10 ¦ or Maybe Not

17 6 1
                                    

.
.
.
.
.

Gua yang baru mendengar tentang rencana 2 ini langsung menautkan alis, bukan karena terkejut tentu saja bukan. Malah gua sudah mewanti-wanti pasti rencana ini ga cuman sekali selesai. Tapi yang bikin gua kaget adalah kak Vano mengucapkannya seolah sudah merencanakan rencana 2 yang ia maksud.

"Waah.. Kakak udah mikirin sejauh itu..? "
Tanya gua takjub dan terkesan. Gua beneran ingin tahu rencana 2 ini tentang apa.

Kak Vano tersenyum bangga, merasa hebat karena reaksi gua yang kagum.

Lalu ia mendekati telinga gua dan tiba-tiba berbisik,

"Ngomongin tentang itu nanti aja, tuh ada temen lu nungguin.. "

Gua langsung melihat ke belakang, kanan, dan kiri gua. Akhirnya gua menemukan Hanna yang sedang di ambang pintu kelas gua, sambil menatap gua curiga dan takut.

Dalam hati gua mulai sebal karena males kalau ditanya yang engga-engga, tapi ada rasa senang juga karena dipedulikan hehe..

Setelah tak sengaja berkontak mata dengan Hanna, gua buru buru kembali ke pandangan kak Vano. Segera pamit karena Hanna menunggu gua, plus kelas pertama akan mulai beberapa menit lagi.

Kak Vano lalu menepuk pundak gua,

"Dadah Batasha, Ghibahnya lanjut nanti ya.. "

Tadinya gua sudah memantapkan diri untuk menendang kakinya tapi ia keburu lari ke tangga menuju kelas atas. Emang ya gua ga bisa akrab sama orang sejenis dia.

Gua masuk ke kelas dengan perasaan gugup tetapi juga sedikit lega karena mengingat situasi kak Sherly dan kak Ethan, lama-lama gua udah cocok ya jadi antagonis drakor.

Tentu saat sampai di meja gua, Hanna melemparkan tatapan 'jelasin tentang apa yang tadi gua liat tadi' . Tentu gua hanya membalasnya dengan 'cuman bayar utang.. ' .

.
.
.
.
.
.
.
.
Time Skip
~Istirahat~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

'TENG TONG TENG TONG'

Akhirnya bel istirahat pun berbunyi, sedari tadi cacing cacing di perut gua keroncongan meminta makan. Beberapa makhluk-makhluk di kelas gua dengan tidak malunya langsung keluar kelas tanpa salam, untungnya guru hari ini kalem dan baik hati.

Gua dan Hana pun segera berjalan ke kantin dan memesan makanan. Untung dari saat pelajaran dimulai sampai mesen makanan di kantin, Hanna ga pernah ragu dan menanyakan ulang tentang hal tadi. Yang tentunya bakal sulit dicarikan alasan yang logis. Seusai memesan kita duduk di meja ujung kantin, gua jadi ingat saat kak Vano dan gua duduk disini. Sepertinya yang dihasilkan dari berteman dengan kak Vano hanyalah rasa malu karena setelah duduk di situ gua malah keinget kejadian dimana ia meneriakan nama gua. Ugh...

Gua yang malu langsung merinding sendiri sambil menggoyang-goyangkan telapak tangan, mencoba mengusir rasa malu dan kejadian itu dari otak gua. Hanna yang baru selesai memesan minuman memberi tatapan aneh ke gua ,yang gua bales dengan tatapan 'apalo'.

Beberapa menit kemudian, Hanna yang merasa pesanan kita sudah siap memberi kode ke gua untuk mengambilnya. Naasnya.. Gua terlalu mager dan malah melempar balik kodenya.

Akhirnya kita berdua saling gerak-gerakin dagu sebagai tanda 'lu aja' kurang lebih 2 menitan, sehingga Hana yang lelah pun mengalah dan memberi ancang-ancang meludah sebelum berjalan mengambil makanan kita.

Gua yang sedang menunggu hanya melirik sana-sini, kantin disini lumayan pengap karena ramai akan siswa-siswa lapar. Gua baru sadar kalau di meja yang gua tempati tidak begitu ramai dibandingkan meja-meja di sekitar yang hampir ga ada sisa tempat duduk. Mungkin ini area terpencil..? Astaga gada temen >:0

•PHO•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang