Nakyung tiba disekolah barunya. Kedua matanya menatap gedung tua itu tanpa minat. Berbanding jauh dengan pasang-pasang mata yang menatap dirinya. Wajar, visual Nakyung tidak main-main.
Siapapun yang melihatnya tidak akan mengira dia manusia. Kulit putih pucat nan mulus, bibir semerah darah, hidung kecil, dan mata sedalam palung mariana. Nakyung bisa saja mengatakan dirinya bidadari surga dan semua orang pasti percaya.
Perjalanan menuju ruang guru terasa sangat jauh. Tungkai kurus Nakyung membawanya ke ruangan paling ujung koridor. Bilah delimanya berdecak. Jauh sekali ruang guru dari pintu depan, tidak efisien.
Sesampainya didepan ruangan berpintu kayu mahoni itu, Nakyung sempat terdiam. Ia menoleh, bayangan seseorang menghilang dari balik loker siswa. Gadis cantik itu tersenyum. Senyum tanpa makna sepertinya, terlihat dari sorot matanya yang kosong.
Cklek!
"Eh, anak baru ya?" Suara berat menyapa pendengaran Nakyung, membuatnya kembali menoleh ke arah pintu mahoni yang kini terbuka. Terlihat seorang siswa berpenampilan rapi. Dari rambutnya yang distyle kebelakang, baju yang dimasukkan, atribut yang lengkap, dan sepatu putih yang bersih, bisa dipastikan anak ini jenis kesayangan guru.
Sebuah tangan melambai didepan wajah Nakyung, membuat sang empu terlonjak kaget. Nampaknya si siswa rapi ikut terkejut dibuatnya. "Maaf, gue gak maksud ngagetin lo, masalahnya gue mau ke kelas dan lo ngehalangin jalan gue jadiㅡ"
Tanpa berbicara apa-apa, Nakyung melewati siswa itu begitu saja. Memasuki ruang guru bernuansa pastel tersebut. Si siswa jelas kaget.
"Apa jangan-jangan dia bisu?" Ujarnya asal. Namun, ia hanya mengangkat bahu tidak peduli lalu melangkah menuju kelasya.
"Hm... Nakyung ya? Tidak ada marga?" Guru wanita bernama Sejeong itu bertanya pada Nakyung. Si gadis terdiam, tatapannya datar seperti biasanya. Sejeong yang merasa dikacangin pun mengangkat suara kembali. "Nakyung?"
"Lee."
"Ya?"
"Lee. Nakyung Lee."
Sejeong berkedip, memproses kata-kata Nakyung barusan. Baru sekarang Nakyung berbicara. Dari tadi hanya Sejeong yang mengoceh sendiri. "Ah, Lee Nakyung ya? Nama yang bagus," ujar Sejeong mencoba mencairkan suasanya.
Namun, Nakyung tidak membalas. Ia kembali terdiam seperti biasa.
Selesai menulis, Sejeong menatap murid barunya dengan lembut. "Nah, Nakyung, ada keinginan lain?"
"Saya ada permintaan," jawab Nakyung cepat, membuat guru muda dihadapannya terkejut. Berhubung Nakyung sangat irit ngomong, jawaban kilat Nakyung membuat Sejeong penasaran. "Permintaan apa, Nakyung?"
Sebuah lengkungan manis mengembang di wajah pucat Nakyung. Sang gadis mendekatkan bilahnya pada telinga sang guru.
Kelas 11 IPS-3 nampak ramai sekali. Gumpalan-gumpalan kertas berhamburan dimana-mana, sepatu milik entah siapa menyangkut di ventilasi, suara teriakan baik dari adam maupun hawa menggema kesl seluruh penjuru kelas.
Saking kerasnya, Sejeong yang baru saja memasuki kelas itu sampai diabaikan. "Maaf ya, murid ibu memang begini semua," Sejeong beralih ke Nakyung yang nampak tidak keberatan mendengarkan 'celotehan' calon teman-teman barunya.
Suara ketukan penggaris pada papan tulislah yang berhasil membuat semua kembali ke tempat duduk mereka. Iya, hanya kembali, mulut mereka masih tidak mau diam.
"Eh, siapa tuh samping Bu Sejeong?"
Celetukan satu murid membuat semua melayangkan tatapan penasaran pada gadis Lee. Sepertinya Bu Sejeong terlihat senang, akhirnya dia diperhatikan.
"Anak-anak, ini teman baru kalian. Nakyung, silahkan perkenalan dulu."
Nakyung melangkah kedepan sedikit. Mengukir sebuah senyum manis, Nakyung memulai perkenalannya.
"Selamat pagi, namaku Lee Nakyung. Umurku 17 tahun dan aku pindahan dari Gwangju. Sebelum berkenalan lebih lanjut, aku ada satu permintaanㅡ
seandainya aku menghilang, jangan pernah cari aku."
__ [𝙸] 𝙵𝚛𝚒𝚍𝚊𝚢__
Mohon bantuan kedepannya 🙏🏻
©Naleechu, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝙸] 𝙵𝚛𝚒𝚍𝚊𝚢
Mystery / Thriller"𝙰𝚔𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚛, 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒𝚔𝚞?" Misteri hilangnya seorang gadis setiap hari Jumat. Renkyung ft. 00 Liners 16+ Harsh words A little gore Since: Completed: Status: Draft © Naleechu, 2020