Di pagi hari yang sangat cerah dengan terik matahari yang menyinari kaca kamar ku.
Aku terbangun dari tempat tidur untuk menjalankan aktivitas seperti biasa nya.
Suara hendphone tiba-tiba berbunyi menandakan panggilan telfon dari Rayhan. Saking kagetnya aku langsung mengangkat telfon darinya."Assalamualaikum sayang"
"Waalaikum salam"
"Sayang aku punya kabar buruk yang harus dikatakan kepadamu"
"Memang nya apa ? aku gamau denger kabar buruk"
"Yakin, kamu gamau tau kabar buruknya ?"
"Coba katakan kepada ku sekarang"
"Kabar buruk nya, aku selalu kepikiran tentang kamu dan takut kamu disana dengan yang lain"
"Hhh... Kamu bercanda nya kelewatan"
"Namanya juga kangen sama kamu. Satu lagi kamu harus siap-siap mendengarkan kabar yang satu ini"
"Kabar buruk lagi ?"
"Tentu saja tidak, Aku keterima di sekolah pelayaran berkat doa mu. Padahal aku tidak yakin untuk lolos disana, tapi kamu meyakinkan ku untuk menggapai kesuksesan."
"Serius ? Alhamdulillah ikut senang dengernya."
"Tapi Minggu depan aku masuk seperti biasa melaksanakan madabintal disekolah, dan tidak bisa bertemu dengan mu."
"Semangat ya sayang, buat bangga pada kedua orang tua mu."
"Makasih ya, kamu selalu menguat kan ku dalam suka maupun duka. Kamu juga disekolah harus lebih semangat dan makin rajin. Masih ada beberapa hari nih, mau jalan-jalan engga biar besok aku jemput kerumah."
"Kamu ga cape Rayhan?"
"Ketemu sama kamu aku gapernh cape sama sekali. Mau ya ? Besok aku jemput seperti biasa."
"Baiklah aku tunggu besok sampai jumpa. Aku tutup telfonnya ya sayang."
Beberapa hari sebelum masuk sekolah aku dengan Rayhan jalan-jalan menghabiskan waktu bersama sampai sore hari. Di sepanjang jalan aku menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipiku. Berusaha untuk lebih tenang dan menerima keadaan untuk jauh darinya.
Tetapi saat Rayhan mengantarkan pulang, aku langsung menahan tangan nya untuk tidak pergi."Sayang kamu kenapa nangis" ucap Rayhan seraya mengusap air mata yang ada pada pipiku.
"Nanti kita tidak bisa ketemu selamanya ya ? Aku belum siap aja jauh dari kamu."
"Engga selamanya sayang, hanya sebentar kalau pesiar aku janji akan pulang dan mengajak mu jalan-jalan."
Aku tetap menunduk, tidak bisa berbicara apapun."Sayang liat aku, kamu perempuan kuat jangan lemah ya pasti kita bisa melewati ini semua." Menatap mataku dan berusaha meyakinkan ku.
"Iya, sekarang pulang lah kerumah untuk mempersiapkan besok. Aku gapapa hanya perlu waktu untuk menerima keadaan ini."
"Ya udah kamu jangan sedih lagi aku pamit pulang salam buat mama mu."
Aku berusaha untuk tegar di depan nya dan mencoba menatap matanya. Aku juga tidak mau ganggu konsentrasi Rayhan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TARUNA MU KAU REKANITAKU
Historische fictieAwalnya tidak pernah terlintas dipikiran ku untuk menjalin hubungan dengan seorang taruna pelayaran, saat melihat lelaki berseragam pun aku tidak pernah menjadikannya sebagai lelaki idaman. Namun aku menyadari jodoh rezeki maut sudah di atur olehnya...