Salsa Remaja

355 60 15
                                    

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 17 tahun usia Salsa sekarang. Remaja berhijab putih itu sedang duduk sendiri di teras rumah, Salsa merenung. Banyak hal yang akhir-akhir ini dia pikirkan. Sebuah pertanyaan dalam benaknya yang butuh jawaban.

Saat mendapati Salsa di teras, Lili yang sedari tadi mencarinya, segera menghampiri.

"Salsa, kenapa bengong?" tanya Lili bersuara sangat lembut sambil meyentuh bahunya.

"Enggak apa-apa, Umi." Salsa mendongak, seulas senyuman tersungging di bibir tipis nan merahnya.

"Masuk yuk! Udah mau azan Magrib."

"Iya, Umi."

Salsa pun bangkit, lalu menggandeng lengan Lili, mereka masuk ke rumah. Kalau Al sedang di rumah, mereka selalu salat berjamaah.

"Dari mana bidadari-bidadari Abi?" tanya Al saat Lili dan Salsa sampai di ruang tengah.

"Enggak dari mana-mana, Bi. Tadi Salsa di teras, Umi ajak masuk," jelas Lili dengan senyum terbaiknya.

Salsa terus memperhatikan Al. Ya Allah, apa salahku? Kenapa Abi tidak pernah lagi memelukku seperti dulu? Terus kenapa sekarang Abi seperti menjaga jarak denganku? Menyentuhku saja sekarang tidak pernah. Dalam hati Salsa terus bertanya-tanya.

"Ya sudah, sekarang kita bersiap salat Magrib. Abi sudah wudu, kalian segera wudu, ya? Abi tunggu," ujar Al, lantas dia berjalan ke tempat biasa mereka salat berjamaah.

Lili dan Salsa pun segera berwudu. Setelah itu, mereka pun salat Magrib berjamaah. Selesai berdoa, Al terbiasa membaca Al-Qur'an.

Al memutar tubuhnya, menghadap Lili dan Salsa. "Sa, Abi minta tolong ambilkan Al-Qur'an dong," titah Al bersuara lembut karena yang lebih dekat dengan rak adalah Salsa.

Namun, sepertinya Salsa tidak mendengarnya. Gadis itu tetap menunduk dan melamun.

"Salsa." Lili mengguncangkan bahu Salsa.

"Iya, Umi." Salsa terperanjat, membuat Lili dan Al keheranan.

"Kamu kenapa?" tanya Lili mengelus pipi Salsa. "Kok Umi perhatikan kamu sekarang sering banget ngelamun. Kamu ada masalah? Cerita sama Umi dan Abi. Jangan ada yang kamu tutup-tutupi dari kami, Sayang." Lili membelai wajah Salsa.

"Salsa enggak apa-apa, Umi. Lagi banyak tugas aja. Kan bentar lagi ujian."

"Jangan terlalu dipikirkan begitu. Nanti kamu malah sakit," ujar Al yang mengkhawatirkan putri kesayangannya itu.

"Kan nanti kalau Salsa sakit, Abi yang ngobatin."

Senyum lebar mengembang di bibir Al.

"Kamu itu ada-ada saja." Lili memeluk dan mencium pucuk kepala Salsa.

Karena Salsa merupakan anak angkat, dia bukanlah mahram Al. Juga karena Salsa sudah balig, Al pun menjaga jarak. Bukan karena Al tidak sayang, tetapi Al memenuhi syariat Islam.

"Tolong ambilkan Al-Qur'an Abi, ya? Kita ngaji dulu, habis itu makan malam," ujar Al memerintah ulang Salsa dengan nada halus.

"Oke, Abi." Salsa pun memenuhi perintah Al.

Mereka mengaji bersama. Lili dengan sabar mendengarkan Salsa membaca Al-Qur'an. Jika ada kesalahan, Al maupun Lili sama-sama membenarkan. Lili juga menjelaskan arti dan maksud dari ayat yang sudah Salsa baca.

***

Sebelum tidur, seperti biasa, Al dan Lili mengobrol sambil berbaring. Suasana di kamar remang, lampu sengaja dihidupkan redup.

"Bi, aku perhatiin Salsa belakangan ini sering melamun deh."

"Mungkin dia lagi banyak tugas, Mi. Jangan terlalu kepikiran begitu, nanti malah kamu sakit." Al mengelus-elus kening Lili. Rasanya nyaman, damai, dan hati pun tenang.

"Aku tuh khawatir, Bi."

"Khawatir apa, Mi?"

"Kalau dia punya masalah dan merahasiakan sesuatu dari kita gimana?"

"Kapan-kapan kalau sedang santai, kita tanya Salsa, ya? Kamu jangan mikir yang berat-berat. Sebaiknya kita tidur." Al mengecup kening Lili dan memeluknya.

"Eh, iya, besok kita jadi kan, ke pesantren, ikut pengajian akbar?" tanya Lili sebelum mereka memejamkan mata.

"Insyaallah, ya, Mi. Soalnya Abi punya jadwal dengan pasien pagi. Kalau enggak ada operasi dan pasien konsultasi, Abi akan nyusul ke pesantren."

Sejak mendapat gelar dokter spesialis penyakit dalam, pekerjaan Al semakin padat. Untung saja Lili memahami suaminya. Dia banyak belajar dari Azizah untuk menyikapi kesibukan Al yang terkadang tak mengenal waktu jam kerjanya. Sewaktu-waktu ada panggilan, Al harus siap kembali ke rumah sakit, meskipun dia baru saja sampai rumah.

"Minta tolong diusahain, ya, Bi?"

"Iya, Umi. Kita bobo yuk!"

Lili mendaratkan kepalanya di dada Al, dekapan hangat Al segera membawa Lili ke alam mimpi. Keluarga mereka terlihat sempurna jika dilihat dari luar. Padahal apabila menilik ke dalam, sesungguhnya masih ada ruang yang kosong walaupun terlihat lengkap.

 Padahal apabila menilik ke dalam, sesungguhnya masih ada ruang yang kosong walaupun terlihat lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon akan aku publikasikan cerita baru bertema penerbangan. Buat teman-teman sudah siap terbang bareng sama Kapten Langit belum?

Lihat spoiller-nya di IG aku, ya? (rexdelmora_official). Nanti aku akan bikin GA buat teman-teman yang sudah setia mendampingiku selama ini.

Makasih banyak teman-teman yang sudah setia sejauh ini sama cerita-ceritaku. Sabar nungguin aku. Terus juga nyemangatin aku. Tanpa kalian, semangatku mati. Aku bertahan di sini untuk kalian dan dengan cara membuat cerita, kita akan tetap bisa berkomunasi ataupun gibah, hehehe.

Semoga kita enggak putus komunikasi, ya?

Selalu jaga kesehatan kalian semua.

MENGEJAR SURGA (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang