조선 별 비~7

425 55 0
                                    






Hye-bi bangun dengan sangat segar pagi ini, iya sebelumnya tidak pernah sesegar ini biasanya iya akan merasa mengantuk, lelah dan bahkan kurang bersemangat tapi hari ini itu tidak berlaku.

Iya keluar dari kamarnya untuk menikmati pagi yang cerah ini. Iya meregangkan otot-ototnya yang kaku dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu berharap sebuah keajaiban datang yang membuat dia akan tumbuh sangat tinggi seperti teman-temannya mengingat bahwa tinggi hye-bi hanya 155 cm bahkan tingginya tidak termasuk standar tinggi di Korea.

Bahkan IU yang notabene-nya memiliki tinggi 162 cm sering di katakan pendek lalu apa kabar dengannya yang lebih pendek dari IU sang idola kesukaannya.

"Wah hye-bi setelah ini kau akan lebih tinggi dari IU setidaknya naik beberapa centimeter," katanya dengan penuh semangat dan terus melakukan peregangan.

Saat melakukan peregangan pada otot lengannya, tangannya yang kecil itu tak sengaja menyentuh sesuatu, iya terdiam sebentar kembali mengerakkan tangannya menyentuh sesuatu yang keras di samping kirinya.

Hye-bi meraba benda itu, terasa sedikit empuk tapi memiliki tekstur yang sedikit padat dan keras "apa ini tiang, atau sejenisnya?" sambil membalikkan tubuhnya, penasaran dengan apa yang tangannya sentuh kali ini.

Dan betapa terkejutnya hye-bi saat yang iya dapati adalah pangeran jinseong dan beberapa pangeran lainya sedang berdiri disampingnya, sambil menatapnya dengan seulas senyum. Gadis itu menghela napas sambil mengerut di dalam hatinya.

"Astaga gadis bodoh, apa yang kau lakukan Aira, kata mii-ahh kau tidak boleh menyentuh atau memandang wajah pangeran atau kau akan di hukum mati, kalau begitu cepatlah minta maaf dan memohon," batin hye-bi.

Hye-bi membungkuk, memutus sebuah jenis kontak dengan pria yang ada di hadapannya saat ini. "Maafkan saya yang mulia pangeran saya benar-benar tak sengaja," ucapnya sambil memelintir tangannya yang tak bisa di atur.

Tak ada jawaban semua pangeran itu hanya menata hye-bi lekat, sedangkan gadis itu sudah merasa was-was entak kejahilan apalagi yang akan mereka lakukan. Iya sudah pasrah kalau kembali di hukum karena ke lancang tangannya ini.

"Cepatlah memohon Aira, atau kau benar-benar akan mati saat ini," iya menarik napas lalu menghembuskan-nya dengan perlahan.

"Ku mohon jangan hukum saya, saya masih mau hidup, saya belum mau mati dan pagi ini saya belum makan pangeran kumohon jangan hukum saya," iya benar sekali iya belum mengisi perutnya hari ini, tapi bencana sudah berdiri di hadapannya saat ini. Setidaknya biarkan iya menikmati sarapan pagi dulu.

"Hey agashi kau begitu lucu kami di sini bukan untuk menghukum mu tapi kami kesini ingin menemui panglima Jo," jelas Pangerang Anayang, pria yang terlihat suka ketawa itu benar-benar membuat Aira ingin menjambaknya mumpung rambut pria panjang.

Tapi mengingat statusnya berada di atas Aira membuat iya harus berpikir dua kali sebelum melakukannya, bukanya di tulis dalam sejarah karena menaklukkan dunia namanya masuk kedalam buku sejarah dengan kasus menjambak sang pangeran di kediamannya sendiri, sungguh tak masuk di akal nantinya.

Hye-bi mengangguk-anggukkan kepalanya, mulai berpikir di mana iya melihat ayahnya tadi "Abheojhi sedang ada di- iya mungkin di- sana eh ... maksudku- hha ... iya di ruang kerjanya pangeran," jelas hye-bi kurang yakin pasalnya iya saja baru sampai di rumah ini kemarin jadi iya kurang tahu juga tentang selat belut rumah ini.

Rain of Stars in Joseon °조선의 별비°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang