Chapter 4

40 10 4
                                    

"Ketika semua perlahan berubah, hanya ada beberapa yang menetap. Salah satunya adalah perasaanku padamu,"

-Adinda Bulan Kirana

-o0o-

Bulan berbaring di kasur empuk miliknya sembari menatap langit kamar berwarna biru nya. Kedua pasang kakinya menjuntai jatuh di samping kasur. Mukanya tak henti memanas dan memerah ketika ia mengingat kejadian di sekolah. Rania benar-benar sialan!

Flashback on

"Suka sama siapa?"

Bulan hanya terdiam mematung, memandangi Aidan dengan tatapan kosongnya.

"Woi!" lambaian tangan Aidan tepat di depan wajah Bulan membuat Bulan tesadar dari lamunan kosongnya.

"Eng–enggak, gue gak suka sama siapa-siapa. It– itu tuh temen gue lagi kasmaran! Bukan gue!" Bulan berucap terbata seraya membenarkan seragamnya yang sedikit acak-acakan akibat insiden barusan.

Aidan memincingkan mata, tatapannya menginterogasi.

"Y-yaudah, ya! Gu-e mau ke temen gue! Oh iya, kakak gue nanti bisa jemput. Lo pulang sendiri aja. Bye, Dan!" Bulan berbicara sambil sedikit berlari menghampiri Rania yang sibuk menahan tawanya.

Sialan sekali anak itu.

Flashback off.

-o0o-

"Teori Darwin itu yang ini... Kalo Lamarck itu.. yang ini kali ya? Eh, kebalik gak, sih? Argh! Bingung!" Bulan meletakkan kepalanya di meja, di alasi kedua lengannya yang terlipat.

Sedari tadi tak ada materi yang ia pahami. Tak biasanya ia seperti ini. Seharusnya ia sangat paham, tetapi mengapa kali ini begini? Padahal beberapa hari lagi ujian kenaikan kelas dimulai.

"Suka sama siapa?"

Tiba-tiba saja sosok Aidan dan suara beratnya melintas dalam pikiran Bulan. Wajahnya, terlebih pipinya lagi-lagi memanas.

"Gue ngapain, sih, mikirin cowok sialan itu!" frustasi Bulan sambil mengacak rambutnya sendiri gemas.

Diambilnya kertas kosong yang sedari tadi dipakainya untuk mengidentifikasi pelajaran yang tidak dipahami.

Ditulisnya :

Aidan

Jelek, kepala batu, suka maksa

Kelas ?

Nama lengkap?

---------

"Gue nulis apaan, sih?!" gumamnya sambil meremas kertas yang baru dicoretnya.

"Woi, budeg! Lo dipanggil mama berkali-kali! Telinga lo belom dibersiin berapa tahun, sih! Dipanggil kagak nyaut!" Alvaro, kakak Bulan yang biasa dipanggil Al tiba-tiba muncul pada daun pintu kamar Bulan.

"Apaan, sih, Kak!" mood Bulan turun drastis.

Segera ia hampiri mama yang memanggilnya.

-o0o-

"Lo usil banget, sih Kak! Mama gak ada!" kesal Bulan memasuki kamar kakaknya.

Sunyi

Kemana kakak pergi?

"Bodo amat, lah"

"Aidan? Siapa?" sesampainya di kamar, ia dikejutkan oleh kehadiran Al yang tengah duduk manis di kursi meja belajarnya. Tangan kanannya memegang kertas yang tadi diremas Bulan. Dengan senyum jahil, ia hampiri adik nya yang berdiri dengan tatapan kesal.

"Kak Al nyebelin banget, sih!" Bulan berusaha mengambil kertas yang baru dibaca Alvaro.

Tinggi mereka yang jauh berbeda membuat Al tersenyum menang. Adiknya hanya sebatas bahunya. Bulan tak akan bisa merampas kertas yang Al angkat tinggi-tinggi.

"Pendek lo," gurauan Alvaro membuat Bulan makin naik pitam.

"Tau lah, Kak! Males gue," rajuk Bulan beranjak menuju pinggir kasur ia duduk di sana dengan kedua tangan disedekapkan.

"Adek gua marah, nih?"

"Otak lo dipake buat mikir!"

Al tersenyum puas melihat adik perempuannya. Disusulnya duduk di sebelah Bulan. Tangannya bergerak menepuk-nepuk bahu sang adik.

"Maaf, deh"

Bulan tetap membisu.

"Ngomong aja. Bakal kakak dengerin omongan lo sampe lo puas. Gue kan cowok. Paling gue bisa ngasih saran buat lo sama Aidan," Al melembut. Berusaha menghibur adiknya yang tengah dilanda rasa galau.

"Ogah, ntar lo ngetawain gue" sungutnya.

"Adek gue udah besar ternyata,"

Suasana hening sejenak. Hanya tersisa suara hembus angin malam yang masuk melalui jendela kamar.

"Aidan temen gue, Kak. Baru kenal kemarin."

"Lo.. suka dia?" Tanya Al perlahan.

"Gak tau. Gue bingung,"

"Jiaah.. Dasar anak baru gede alias ABG! Bingung ama perasaan sendiri, hahaha."

"Diem, jomblo. Lo baru diputusin Kak Ella kemarin, kan?" ejek Bulan. Memberi skakmat pada kakaknya.

"Anjir, gak usah diungkit," Al membuang muka sedangkan Bulan tersenyum puas.

Lagu Way Back Home yang dinyanyikan oleh Shaun terputar dari handphone Bulan yang berada di atas meja belajar. Menendakan bahwa seseorang tengah menelponnya.

"Angkat, gih." suruh Al.

"Ambilin, dong Kak hehehe! Kan lo lebih deket," Bulan memasang wajah puppy eyes nya.

"Manja," sindirnya beranjak mengambil handphone.

Raut muka Al berubah menjadi tatapan jail ketika mengetahui siapa yang menelpon adiknya. Bulan yang merasa aneh segera menghampiri kakaknya, merebut ponsel miliknya dari tangan Al.

Raut mukanya menjadi terkejut setelah membaca nama sang penelpon. Ia menatap kakaknya ragu.

Pada layar ponselnya tertera–



















'Aidan Gans'

-o0o-

TBC

Makasii yang mau sempatin baca my first work

Semoga suka yaa

maaf kalo part yang ini dikit

Mampir di lapak sebelah yuk!

Judulnya Take Care of Yourself || Na Jaemin

NCTzen wajib baca dongg

Jangan lupa vote dan share ceritaku

Terima kasih <3

-SajakSenja

Bulan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang