•|1|•

139 21 4
                                    

Selamat membaca...

"NETTA! GUA CARIIN LO KEMANA MANA. PASTI ABIS DARI PERPUS LAGI YA?!" Teriak Manda tepat di telinga Netta yang sedang duduk manis.

Bukannya marah karena sahabatnya teriak tepat di telinganya, netta tersenyum ke arah sahabatnya itu.

"Kenapa man? Iya tadi aku abis dari perpus." Jawab netta.

"Lo ngapain pagi pagi gitu ke perpus?! Belajar? Lo udah pinter ta."

"Aku cuma baca baca doang kok. Lagian besok kita juga bakal ada ulangan harian kan."

"Yaudah, terserah Lo ta. Gua mah capek belajar Mulu. Intinya nanti istirahat temenin gue ke kantin ya. Gue yang traktir. Pokoknya harus mau, gue ga Nerima alasan buat nolak ajakan gue lagi." Paksa Manda.

Tidak beberapa lama kemudian. Bayu, ketua kelas XI IPA 1 bangkit dari duduknya dan berdiri di atas kursinya. Semua penghuni kelas langsung paham bahwa jika ketua kelasnya itu sudah naik di atas kursi, pasti akan ada pengumuman yang akan di sampaikan.

"EKH EKHEM... GUA MAU NGASIH PENGUMUMAN DARI BU ASIH KALO MISALNYA HARI INI SEMUA PELAJARAN JAMKOS. SOALNYA GURU GURU HARI INI RAPAT BUAT NGEBAHAS..." Ujar Bayu yang menyampaikan pengumuman gantungnya.

"Bahas apaan bay?" Tanya Desi, perempuan yang duduk di samping Bayu.

"Mana gua tau. WAHAHAHA" Tawa Bayu.

"Apaan si anjir, gajelas lu bay."

"Udah udah. Intinya hari ini gaada pelajaran." Sanggah Bayu.

***

Kevan melempar kunci motornya ke sembarang arah. Dia sekarang berada di markas Thunder 12 yang tidak jauh dari sekolah. Semua anggota inti memang sudah menunggu kevan untuk berkumpul bersama. Kevan telat karena ada sesuatu.

"ANJING" Umpat kevan.

"Buset Van. Lo baru dateng udah toxic aja. Kenapa Lo?" Tanya Gibran.

"Kacau gue." Jawab kevan.

"Ehh ada babang kepan yang tampan. Kapan dateng bang." Ujar Rino.

"Ron, kembaran Lo kenapa si. Jan bikin gua gampar nih. Lagi kacau gue." Kesal kevan.

"Ihhh atuttt. Abang onii lindungi akuuu."

"Diem No. Itu kasian kevan lagi kacau lu malah bikin dia emosi." Ucap Roni yang merupakan kembaran Rino.

"Iya iya gue diem. Kenapa Lo Van?." Tanya Rino yang mulai serius dengan kevan. Bukan. Bukan serius perasaan. Melainkan serius dengan percakapan.

"Si bangsat ngajakin gua balapan lagi. Gak main main dia. Beneran nanti sore dia bakal ke Jakarta cuma buat nantangin gw balapan lagi." Cerita kevan.

"Bentar bentar. Maksud Lo Kevin? Sepupu Lo itu yang tinggal di Bandung? Buset dah segitunya amat. Trus Lo terima ga?" Sahut Gibran.

"Gua bingung. Gua udah janji sama grandpa buat ga balapan lagi. Bisa diapain gua nanti kalo ketauan grandpa. Bokap gua mah ngerti kalo masalah ginian. Bokap emang dari dulu juga ga suka sama Om Roy bokapnya si Kevin. Tapi kalo misalnya gua tolak. Gua dianggap payah sama dia. Gua ga mau. Lo tau sendiri gua ga bisa di pandang rendah sama orang."

Rino, Roni, dan Gibran memahami situasi seperti ini. Di mana saat ketua mereka bingung antara memilih perjanjian dengan harga diri. Mereka tau bahwa ketua mereka ini orang yang sangat menepati janjinya dan tidak akan membuat harga dirinya jatuh sedikit pun. Dia akan tetap menjaga harga diri orang orang yang dia sayangi dan dirinya sendiri.

RIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang