🗒> Lembar 11

17 6 0
                                    

   "Aku harap kamu gak berburuk sangka sama kami waktu itu."

Nayna berhenti mengikat tali sepatunya. Ada satu pasang kaki di hadapannya, gadis itu berdiri dan menatap Vela.

"Kami gak pacaran, Nay."

Nay membuang muka. Jika memang yang dikatakan Vela benar, berarti selama ini dia salah paham?

"Tapi ... cuma sahabatan aja, kok."

Nay hanya ber-oh datar. Vela tersenyum, dia tahu jika Nay sedang berada di mood yang tidak baik. Semalam, Mamanya memberitahu Vela kalau selama ini Nay mengidap penyakit alter ego. Pantas saja, Nay terlihat buruk dalam mengendalikan emosinya. Vela memaklumi sifat Nay. Seharusnya, sesama manusia harus saling menolong pada yang membutuhkan untuk kembali membimbingnya ke jalan yang benar, bukan?

"Malam ini mau pergi bareng, gak?"

"Hah?" Sekian lama Vela menunggu ucapan huruf panjang Nay, akhirnya keluar juga.

"Iya, ke mal. Septia mau ngerayain ulang tahunnya, kan?"

Ah, iya. Nay hampir melupakan undangan yang pernah Septia berikan kepadanya. Nay mengangguk-angguk, tapi juga ada keganjilan di tengah-tengah percakapan mereka.

"Eh, bukannya cuma temen sekelas yang diundang?"

Vela tersenyum lagi. Sebenarnya, dia sendiri tidak diundang. Yang diundang itu hanya Adrian, Vela melihat Adrian menerima kartu undangan dari Septia langsung. Kemudian mendengarkan penjelasan dari Septia bahwa syarat untuk masuk ke dalam pestanya harus membawa pasangan. Saat ini, Vela terlalu percaya diri kalau ia yang akan ditunjuk menjadi pasangan oleh Adrian nanti.

"Hm, pokoknya aku sama Adrian dapet undangannya juga, gak tau alasannya apa." Hanya di sekolah lah, Vela bebas berbohong sesuka hatinya.

Adrian diundang juga? Batin Nay.

"Oh ... oke, deh. Jam berapa?"

"Jam tujuh, kita ketemuan langsung di mal-nya nanti setelah aku share lokasi."

Nay menunjukkan jari jempolnya sebelum berlalu pergi.

***

    Ramainya orang yang berlalu lalang di sini membuat Nay harus mempertajam penglihatannya, barangkali Vela sudah datang. Namun beberapa menit kemudian, gadis itu melihat ada seseorang yang melambaikan tangan padanya. Vela.

Secara ramah, Vela langsung menggandeng lengan Nay dan mengajaknya masuk ke dalam. Mereka akan menghampiri beberapa toko malam ini.

Awalnya, Nayna cukup cuek atas tingkah laku Vela yang ternyata tidak bisa diam. Gadis itu tiba-tiba mengingat sesuatu, seperti pernah melihat sosok orang yang bersifat sama dengan dia. Mungki  saja, semuanya hanya kebetulan.

"Di sana banyak boneka-boneka bagus. Kira-kira kamu mau ngado apa buat Septia?" tanya Vela.

"Yang menarik aja."

Vela hanya mengangguk-angguk. Matanya melihat jejeran boneka-boneka lucu di sana. Ada yang bergambar kartun zombie, hello kitty, doraemon, dan lainnya. Nayna berhenti di tempat rak boneka creepy. Pandangannya tak lepas pada bentuk boneka laba-laba dan spiderman.

Vela menyadari itu, dia memang punya sedikit bakat keturunan psikiater dari Ibunya. Gadis itu tiba-tiba berkata, "Seingetku, aku pernah ketemu sama anak yang kegemarannya aneh. Dia cewek, tapi suka ngoleksi apapun barang avanger."

Tentang 'Dia'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang