Chapter 9

46 7 3
                                    

"Terkadang, kehidupan virtual membuatku terjerat, merasa terhempas dari dunia nyata,"

-Adinda Bulan Azalia

-o0o-

Sebuah mobil merah berhenti tepat di depan rumah Bulan. Sang penghuni dalam mobil membuka kacanya. Dan–Bulan harus dibuat terkejut olehnya untuk kesekian kali.

Pengendara mobil itu adalah ayah Shafi

Namun yang lebih mengejutkan adalah penghuni tempat duduk depan di sebelah ayah Shafi–






Aidan.

-o0o-

"Gue duluan ya, Bulan?" Shafi mengucap salam perpisahan pada Bulan.

"Gue juga." Rania mengikuti Shafi yang membuka pintu mobil.

Sedangkan yang disalami hanya tersenyum tipis. Pikirannya masih dipenuhi teka-teki. Ada apa dengan Aidan hingga ia berada dalam satu mobil dengan Ayah Shafi? Ingin pendekatan dengan calon mertua?

Bulan menertawakan pikiran konyolnya. Mana mungkin remaja SMA sudah memikirkan calon mertua? Tapi sisi lain dalam diri Bulan membantah. Jika memang itu alasan Aidan berada satu mobil dengan ayah kawannya, maka Bulan akan menyerah. Berhenti memikirkan Aidan dan segera melumpuhkan ingatannya. Sungguh, Bulan malas terjerat dalam teka-teki memusingkan ini.

"Bulan?" sebuah suara berat membuyarkan lamunan Bulan beserta persepsi yang sedang berkecamuk seperti badai angin dalam otaknya.

"Eh, iya?" Bulan cepat-cepat menoleh kepada sosok yang memanggilnya.

"Gue duluan ya?" Aidan berpamitan. Tangannya membenarkan sabuk pengaman yang terasa kurang nyaman di badannya. Tak lupa, ia sematkan senyum manis di akhir ucapannya, senyum yang membuat darah Bulan seolah terhenti.

"Oh, em—iya. Hati-hati," balas Bulan. Sedetik setelahnya, mobil itu beranjak menjauhi rumah Bulan, meninggalkan Bulan yang sedikit panic akibat ucapannya sendiri.

"Apa tadi gue bilang?'Hati-hati'?"

"Gila gue! Ntar kalo dia pikir gue suka dia gimana? Aduh, ni mulut lemes banget!" Bulan sibuk merutuki dirinya sendiri sembari menuju kamar.

Ia merebahkan tubuhnya di kasurnya yang sedikit acak-acakan akibat teman akhlakless nya. Kelopak matanya mulai ia pejamkan, membiarkan pikirannya kembali bergelayut dengan persepsinya.

"Lagi ngehalu?" sebuah suara membuat kelopak matanya terbuka. Sudah ia duga, Al, kakaknya yang menyebalkan tiba-tiba saja sudah duduk di pinggir kasurnya.

"Gue bukan orang yang buang-buang waktu dengan ngehalu." Kesal Bulan kembali memejamkan matanya.

"Mikirin Aidan?" ucapan Al membuat kelopak mata Bulan terbuka kembali, merasa risih dengan kakak nya yang dirasa mengganggunya.

"Mau ngapain kesini? Kalo gak penting balik lagi aja ke kamar lo, Kak. Gue pingin sendiri." Bulan memiringkan tubuhnya, membuang muka terhadap Al.

"Tentang Aidan yang semobil sama Ayah Shafi?" ucapan Al sukses membuat adiknya terduduk dengan pandangan difokuskan kearahnya.

"Kok lo bisa tau?"

"Gue habis naruh motor di garasi. Jadi tadi gue liat lo sama dua temen lo," jawaban Al membuat Bulan menganggukkan kepalanya sembari ber-oh ria.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bulan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang