7 ¦ 13 Ribu

55 10 4
                                    


.
.
.
.
.
.
.
"Eh.. Vano? Natasha? kalian juga makan disini?"
Sapanya ramah.

Gua otomatis mematung di tempat saat menyadari siapa yang baru saja menegurnya. Sekarang gua baru saja mengutuk suara Vano yang lantang dan berat sehingga mencuri perhatian kak Ethan yang sedang membayar pesanannya. Udah suara besar bukannya dikecilin malah ribut-ribut ga jelas cih..

'Ah.. Sial.. '

Kita berdua diam, gua yang ada di sebelah kak Vano cuman bisa mengeluarkan senyum canggung dan mencoba membalasnya.

"...Ehha-Hal-"

"EYHEY WASSAP BROK..!!"
Sela kak Vano sambil mendorong gua kebelakang entah apa yang memotivasinya untuk melakukannya.

'Wah.. Kurang ajar..!'
Batin gua kesal karena tindakan kak Vano yang tidak menyenangkan.

Karena sapaan dari kak Vano, sekarang perhatian kak Ethan sepenuhnya terarah kepadanya. Mereka lalu melanjutkan percakapan mereka dan sepertinya gua langsung dianggap dinding yang tidak berwujud. Hilang sudah kesempatan gua untuk mengucapkan 'Halo' yang normal.

"Hahaha... Nanyain kabar kayak udah lama ga ketemu aja.."
Kak Ethan menjawab dengan tawa khasnya sambil mengambil kembaliannya dari kasir.

"Ga di sekolah, ga di rumah, ga ditempat umum... Suara lu sama-sama heboh kayak kuda lahiran ya..! "
Sambung kak Ethan sambil menepuk bahu kak Vano, lalu kak Vano membalas dengan mendorong punggungnya dengan kekuatan yang sangat 'kecil' sambil tertawa hedon. (Fyi, Sanking kecilnya Kak Ethan hampir menyenggol kotak sumbangan di meja kasir).

Dan akhirnya saat dimana gua menjadi figuran pun tiba. Kak Ethan mengambil langkah mundur untuk mempersilahkan pelanggan lain membayar pesanannya lalu mengobrol dengan kami atau lebih tepatnya hanya kak Vano di sisi lain. Padahal barusan ia baru saha mendapati masalah karena kacang yang membuat moodnya down, tapi lihat sekarang... Ia mengobrol dengan kak Vano seolah tadi bukan apa apa.

Seketika di mata gua mereka tiba-tiba terlihat seperti sahabat jaman sma yang sudah lama berpisah lalu sekarang sudah menjadi bapak-bapak berumur 4 kepala dan tiba-tiba reuni dadakan di tempat random.

Gua bisa merasa kalau gua hanya berdiam diri kurang lebih selama 2 menit di belakang kak Vano sambil melihat dan mendengar mereka bersenda gurau dengan lelucon garing yang sama sekali enggak bisa gua saring maksudnya apa. Rasa super canggung ini sudah lama ga gua rasakan.

1 hal yang gua sadari dari memperhatikan mereka ngobrol secara diam-diam adalah kedekatan mereka. Daritadi gua bisa 'menangkap' kalau topik yang mereka bicarakan ini hanyalah topik yang hanya dibicarakan dengan orang terdekat. Mungkin itu sebabnya mengapa mood kak Ethan bisa cerah lagi hanya karena ketemu titisan dajjal yang tidak tahu diri ini.
Mau dilihat dari bawah meja pun aura 'bro' mereka terpancar banget. Dari luar mereka terlihat seperti dua sahabat yang suka bercanda dan sangat dekat.. Dalamnya? Siapa yang tahu..

Mereka masih asik membahas tentang kode-kode nuklir yang ga bisa gua mengerti sama sekali.
Gua baru tahu kalau kak Ethan dan kak Vano tertarik dengan Kimia Nuklir.
Sip.. Pulang-pulang gua harus rajin belajar kimia..!!

Selang beberapa detik gua menjadi figuran, tiba-tiba suara banyak notifkasi HP menginterupsi percakapan mereka. Kak Ethan lalu cepat-cepat merogoh kantung celananya, lalu menepuk jidatnya setelah melihat notifikasi itu.

"Ah iya... Astaga gua lupa.. "
Keluh kak Ethan sambil memasukan kembali HPnya.

"Kenapa lu ? Muka tegang amat kayak pas hari mos pertama. "
Cibir kalian tahu lah siapa.

"Wkwkwk masa lalu itu mah.. "
Jawabnya sambil memukul pundak kak Vano.

"Omong-omong duluan ya gua ada urgent nih.. "
Sambungnya segera memakai jaket di pundaknya dengan buru-buru. Mukanya kelihatan khawatir.

•PHO•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang