Doi

186 26 3
                                    

Kelas sekarang hening menandakan pembelajaran sudah dimulai. Nakyung duduk disamping seorang gadis yang sedari tadi tidak berhenti mengganggunya.

"Jadi lo pindahan Gwangju? Nenek gue tinggal disitu loh," ujar gadis itu dalam nada bisik. Nakyung hanya tersenyum kecil, tak minat menggubrisnya.

"Lee Chaeyoung! Ngobrol terus kamu ya, dikira saya tidak dengar kamu berbisik?!" Bentakkan guru sejarah membuat Chaeyoung, gadis disamping Nakyung, menunduk di tempat duduknya. "Maaf pak," ujarnya setengah hati.

Lee Chaeyoung?

















































































"Nakyung, ayo ke kantin!" Chaeyoung menyentuh pundak Nakyung tepat setelah bel istirahat berkumandang. Nakyung mengangguk, membiarkan Chaeyoung menarik pergelangan tangannya. Meski dasarnya agak kesal, sebenarnya Nakyung juga lapar.

"Gue kenalin lo ke temen-temen gue ya?" Tanya Chaeyoung meminta persetujuan. Lagi-lagi Nakyung hanya mengangguk. Lagipula sepertinya Nakyung tidak memiliki banyak pilihan.











































































"Hai guys!" Teriakan Chaeyoung menggema. Nakyung sampai harus membungkuk tanda maaf saat banyak pasang mata beralih karenanya. Namun, nampaknya Chaeyoung tak peduli. Ia lebih tertarik mengenalkan Nakyung ke segerombolan anak SMA yang duduk melingkar disalah satu meja.

Seorang pemuda menatap Chaeyoung kesal. "Congor lo tuh bisa dikecilin kaga sih?" Desisnya. Bukannya meminta maaf, Chaeyoung justru menjitak kepalanya. "Diem ya, Sunwoo! Gue lagi males denger lo bicara!"

"Wah anjir gabisa dibiarin inㅡ"

"Husssh! Ini gue mau ngenalin kalian ke temen baru gue!"

Atensi beralih ke gadis cantik dibelakang Chaeyoung.















"Siapa nih? Cakep bener?" Ujar pemuda lainnya. Yang ini lebih tampan dari Sunwoo dan sepertinya lebih kalem. "Nah, Nakyung, perkenalkan diri lo."

Nakyung memposisikan dirinya disamping Chaeyoung lalu membungkuk. "Selamat pagi, namaku Lee Nakyung. Umurku 17 tahun dan aku pindahan dari Gwangju. Sebelum berkenalan lebih lanjutㅡ"
























































Mulut Nakyung dibekap. "Udah udah sampe situ aja, ngga ada yang bakal ketawa denger lawakan lo kayak waktu di kelas," ujar Chaeyoung si pelaku pembekapan. Iya, semua orang tertawa mendengar permintaan Nakyung yang menyuruh mereka tidak mencarinya jika ia menghilang.

Wajar saja, itu permintaan yang sangat aneh bukan?














































































"Oh jadi nama lo Nakyung?" Sebuah suara menginterupsi. Bekapan Chaeyoung terlepas dan Nakyung menatap si pembicara. Entah mengapa, ia terlihat familiar.

Pemuda itu menunjuk dirinya. "Lo gak inget? Kita ketemu waktu depan ruang guru?"

Ah, sekarang Nakyung ingat. Lelaki rapi waktu itu?

"Nama gue Renjun, Huang Renjun," lelaki itu tersenyum. Refleks, Nakyung ikut tersenyum. "Manis banget lo, yakin bukan bidadari?"

"Anjir Jaemin ngalus mulu!" Gadis yang Nakyung kenali sebagai Seoyeon mendengus. Jaemin tertawa meskipun Seoyeon memukulinya dengan anarkis.




















































































































Namun, berbeda dengan Nakyung

























































































































yang ekspresinya berubah tidak enak.

__[𝙸] 𝙵𝚛𝚒𝚍𝚊𝚢__

Hehe hai!

©Naleechu, 2020

[𝙸] 𝙵𝚛𝚒𝚍𝚊𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang