Nayna tak salah mendengar, barusan Jeno menyebut namanya Nay. Bukan Bakpia seperti biasanya. Lagipula, Nay baru sadar kalau Jeno sedang memasuki kamar mandi perempuan. Entah dari mana Jeno bisa masuk. Nay mengusap air matanya, lantas melemparkan gayung tepat ke wajahnya.
"Jeno! Ini kamar mandi cewek!"
***
"Aw," rintih Jeno pelan karena kesakitan. Sudut matanya lebam, akibat lemparan gayung dari Nay.
Nay sendiri akhirnya merasa bersalah walaupun dia tidak sepenuhnya salah. Gadis itu membawa Nay ke UKS sekolah, mengobati Jeno sebagai bentuk permintaan maafnya. Kapas yang berisikan alkohol itu sesekali di tujukannya pada luka lebam tersebut.
"Pelan-pelan bisa gak?!" pekik Jeno pada akhirnya.
Nayna menyengir kuda, "Ya, siapa tau luka lebamnya bisa mendelep ke dalem kalo gue pencet-pencet."
"Ish, dangkal banget otak lo, Bakpia."
Selang beberapa detik kemudian, Nayna menyudahinya. Tadinya Jeno pikir Nayna bakal ketagihan mengobatinya, apalagi dari jarak dekat. Tapi ternyata tidak sesuai dengan dugaannya.
Nayna tak langsung pergi, gadis itu berdiri di depan Jeno yang sedang memeriksa luka di dekat matanya. Cowok itu berpura-pura tidak melihat Nay.
"Gue cuma mau ... bilang makasih dan maaf."
Jeno menatap Nay. Cowok itu membalasnya datar, "Hapus jejak air mata lo."
"Eh?" Buru-buru Nay mengusap mata menggunakan tangannya. Namun anehnya, Nay tidak mendapati ada jejak air sedikit pun di sana. "Udah kering, kok."
Mendengar itu membuat Jeno mendecak. Lantas tangannya tergerak, menyentuh bagian pipi Nay yang hangat. Kemudian mengusapnya secara perlahan.
"Modus!"
Jeno terkekeh sebentar. Matanya menyadari sesuatu ketika cowok itu menatap mata Nay. Seketika, pikirannya menerawang jauh. Entah sampai kapan semuanya disembunyikan. Yang jelas, Jeno mengetahui semuanya.
"Gue gak pacaran sama Gissele. Dan satu lagi, waktu itu lo akrab banget sama Adrian pas jadi rekan."
Penjelasan Jeno seakan mewakili semua yang tadi sempat ditanyakan Nay dalam hatinya. Namun masih ada satu yang belum terjawab. Nay memberanikan diri untuk bertanya, "Kenapa malam itu ada lo di sana?"
Jeno mendeham, "Malam itu, gue ditelepon sama Gissele. Katanya mau ajak kerja sama, gue dan temen-temen harus dateng ke sekolah. Terus kalau lihat ada cewek yang jalan di koridor, tangkep aja, terserah mau diapain."
"Saat itu, gue mikir kalau lo cowok bajingan."
"Well, gue berubah pikiran ketika tau itu lo, kan?"
"Gimana kalau tadinya itu bukan gue? Apa lo juga tega ngerusak masa depannya? Walaupun gak sepenuhnya salah lo, tapi gue jadi tau dalang dari kejadian semalam adalah ... Gissele."
Brak.
Semua yang sedang dalam UKS mengalihkan pandangan mata mereka, ada seorang cowok yang tiba-tiba muncul dengan tubuh terjatuh mencium lantai. Terlihat jelas jika dia tadinya sedang menguping pembicaraan Nay dengan Jeno.
Tentu saja Jeno mengenali siapa lelaki itu, sedangkan Nay tidak. Kikky melebarkan senyumnya ketika dia ketahuan. Jeno mendecak, ada Kikky biasanya ada Adrian.
"Gue pergi." Jeno langsung melesat keluar, mengabaikan tubuh Kikky yang masih di pintu. Cowok itu bangkit sendiri, namun tak lama kemudian ada suara pekikkan yang tak jauh dari Pak Burhan.
"JENO! Kamu buat ulah mulu!"
"Yailah, Pak. Kan saya gak tau..." Kemudian Jeno bercicit pelan, "Makanya kurusin badan."
"Apa tadi kamu bilang?"
"Enggak, saya pergi dulu ya, Pak! Hukumannya buat besok-besok aja."
Dari sini Nay sedang membayangkan ekspresi wajah Pak Burhan yang memerah. Dia terkikik geli, kemudian menatap Kikky.
"Adrian, sialan," gumamnya.
"Lo nguping ya!" sambar Nay, Kikky langsung mengangkat jari telunjuk dan tengahnya, membentuk piece.
"Enggak, sumpah! Gue baru dateng langsung di dorong masuk sama Adrian."
"Adrian?"
Tidak salah, lagi. Pasti tadi Adrian menguping pembicaraan mereka! Nayna berjalan keluar, kepalanya menengok ke samping, tidak ada seorang pun di sana. Bisa jadi Adrian sudah pergi dari tempat kejadian.
Jika memang benar Adrian menguping, maka ... pasti langkah selanjutnya yang ia ambil adalah melabrak Gissele dan meminta penjelasan.
***
Beberapa gelak tawa yang tadi sempat hadir langsung terkulum ketika Adrian datang dengan raut wajahnya yang tak senang. Bahkan ekspresinya yang seperti itu mampu membuat orang lain bergidik merinding. Tidak biasanya Adrian datang dengan menampakkan wajahnya yang seperti itu.
"Sel, mantan lo," peringat temannya, kemudian langsung pergi meninggalkan Gissele. Mungkin ada sesuatu yang ingin dibicarakan secara privasi, Gissele memahami kenapa temannya pergi.
Gissele langsung berbalik, di sana benar ada Adrian. Pandangannya merendah, cewek itu berusaha menampilkan senyuman. Kemudian suaranya berubah agar tampak selembut mungkin di hadapan Adrian.
"Adrian ... kamu ada perlu apa?"
"Gak usah sok gitu di depan gue. Apa yang lo lakuin waktu malam itu? Ketika gue mutusin lo langsung."
Gissele membuka mulutnya, menampilkan raut terkejut dan berusaha mengelak dengan caranya. "A-aku gak ngapa-ngapain."
"Bohong! Waktu itu lo pengen bikin celaka Nayna, kan?"
Gissele mencibir. Otak liciknya kembali berputar, gadis itu menunduk. Kemudian ketika kepalanya didongakkan, matanya sudah penuh dengan air mata yang bercucuran. Hal itu membuat Adrian mau tak mau merasa kasihan. Layaknya seperti kebanyakan tokoh antagonis, Gissele bermain peran dengan sangat baik.
"Aku udah duga itu. Kamu mutusin aku karena Nayna, kan? Jujur, Adrian!" Cowok itu terdiam. Pada situasi seperti ini kadang membuat Adrian bungkam. Gissele berkata lagi, "Aku sama kamu, udah lama jalanin hubungan, kan? Aku sayang banget sama kamu, dan kamu tau itu. Tapi gara-gara Nayna, kamu berubah." Kemudian dia juga menampilkan ekspresi kecewanya yang mendalam di depan Adrian.
Lantas Gissele berbalik, pergi dengan menghentakkan kaki. Tak lama, bibirnya membentuk senyuman licik sebelum melenggang pergi dan menyusul teman-temannya. Tidak ada yang dapat Adrian rasakan saat itu. Tubuhnya masih berdiri di sini. Adrian bingung ada apa dengan perasaannya sendiri, dia tidak benar-benar serius dengan Gissele.
Dari awal, yang diincarnya justru adalah Vela. Namun Adrian sendiri belum mampu mengungkapkan perasaannya, hingga sekarang. Mungkin yang dilakukannya hanya pelampiasan. Hingga Adrian baru sadar, jika yang dilakukannya selama ini adalah salah. Dia terlalu banyak membuat hati perempuan lain patah.
Seperti Gissele dsn mantan-mantannya yang lain contohnya. Lalu, Adrian teringat dengan satu perempuan lagi. Yang sempat hadir dan membuat Adrian tertarik ingin mencobanya. Nay. Mengapa hidupnya selalu dirumitkan yang seperti ini?
Apakah cewek itu juga akan menjadi korbannya? Adrian mengepalkan tangan, kemudian meninju udara yang kasat mata. Salah, semua yang dia lakukan itu salah.
Adrian melangkahkan kaki, pergi dari tempatnya tadi. Biasanya ... saat dulu yang sering mencari solusi itu adalah Jeno. Tapi sekarang tidak lagi, Adrian merasa kalau dia punya Kikky. Namun, terkadang cowok itu masih bertanya-tanya apakah Kikky cowok yang bermuka dua atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang 'Dia'
Teen FictionCerita terinspirasi dari kisah nyata sendiri. [DON'T COPY MY STORY. MAU DIBUNUH?🔪] __________ Hancur. Semua yang pernah Nayna bayangkan menjadi kenyataan. Kini ia tenggelam dalam ketakutannya sendiri, hingga Nayna mengidap alter ego. Namun, tiba...