mind.1

19 5 10
                                    

TK

Aku menggaruk telinga kananku. Menepuk-nepuknya. Memiringkan kepala ke kanan dan kiri.

"Sora, Sayang, kamu paham, kan?"

Ah, iya, aku lupa kalau Bu Guru sedang ngomong dari tadi, entah ngomongin apa, aku juga gak paham.

"Eh, iya ..." Aku mengangkat kepala dan manggut-manggut sendiri.

"Apa telinganya sedang sakit? Sora paham tidak, ya? "

"Aku ndak papa kok, Bu Guruu," balasku lagi sambil tertawa.

Bu Guru memasang ekspresi terkejut dan kebingungan. Aku jadi malu, sepertinya suaraku terlalu keras, ya?

"Bu Guruu, langsung mulai aja, yuuk!" Ran, anak laki-laki tetanggaku loncat-loncat dengan semangat.

"Sora kelamaan, ihh."

Uh, Ran enak aja malah nyalahin aku. Aku membalas keluhannya dengan memelototinya, berharap dia ketakutan dan minta maaf.

Tapi yang ada Ran malah heran melihatku melotot-melotot.

"Yaudah, ayo mulai aja, yuuk! Ran, Sora, ayo kalian suit tiga kali, yaa! Nah, kalau salah satu dari kalian berdua menang, kelompok Sora ataupun Ran boleh pilih mau yang menangkap bola atau yang melempar bola! Sudah paham, kan?"

"Ya, Bu Guru!"

"Nahh, Sora, Ran, ayo main batu gunting kertas tiga kali, ya. Ingat peraturannya, kan?"

"Ingat!"

"Gampang ini! Aku pasti menang!"

Tidak semudah itu, Ran! Aku yang akan menang!

"Oke, mulai!" seru Bu Guru.

"Gunting!"

Batu!

"Sora dapat satu poin!"

"Yeaay!!"

"Hebat, Sora!"

"Eeyy, Ran, jangan kalahh!"

Aduh, terlalu berisik. Rasanya telingaku gatal lagi. Aku berusaha fokus dengan Ran lagi.

"Uh, tenang, Ran! Ayo, sekarang aku pilih batu!"

Kertas!

"Batu lagi!"

Kertas lagi!

"Kertas!!"

Gunting!!

"Kertass, kertas!!"

Gunting lagi!!

"Raan, Sora, sudah, ya! Yang menang kelompok Sora," Bu Guru melerai duel batu gunting kertasku dan Ran.

"Waahh, kita menangg!!"

"Yeaahh!!"

"Kerenn, menang berturut-turut!"

Aku tersenyum bangga, mengacungkan jempol kepada teman sekelompokku. Tatapanku beralih ke Ran yang sedang diuyel-uyel sama teman-teman sekelompoknya.

Dia tampak masih bingung sekaligus tidak terima.

"Kalah berkali-kali dooong ..."

Yah, mau gimana lagi, ya, Ran! Aku memang terlalu hebat!

***
Kelas 2
Sekarang akhirnya aku naik kelas dua! Rasanya senang sekali mempunyai adik kelas walaupun cuma kelas satu.

Tapi hal seperti itulah yang aku tunggu-tunggu!

RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang