13 ¦ One Step Forward

9 3 1
                                    

“.....Sher tolong dengerin aku dulu...”

Sambil berjalan pelan, gua menengok ke sumber suara.
Di lorong terlihat kak Ethan menghampiri kak Sherly yang sedang melepas sarung tangannya,
Ah iya.. Gua lupa kalau kak Sherly tadi juga jadi petugas upacara..

“Udahlah... Nih, tolong sekalian balikin ke gudang..”
Jawab Kak Sherly jengkel sambil menyodorkan sarung tangan dan songkoknya ke kak Ethan.

Kak Ethan mengambilnya dengan ekspresi yang menurut gua patut dikasihani, apalagi setelah itu kak Sherly langsung meninggalkannya di tempat. Meninggalkan kak Ethan dengan kata-kata nya yang sudah di ujung lidah lalu berjalan ke gudang sekolah.

Gua yang menjadi saksi mata hanya bisa termenung diikuti dengan hantaman penyesalan yang belakangan ini rutin menabrak gua. Kalau kasian sama Kak Ethan bisa menghasilkan uang mungkin gua bisa jadi kaya mendadak.

Merasa tidak ada keperluan lain, akhirnya perlahan gua menjauh dari TKP dan berjalan kembali ke kelas, berusaha mengubris kejadian tadi dari otak gua.


time skip : IST

_

Sekarang gua sama hana lagi di kantin, dan dari tadi gua masih belum menyentuh bakso pentol gua. Beda banget sama gadis di sebelah gua yang sudah memakan setengah porsi dari ayam geprek pesanannya.

Secara tiba-tiba dan ga terduga, ada makhluk halus yang menduduki bangku di depan gua yang kosong.

“Hai Tapasya, hai juga buat kamu Nana..”
Sapa kak Vano sambil mencoba wink ke Hana tapi fail dan malah menutup ke 2 matanya.

Hanna hanya menengok sekilas lalu melanjutkan urusannya, bertemu dengan kak Vano di hari kemarin kemarin mungkin membuatnya trauma.

Gua menatap kak vano jengkel tanpa niatan untuk membalas sapaannya. Lalu teringat ke utang terimakasih gua yang membuat gua ga tenang.

“Ah iya kak..! Tadi topinya makasih banyak ya kak. Maaf juga ya kak.. ”
Ucap gua sambil memberikan kembali topinya yang gua simpan di kantong rok, padahal umumnya topi ini ga muat di kantong rok..
Tapi topinya kak Vano udah 'lembek' dan 'lentur' banget.. Kok bisa ya?

Kak Vano menerimanya dengan senyum santai.

“Iye, santai aja.. Paling bayarannya lu traktir gua seblak aja, ye ga? 5 porsi boleh tu buat gua..”

Gua tertawa hambar.
Dia.. Ga serius kan..?

Kak Vano lalu memundurkan punggungnya sambil menoleh ke kanan.
Setelah jeda selama beberapa detik, akhirnya kak Vano untuk membuka mulutnya.

“Btw, gue mau ngomong sesuatu sama lu... Hanna~ kamu boleh ke meja lain sebentar gaaa..?”

Suara kak Vano benar-benar kontras tergantung siapa lawan bicaranya.

Hana yang sedang menggigit sisa tulang daging ayam diam sebentar.

“.... Ah pindah? Oh oke oke.. Er, Nanti ketemuan di kelas aja ya Nat.. ”
Bukannya pindah meja, Hana malah langsung ke warung kantin geprek untuk mengembalikan piringnya lalu hilang entah kemana.

_


“Ada apa kak?” tanya gua.

“Liat Sherly deh.”

Kak Vano menggerakan dagunya, menunjuk ke satu meja.

Gua langsung melirik ke arah yang dimaksud.

•PHO•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang