s e m n a d t s a t

116K 7.9K 1K
                                    

Alody sedang duduk di kursi yang tersedia di sepanjang koridor. Anak-anak yang lewat masih saja melihatnya dengan penasaran, membuat Alody risih. Pagi tadi, sekolah di hebohkan dengan kabar kecelakaan yang di alami Amanda.

Teman-teman Amanda bahkan menangis ketika mengetahui kabar itu dari pihak sekolah. Gadis itu tidak sadarkan diri ketika mobilnya di temukan pada subuh tadi. Sampai saat ini kabar terbaru mengenai kondisi Amanda belum ada yang tahu selain pagi tadi yang mengatakan bahwa kondisinya kritis.

"Itu yang namanya Alody kan?" Alody mendongak ketika mendengar namanya di sebut.

"Iya, yang waktu berantem sama Amanda di toilet itu." Balas temannya, kedua orang itu menatap Alody dari bawah ke atas dengan pandangan menilai. Alody bukannya takut malah membalas tatapan mereka dengan wajah datarnya. "Samperin aja yuk!"

Alody langsung duduk menjauh ketika salah satu dari mereka duduk di sampingnya, namun tertahan ketika di sebelahnya lagi di tempati dengan yang lainnya.

"Lo ada masalah apa sih sama Amanda? Kayanya sejak awal lo dateng ke sini Amanda jadi banyak dapet masalah." Ujarnya sambil menatap Alody dari samping.

"Jawab bego! Atau jangan-jangan kecelakaannya Amanda ini gara-gara lo juga ya?!" Alody langsung menoleh menatap gadis di sampingnya dengan dahi yang berlipat. "Kenapa? Bener kan?" Tanyanya lagi. Alody hanya diam sambil menatapnya sinis.

"Asal lo tau, gue itu pendukungnya Amanda sama Kak Aiden. Banyak yang doain mereka supaya jadian beneran. Eh lo dateng-dateng bikin rusuh!" Ujarnya.

"Aiden punya gue." Ucap Alody dengan logat bulenya. Mereka tertawa, "Jangan ngarep lo. Amanda jauh lebih cantik dari pada lo. Lo itu cuma menang bule doang." Alody langsung menatapnya aneh, apa urusannya kalau dia bule?

"Lo tuh jangan sok kecantikan. Muak banget gue tiap lewat di depan cowok-cowok mereka selalu ngomongin lo." Ujarnya lagi. Alody hanya diam saja, tidak terlalu mendengarkannya juga karena sejujurnya hanya beberapa kata saja yang dia mengerti.

"Lo jalangnya Kak Aiden kan? Gue denger-denger lo suka tidur di rumahnya." Alody langsung menoleh ke sampingnya, kali ini gadis di sebelahnya yang berbicara setelah dari tadi hanya diam saja.

"Kalau iya kenapa?" Tanya Alody menantang, sengaja ingin memanas-manasi mereka.

"Wah gila! Di bayar berapa lo? Besok-besok gue suruh yang lain make lo juga deh!"

"Uang kalian enggak akan cukup." Jawab Alody dengan datar. Mereka semakin kepanasan mendengarnya. "Eh lo yang miskin tolol sampe-sampe jual diri ke cucu dari pemilik Alexander. Biar sekolah di sini gratis kan lo?" Tanyanya lagi.

"Punya mulut di jaga!" Ujar Alody yang mulai terbawa emosi. "Gue bisa aja bilang Aiden untuk enggak mau liat wajah kalian ada di sini lagi."

"Wah songong banget lo jadi anak baru! Lagian lo siapanya Kak Aiden selain jalangnya? Mana mau Kak Aiden nurutin permintaan jalang murah kaya lo." Mereka berdua tertawa meremehkan.

"Aiden is my fiance."

Tawa keras dengan artian meledek langsung menggema di telinga Alody.
"Halu lo kebangetan, bitch." Ujarnya. Alody diam saja kemudian langsung berdiri meninggalkan keduanya yang menatap Alody dengan kesal.

"Sialan banget tuh anak. Kita bikin dia enggak tenang ada di sekolah ini. Lo bilang ke grup anak-anak untuk bantu kita." Ujarnya lagi.

Kemudian temannya membuka grup yang bertuliskan 'AmandAiden Lovers' yang berisikan hampir seluruh anak-anak Alexander yang mendukung mereka berdua. Banyak sekali kehaluan-kehaluan mereka yang di bahas di sana, seperti jam pulang Aiden yang sama seperti Amanda dan menganggap mereka pulang bersama. Dan sekarang grup tengah ramai membahas hadiah yang akan di berikan kepada Alody karena menjadi perusak di hubungan Amanda dan Aiden.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang