Prolog

17 2 0
                                    

Aku pernah jatuh cinta yang amat dalam bahkan merelakan nya bersama wanita lain.

Aku mencoba mencari kehidupan baru.

Namun Tuhan mempertemukan kami kembali, dengan keadaan yang lebih sulit dari sebelumnya

Ramai sekali di bandara, aku tersenyum saat melihat cuaca negara tempat ku lahir sangat-sangat cerah.

Aku merindukan cuaca dingin ini, jalanan yang bersih, pepohonan hijau yang rimbun, dan toko-toko kecil di pinggir jalan. Dan yang membuat ku senang adalah, aku kembali bersama seseorang yang ku cintai.

Hyunjin, lelaki yang ku temui di bandara lima tahun yang lalu. Dia yang mampu membuatku merasa nyaman, dia yang mampu membuatku kembali sadar bahwa aku memang layak untuk di cintai. Terutama olehnya.

Lelaki ber rambut cokelat itu tersenyum padaku. Sedari tadi ia mengusap-usap tangan ku. Dia tahu betapa gugupnya aku yang akan bertemu dengan orang tuanya. Dan juga Hyunjin memintaku untuk tinggal bersama keluarganya.

"Kau selalu enak untuk di pandang." katanya membuatku tersipu malu.

Aku menelan ludah saat mobil yang kami tumpangi memasuki kawasan rumah mewah. Pilsu menghentikan mobil lalu di setiap sisi pintu mobil ada yang membuka kan pintu.

Hyunjin menautkan kembali jari-jarinya di jari ku. Aku berjalan mengikuti Hyunjin, rumah nya besar sekali. Aku dapat melihat ada taman di dalam rumah yang di sekat oleh kaca-kaca menjulang tinggi. Design Interiornya sangat-sangat mewah.

Tiba-tiba saja ada suara balon pecah yang berhasil membuat ku kaget. Satu persatu orang rumah bermunculan sembari memeluk Hyunjin dan aku secara bergantian. Keluarga nya luar biasa hangat. Mereka menyambut kami dengan meriah.

Kami berbincang-bincang ringan sampai tidak ingat waktu dan teman-teman Hyunjin harus kembali kerumahnya. Yang tersisa hanya Aku, Hyunjin dan kekasih kakaknya yang tidak kunjung tiba.

"Selama aku dan Hyunjin di Kanada, kalian hanya tinggal berdua di rumah ini?" Tanyaku sembari menggosok piring.

"Hm. Ayah Hyunjin itu sudah menikah lagi, rumah ini diwariskan padanya dan kakaknya karena anak tertua beliau sudah menikah dan pindah ke kawasan desa untuk memulai kehidupan yang sederhana. Maka dari itu aku menemani Li selama kalian di luar negeri." Jelasnya melepas celemek lalu berpamitan untuk beristirahat.

Aku masuk kedalam kamar yang ada di lantai dua sementara Hyunjin ia harus memiliki ruangan yang luas untuk bekerja sehingga ia memilih untuk mamakai kamar di lantai bawah.

Hyunjin itu lelaki yang kuno, dia tidak seperti lelaki zaman sekarang yang suka seenaknya pada kekasih. Semenjak kami sepakat untuk memulai hubungan, Hyunjin sangat-sangat menghormati seorang wanita. Itu membuatku sangat beruntung karena di miliki oleh lelaki baik sepertinya.

Ku raih ponsel untuk memberi kabar pada Han bahwa aku sudah sampai. Aku merindukannya.

Burung-burung bersenandung, aku dapat merasakan cahaya panas yang sudah masuk melalu celah jendela. Beberapa kali aku mengedipkan mata, ranjangnya nyaman sekali membuatku enggan untuk beranjak.

Airi bilang Hyunjin sudah pergi bekerja. Dia tidak sempat menemui aku karena katanya Hyunjin harus menghadiri kantor pagi sekali hari ini.

Aku berjalan menuju halte, pandanganku teralihkan oleh seorang pria sedang menyetir. Aku merasa aku tidak bisa bernapas untuk beberapa detik. "Minjee, kau ini hanya salah lihat." gumamku.

"Wah, lihat dirimu. Kau bisa tumbuh dengan baik di Kanada." Katanya menyeruput jus.

"Yah~ setidaknya aku berubah tidak seperti dirimu yang masih berkutik dengan sebuah game, carilah wanita dan memulai hidup seperti orang dewasa." Han mencibir mendengar perkataanku.

"Tidak perlu di cari saja sudah banyak yang mau denganku. Aku hanya malas harus berurusan dengan cinta yang rumit, contohnya dirimu. Cintamu yang rumit itu membuatku takut."

"Ck. Mengapa harus kau yang takut? ada-ada saja. Dengar Han tidak semua hubungan itu rumit seperti hubungan ku lima tahun yang lalu. Lagi pula sudah ku katakan itu sebuah kecelakaan."

Han memutar matanya. "Ya kau bisa mengatakan kecelakaan pada kejadian perutmu yang tumbuh janin saat itu. Tapi tidak pada hubungan mu dengan Lino."

Aku mengangkat bahu sembari menarik napas "Sudah lah, lagi pula itu sudah menjadi masa lalu."

Han menyimpan ponselnya, kali ini kami mengobrol empat mata dengam serius.

"Minjee dengar, aku pikir lebih baik kau speak up. Bicarakan masa lalu mu pada Hyunjin." aku mengkerutkan keningku.

"Hyunjin berhak tahu." katanya tegas. Aku terdiam untuk beberapa saat.

"Tahu mengenai apa? maksudmu Hyunjin berhak tahu aku pernah menggugurkan kandungan? begitu?"

"Tentang semuanya."

Aku membuang nafas kasar. "Tidak ada yang harus di ketahui oleh Hyunjin kecuali masa lalu ku berhubungan dengannya!." aku berkata dengan sedikit membentak.

Lagi pula selama Hyunjin tidak menanyai masa lalu ku, aku tidak perlu memberitahunya.

Han menyerah, dia menyandarkan punggungnya ke kursi lalu terdiam seolah tidak percaya bahwa aku bisa membentaknya.

Stray Kids - If I StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang