datang ke sini," ucap Kiai Dahlan santun. "Apa pun keputusan Ily nanti, saya harap Dokter Al maupun Gus Lutfi bisa lapang dada menerimanya," lanjut Kiai Dahlan menatap Al dan Lutfi bergantian.

Dada Al sudah berdebar-debar kencang. Tak munafik, ada keresahan yang menguasai pikiran dan perasaannya sekarang. Takut akan penolakan dari wanita yang selama ini dia impikan. Apa itu wajar? Al manusia biasa. Bolehkah dia berharap sesuatu yang sudah lama dinantikan? Dalam diam, Al terus berzikir, sekadar ingin menenangkan hati dan pikirannya.

"Abah, sebelum Ily memberi keputusan, apa boleh Ily bertanya satu hal kepada Dokter Al dan Gus Lutfi?"

"Silakan," sahut Kiai Dahlan mengulurkan tangan, tanda memberi Lili kesempatan.

Dengan senyuman tipis dan wajah meneduhkan, Lili hari itu yang mengenakan kerudung dan blus biru muda, tak sengaja senada dengan kemeja Al, berusaha menolak pandang dari Lutfi. Dia selalu menghindar saat pandangannya bertemu dengan mata Lutfi.

"Menurut Gus Lutfi dan Dokter Al, apa poligami itu?" tanya Lili sambil menunduk karena Lutfi sejak tadi tak mengalihkan pandangan dari wajah cantiknya.

"Saya dulu yang jawab," kata Lutfi kepada Al.

"Silakan, Gus," sahut Al sangat menahan diri agar tidak mendongak, supaya bisa menjaga pandangannya dari Lili.

Al takut akan terbuai dengan kecantikan Lili, sehingga dia tak sabar ingin memilikinya.

"Kalau menurut saya, itu wajib dilakukan pria, terutama umat muslim. Dalam surah An-Nisa dipaparkan dengan jelas mengenai hal-hal tentang wanita. Poligami juga sudah dijelaskan pada ayat tiga, yang berbunyi, 'Bila kalian khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak yatim perempuan, maka nikahilah dari perempuan-perempuan yang kalian sukai, dua, tiga atau empat.' Jadi, sudah jelas agama kita mengizinkan pria memiliki istri lebih dari satu, bukan?" jawab Lutfi yakin dan penuh percaya diri.

"Terima kasih jawabannya, Gus," ucap Lili tanpa memandang Lutfi. Sekuat hati Lili berusaha tidak mendongak, walau hatinya sangat ingin memandang wajah tampan Al. "Kalau Dokter Al bagaimana?" tanya Lili sedikit lirih.

"Maaf, Gus Lutfi, tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Anda. Kalau boleh, saya ingin menambahkan lanjutan surah yang Gus ucapkan tadi," ujar Al dengan rendah hati dan berucap santun.

"Silakan," kata Lutfi lantang.

"Mohon koreksinya Pak Kiai kalau saya keliru," kata Al sebelum melanjutkan potongan arti surah yang Lutfi sampaikan tadi. Setelah mendapat anggukan dari Kiai Dahlan, Al lantas melanjutkan ucapannya, "'Lalu bila kalian khawatir tidak adil--dalam memberi nafkah dan membagi hari di antara mereka--maka nikahilah satu orang perempuan saja atau nikahilah budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat pada tidak berbuat aniaya.' Sesuai pemahaman dari buku yang pernah saya baca, tafsiran dari ayat tersebut menurut Fakhruddin Muhammad Ar-Razi, pada halaman 177 sampai 178, ayat ini mengandung hukum tentang perintah nikah, batas maksimal istri dan keadilan.

MENGEJAR SURGA (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang