Minggu ini benar-benar kacau.
Aku tahu pada intinya tak ada yang berubah. Lino sama sekali tidak berhenti menggangguku. Setelah malam lamaran itu, ia justru semakin bersemangat. Itu membuatku marah, aku membentaknya dan meminta dia untuk berhenti dan membiarkan aku menjalani kehidupanku yang baru. Aku tahu kali ini aku menyakitinya lagi, dan bahkan aku tidak tahu ini sudah yang ke berapa.
"Mulailah kehidupan yang baru. Dan jika perlu kau buang para jalangmu diluar sana. Mulai cintai Airi dan lupakan aku!" Aku membentaknya lagi.
"Kau pikir itu mudah? Bahkan sampai sekarang aku tetap mencintaimu dan tidak akan pernah berhenti mencintaimu."
Kerongkonganku rasanya tersumbat. Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan.
"Dan aku tahu kau masih menaruh cintamu untukku dan sisanya kau bagi pada Hyunjin. Aku tidak peduli dengan dia, yang ku inginkan hanya kau. Kau kembali padaku!" kata Lino lambat-lambat namun menekan.
Lino tersenyum kecut, reaksinya membuatku kalut. Dia menarik tanganku untuk melangkah lebih dekat. Aku mendongak untuk menatap mata cokelatnya. Tangannya yang besar menyapu rambut-rambut kecil yang terdapat di wajahku. Kami bertatapan lama sekali. "Aku tahu apa yang dikatakan matamu dan tubuhmu." gumamnya pelan sekali, bahkan lebih kencang suara jarum jam dibandingkan suaranya.
"Sampai kapanpun aku akan coba membawamu kembali padaku. Karena aku tahu kau itu hanya untukku." Aku dapat melihat matanya yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian dia memelukku.
Kesunyian yang menyusul bergaung begitu keras. Lino melepaskan pelukannya lalu menatapku lagi, namun kali ini dengan penuh harap.
"Lupakan aku, kumohon." aku menggigit bibir.
Sejurus kemudian wajahnya berubah muram.
"Tahukah kau apa artinya ini?" tanya Lino tiba-tiba. "Kau pasti memahaminya, kan? apa yang akan terjadi bila Hyunjin benar-benar menikahimu?" nadanya monoton dan datar, kepedihan di matanya berubah menjadi sorot tidak suka. Bola matanya yang cokelat sarat amarah dan sakit hati.
Aku membulatkan mata sekaligus bergidik. "Jangan mengganggunya, dia tidak tahu sama sekali mengenai aku dan kau."
Ia memejamkan mata rapat-rapat. Ketika membuka matanya aku dapat melihat sorot itu menjadi lebih dari sekedar marah. Jantungku bertalu-talu ketika kata-kata itu melesat keluar dari mulut Lino bagaikan lecutan cambuk. "Lebih baik ku bunuh saja dia. Aku suka dia tidak ada di muka bumi."
Aku tersentak seperti ditampar. Hyunjin sama sekali tidak tahu apa-apa. Ini semua salahku. Kemudian tiba-tiba saja Lino meninggalkanku dan terdengar suara Hyunjin yang bertanya pada Lino mengapa belum tidur.
"Kau sedang apa? Lapar?" Aku menggeleng dengan cepat. Lalu aku berpamitan pada Hyunjin untuk pergi kekamar.
***
Aku menceritakan semuanya pada Han. Dia terkejut luar biasa ketika mengetahui bahwa temannya yang satu ini sudah dilamar. Namun justru Han lebih tertarik tentang Lino dibandingkan pernikahanku nanti.
"Bukankah sudah ku katakan untuk bercerita semuanya pada Hyunjin. Sebelum terlambat."
"Aku takut Hyunjin tidak bisa menerima kenyataannya bahwa aku pernah berhubungan dengan Lino dan bahkan mempunyai anak walaupun tidak ada dimuka bumi ini." Han mengangguk-angguk mengerti. Namun dia tetap bersikeras menyuruhku untuk mengatakannya pada Hyunjin.
"Akan lebih menyakitkan jika Hyunjin mengetahuinya dari orang lain." apa yang dikatakan Han memang benar. Sekalipun itu menyakitkan, tapi setidaknya aku sudah mau jujur dari pada tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids - If I Stay
FanficMin Ji yang bertahun-tahun pergi dari genggaman Lino akhirnya kembali. Lino semakin marah saat mengetahui bahwa Min Ji menjadi kekasih sang adik. Bagaimana kisah Min Ji dan Lino selanjutnya ?