11- Keputusan Mami

566 30 3
                                    

#Happy Reading#

Bel istirahat kedua sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kini, Varo bersama ketiga temannya sedang berjalan beriringan menuju mushola ingin melaksanakan shalat zhuhur. Setelah sampai di mushola, Varo langsung beranjak menuju area wudhu, menyalakan kran air kemudian wudhu.

Banyak para siswi yang kagum dengan meneriaki namanya, setelah selesai berwudhu. Varo mengajak Bian dan Satya yang belum berwudhu untuk segera berwudhu, karena sedari tadi kedua temannya itu hanya menggombali para siswi yang ingin berwudhu.

Varo menjewer telinga kedua temannya itu, tangan kanannya yang digunakan untuk menjewer Satya, sementara tangan kirinya yang menjewer telinga Bian. Lelaki itu tidak peduli pada rintihan kedua temannya, ia menyeretnya dan langsung menyuruhnya untuk berwudhu.

Setelah keempatnya mengambil wudhu, mereka langsung beranjak menuju mushola.

Baru sampai di mushola, Varo melihat jam dinding yang ada di mushola. Sudah waktunya adzan zhuhur; pikirnya. Ia pun memutuskan untuk mengumandangkan adzan.

Setelah adzan selesai dikumandangkan, Varo menyuruh para siswa maupun siswi yang terhalang oleh pembatas shaf laki-laki dan perempuan untuk segera bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sholat zhuhur.

Para siswa maupun siswi bangkit berdiri menghadap kiblat, setelah mendengar iqamah.

Setelah melaksanakan ibadah sholat zhuhur, Varo bersama ketiga temannya berjalan keluar mushola. Memakai sepatunya masing-masing.

Saat sudah selesai dengan itu, tidak sengaja Varo, Farel, Satya, serta Bian bertemu dengan Miss Yura-- guru bahasa inggris mereka sewaktu kelas sepuluh.

Satya sontak mendekati dengan jurus andalannya, "Eh Miss Yura. Makin cantik aja deh Miss." Tangannya tidak tinggal diam, ia sibuk menyisiri rambutnya.

"Bohong Miss, jangan dengerin apa kata Satya. Semua cewek digituin sama dia. Kalo saya sih beda ya Miss." timpal Bian membenarkan kerah seragamnya.

Fyi, Miss Yura itu memang masih muda, cantik pula, dan yang terpenting masih single. Tidak heran, anak murid laki-laki seperti Satya dan Bian sering menggodanya.

"Belajar yang bener dulu kalian berdua. Nilai masih sering remedial juga. Kalau belajar jangan malas-malasan, kalau ada penilaian harian jangan jawab ngasal terus." Miss Yura membalas perkataan Bian dan Satya dengan ucapan menohok.

"Ngapain saya jawab ngasal, dibelakang saya udah ada nih kunci jawabannya." Bian menengokan kepalanya menghadap Farel yang ada dibelakangnya.

Satya berdeham, "Yang penting nih Miss. Cinta saya itu cuma ke Miss seorang."

Miss Yura mengangkat tangannya, memperlihatkan cincin yang dipakai dijari manisnya.

"Kalo yang saya tau, ketika cincin dipakai dijari manis itu artinya–". Bian menepuk-nepukan dadanya dengan raut muka sedih.

Satya menggelengkan kepalanya, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Gak, saya gak liat."

Miss Yura berdeham. "Iya, ini cincin pertunangan saya dengan calon suami Miss."

Varo yang mendengarnya tidak bisa menahan tawa, tawanya pecah begitu saja. Farel pun sama, ia menertawakan kedua temannya itu.

"Ya udah deh Miss, selamat ya." lirih Bian masih dengan raut wajah sedih.

"Ro, gue gak kuat lagi. Bopong gue, Ro."

Ucapan Satya tersebut membuat Varo mual. Ia pun mencoba membopong tubuh Satya. Farel pun sama, ia mencoba membopong tubuh Bian yang lemas.

Kakak Kelas [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang