d v a d t s a t p y a t

101K 7.7K 1K
                                    

Moskow, Rusia

Alody menuruni tangga yang melingkar masih dengan mengenakan gaun tidurnya yang berwarna putih. Orang-orang sudah terlihat berlalu lalang membawa guci-guci besar sebagai tambahan dekorasi acara Anniversary besok malam ketika Alody berada di undakan tangga.

"Alody sudah bangun?" Sofia menghampirinya dengan sebuket lili putih di tangannya, wajah cantiknya sangat berseri, mungkin itu dari Max.

"Sudah dengar kabar dari Aiden?" Pertanyaan Sofia membuat Alody mendengus. Gadis itu sontak menuruni sisa undakan tangga dan di ikuti Sofia di belakangnya.

"Tidak mau dengar."

"Darling, tidak boleh seperti itu." Sofia berujar lembut, mencoba memberi pengertian kepada gadis kecilnya yang sudah remaja.

"Acara itu mungkin sangat penting untuk Aiden. Lagi pula kan itu acara terakhir yang di ikutinya sebelum lulus sekolah." Alody memang sudah mendengar itu dari Travera. Aiden tidak akan hadir ketika acara Anniversary besok. Padahal Alody sudah ingin bertemu.

"Iya acara itu memang lebih penting dari pada bertemu dengan Alody." Sofia menggelengkan kepalanya.

"Dia bahkan mengusir Alody ketika berada di sana. Aiden memang tidak mau dekat-dekat dengan Alody."

"Tidak boleh bicara seperti itu Alody. Aiden akan salah paham jika mendengarnya." Ujar Sofia, wanita itu memang sangat berhati-hati kalau bicara tentang Aiden, wajar saja karena mata-mata Aiden banyak sekali di Mansionnya.

"Biar saja. Di adukan juga tidak masalah." Lagi-lagi Sofia menggeleng.

Dua pelayan kemudian datang membawa meja dorong berisi makanan beserta vitamin-vitamin Alody.

"Makan yang banyak, Mommy ingin ke kamar dulu." Alody mengangguk kemudian Sofia mencium kepalanya sebelum pergi meninggalkannya seorang diri di ruang makan yang besar dan sepi ini.

Alody memulai makan paginya dengan perlahan, lelehan air matanya tiba-tiba menurun membasahi pipi dinginnya yang putih pucat. Sedari malam ketika Travera memberi tahu kabar dari Aiden yang tidak akan datang sudah dia tahan agar tidak menangis.

Namun tidak bisa. Alody sedih mengetahui kabar tersebut. Dia ingin Aiden, dia rindu, tapi mungkin Aiden tidak. 

"Hei," Alody mengerjab kemudian mengangkat tangannya untuk menghapus tangisnya.

"Kamu menangis?" Alody masih tidak bersuara, masih sibuk mengusap lelehan air matanya. "Kenapa?" Lanjutnya lagi, laki-laki itu menggeser kursi di sebelah Alody.

"Tidak apa-apa Axel." Jawabnya dengan pelan.

"Lalu kenapa menangis?"

"Hanya ingin." Jawaban Alody membuat lipatan di dahi Axel.

"Ada apa?" Tanya Alody mengubah jalan pembicaraan.

"Tidak ada. Hanya ingin main, sudah lama tidak bertemu." Alody terkekeh, "Kita bahkan baru bertemu dua hari yang lalu, Axel."

"Dua hari itu sudah lama Alody. Aku rasanya ingin melihatmu setiap hari."

"Jangan bicara seperti itu. Di sini banyak pengadu." Axel mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak takut." Alody hanya tersenyum kecil.

"Rencanamu apa hari ini?" Tanya Axel menatap Alody dari samping yang hanya menggeleng.

"Mau aku suap?" Alody langsung menoleh menatap Axel. Dengan pandangannya, Axel melihat mangkuk sup yang hanya Alody mainkan dengan sendoknya.

Gadis itu langsung mengikuti pandangan Axel dan tanpa persetujuannya lelaki itu meraih mangkuk dan sendok di tangannya.

"Aaaa," Alody bengong ketika Axel mengarahkan sendok ke mulutnya.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang