Chapter 3

62 12 2
                                    

"Kamu seperti jaringan internet. Menyebalkan jika hilang, tetapi jika ada buatku nyaman berlama-lama"

-Adinda Bulan Kirana.

-o0o-

"Apa-apaan sih lo! Main tarik tangan gue segala!" kesal Bulan begitu mereka berdua sampai di UKS.

Dilihatnya pergelangan tangan kanan miliknya, merah. Hebat, lengan kirinya tergores kaca dan pergelangan tangan kanannya memerah akibat tarikan Aidan.

Ternyata selain keras kepala, Aidan juga sadis juga kejam, pikir Bulan kesal.

"Yaudah, sono balik ke kelas lo! Biar gue obatin sendiri," ujar Bulan. Tangannya menunjuk kearah pintu UKS, mengusir Aidan.

"Biar gue yang obatin," diambilnya kapas putih dan obat merah, benda yang Bulan gunakan kemarin untuk mengobati dirinya.

Aidan menyuruh Bulan duduk di kursi. Setelah Bulan menempatkan tubuhnya di kursi, Aidan berlutut menghadap Bulan. Diamitnya tangan kiri Bulan yang terluka, lalu Aidan melakukan hal yang sama dengan perlakuan Bulan kemarin.

Bulan menatap wajah Aidan yang sibuk mengobati lengannya. Hatinya sedikit berdesir mendapat perlakuan seperti itu. Aidan yang merasa ditatap pun balik menatap Bulan. Pandangan mereka berdua bertemu.

"Iya gue tau gue ganteng. Tapi ngeliatin gue jangan gitu. Berasa maling gue,"

"Ganteng dari Hongkong? Muka pas-pasan kek gitu di bilang ganteng. Idih!" Bulan buru-buru memutuskan kontak matanya sambil pura-pura bergidik ngeri.

Tapi memang ganteng, sih

Apa?

Ganteng?

Aidan?

Bulan menggelengkan kepalanya. Merutuki sesuatu dalam hatinya yang berulangkali memuji laki-laki di depannya. Mewanti-wanti dirinya sendiri agar tak terjatuh dalam pesona Aidan.

"Lo ngapain geleng-geleng kepala gitu" Aidan angkat suara

Bulan menatap Aidan sembari merutuki dirinya sendiri.

Mengapa ia tampak bego dihadapan lelaki macam Aidan?

"Ng-nggak, kok," jawab Bulan gugup. Sungguh, ia malu terlihat bodoh.

Suasana di UKS hening kembali.

"Lo gak balik ke kelas? Gue bisa sendiri, kok." Bulan angkat suara. Berusaha mencairkan keadaan.

"Gue aja,"

Bulan benar-benar harus berobat ke dokter spesialis jantung sekarang juga atau ia akan terkena serangan jantung!

"Tapi lo jangan ge-er. Gue ngelakuin ini karena pengen bales budi atas perlakuan lo ke gue kemarin," Aidan berkata dingin.

Senyum Bulan luntur seketika. Rasa bahagia yang beberapa detik yang lalu bersarang di hatinya kini berganti menjadi rasa kesal. Tubuhnya yang dirasa barusaja terbang tinggi-tinggi seakan tertarik kuat oleh atmosfer bumi, terhempas pada tanah.

"Lo udah keburu ge-er ya?" tebak Aidan sembari menyunggingkan ulas senyum jenakanya.

"Apaan, sih," Bulan akhirnya memilih mengatakan kalimat tersebut. Daripada ia bicara panjang lebar mengomeli Aidan namun hasilnya ia sendiri yang terkena skakmat?

"Udah! Lain kali kalo naik angkutan umum hati-hati. Lagian juga kenapa lo naik angkutan umum?" ucap Aidan seraya meletakkan obat merah dan kapas pada tempatnya semula.

Bulan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang