조선 별 비~ 3

1K 82 1
                                    





"Orang bilang waktu, adalah penyembuhan. Waktu akan membuat lupa. Aku bilang, waktu adalah pembangkit rindu dan kenangan"

• • •

Hye-bi dan mii-ahh sudah sampai di istana ia tengah berdiri di depan gerbang istana besar itu. Walaupun sering ke istana Joseon tapi istana di zamannya dan sekarang yang ia lihat jauhlah berbeda dari yang ada di Seoul.

Pintu besar itu pun terbuka hye-bi melangkahkan kakinya saat sudah berada di dalam istana betapa tercegahnya hye-bi melihat apa yang ada di dalam.

"Wow istana ini lebih rame dari istana yang ku lihat sebelumnya. Bahkan di sini sangat-sangat terawat dan tenang" batin hye-bi.

"So-ha apa kau akan terus berdiri disana?!" sebuah teriakan menyandarkan Aira dari rasa kagumnya, di sana seorang wanita berdiri dengan bayi kecil di gendongannya.

"Ha.. ha.. siapa?" Masih sedikit linglung Aira menatap sekeliling, nama yang di sebut oleh wanita di sana masih terdengar asing di telinganya.

"Agashi lihat manim sedang memanggil anda," mii-ahh membuka suara, walaupun terdengar kecil tapi itu sanggup menyadarkan Aira kalau di zaman ini namanya adalah hye-bi so bukan Aira lagi.

Iya menarik napas perlahan, mulai mengintip melalui ekor matanya. Kata mii-ahh iya haru selalu meluruskan pandangannya karena itulah etika para bangsawan.

Iya dengan anggunnya berjalan, bak model papan atas. Senyum diwajahnya tak pernah luntur saat iya sudah semakin dekat ketempat di mana sang kakak tengah berdiri.

Sreek...

Langkah anggun tapi sedikit terburu-buru yang di ambil Aira, terhenti saat iya ingin mengambil langkah berikutnya, sebuah anak panah dengan kecepatan yang tak sempat iya hitung tiba-tiba melintas di depan wajahnya.

Kalau saja iya bergerak sedikit saja mungkin kepalanya yang tak berguna itu akan tertusuk oleh anak panah, entah milik siapa itu. Oh ayolah iya baru saja sampai di tempat ini, baru saja menikmati keadaan di mana iya di perlakukan seperti raja, tak perlu bekerja tapi memiliki banyak harta, dan semua itu akan berakhir hanya karena iya mati dengan konyolnya.

"Jika aku mati sekarang, apa aku akan kembali ke zaman ku, belum tentukan, kalau aku tak kembali itu juga gila. Lagi pula aku belum menaklukkan dunia masa sudah mati si.. bahkan aku belum menjadi bangsawan terkaya di zaman ini. Eh malah hampir mati, kan gak enak" Aira tersentak saat sebuah tepukan di punggungnya, menyadarkan iya dari diskusi panjang dengan dirinya sendiri.

"Agashi apa anda baik-baik saja?" Seorang pria tinggi tengah berdiri di hadapannya dengan wajah penuh ke khawatiran sambil menatap Aira yang malah terdiam terpesona dengan wajahnya, benar-benar luar biasa tampan.

"Ya dewa.. so-ya apa kau baik-baik saja?" Aira mengerjap, memiringkan kepalanya agar dapat melihat kakaknya yang terhalang oleh tubuh tegap pemuda itu.

"Agashi apa ada yang terluka?" kalau ini mii-ahh bersuara, iya langsung memeriksa tubuh Aira, sedangkan gadis yang sedari tadi mendapatkan begitu banyak pertanyaan itu, hanya diam melotot menatap benda yang berada di genggaman pria tampan di hadapannya saat ini.

Bagaimana di sambar petir di pagi hari, iya terdiam mematung dengan tubuh bergetar. Gadis itu tak bisa membayangkan bahwa pembunuhnya ada di depan mata dengan barang bukti di tangannya.

"Agashi apa anda baik-baik saja?" Tanya mii-ahh kembali dengan suara bergetar, sambil terus menggoyangkan tubuh hye-bi.

"Agashi tolong kata sesuatu?" pemuda itu mengerut keningnya khawatir. Melihat tak ada respon sama sekali dari gadis itu membuat ia semakin khawatir.

Rain of Stars in Joseon °조선의 별비°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang