9

6.1K 451 33
                                    

Bright bersandar pada sisi kasurnya. Terlihat keringat yang mengucur deras dari seluruh sela badannya, membuat jaket yang ia pakai menjadi sangat basah. Ia tersenyum.

Kembali ia melihat layar ponselnya, berharap orang yang ia sayangi menjawab pesannya. Namun, hanya tampilan beribu pesan Nevy yang sudah tidak ia buka sejak 10 hari yang lalu, tepat setelah Win-seseorang yang ia sayangi-pergi dari flat nya, meninggalkan dirinya yang tidak karuan. Ia menunduk lesu, 'apa ini artinya gue dilupain, lagi?', pikirannya kini membuat hatinya semakin tertusuk.

Ia berjalan lemah menuju sofanya, mengambil sesuatu dari laci meja didepannya, dilihat nya benda yang selama ini menemaninya setiap dirinya hancur, setiap dirinya dipenuhi luka batin. Bright menatapnya lama, menimbang-nimbang dimana lagi harus ia goreskan lukisan indahnya. Tangannya mengambil benda tersebut yang kemudian membawanya pada ingatan buruknya.

"dasar anak gila!"

"nyusahin aja!"

"kamu pikir siapa yang susah kalo kamu gini!"

"ga anak ga bapak sama-sama bikin susah!"

Dipegangnya benda itu erat-erat saat semua memorinya berdatangan kembali. Matanya terpejam erat, giginya ia rapatkan dengan keras, badannya menggigil. Bright kini ketakutan.

Air matanya mengalir dengan deras, ia menggigit bibir bawahnya dengan keras, tidak ingin mengeluarkan isakan tangisannya, ia tidak ingin terlihat lemah, bahkan dengan Tuhan sekalipun.

Semakin ia memejamkan matanya, semakin bayak memori dari lampaunya yang begitu kejam. Sudah lama Bright tidak merasakan sesak seperti ini, dan dia sama sekalipun tidak siap. 

"Win..., i need you..", terdengar suara lirik Bright.

Tangannya kini sudah menaikkan ujung benda tersebut, membuat kilatan silver yang sedikit berkerak, kotor. Ia membuka resleting jaketnya, dadanya yang begitu bersih terlihat, ia mengelusnya pelan, mencari detaknya. Benda itu ia bawa menuju dadanya. Dirinya menanti rasa sakit disertai keringatnya yang asam, tentu akan lebih perih.

Kini kilatan silver itu sudah menyentuh dadanya, menekan meminta masuk dengan kasar.

"hhhugghh!", Bright meringis kesakitan, dirinya tetap memejamkan matanya, tangannya semakin membantu benda tersebut masuk kedalam badannya.

*BRAKK*

"WOI BRIGHT! BUKA PINTUNYA!"

Bright tidak mendengarnya, dirinya masih terfokus pada rasa sakit yang sedang ia rasakan, membuatnya semakin lega.

*BBUKKK*

"BRIGHT SUMPAH BUKA PINTUNYA BANGSAT!!"

"BRIGHT INI GUE WIN!"

Seketika mata Bright terbuka, 'siapa?, Win?', dirinya tidak mempercayai apa yang barusan ia dengar. Apakah dirinya sudah gila?

"BRIGHT DEMI TUHAN PLEASE BUKA PINTUNYAAA!"

Bright masih terdiam, ia menghentikan gerakan tangannya, namun benda itu masih tertancap di dadanya.

"bright..., please buka pintunya...., please", kini suara lelaki yang berteriak diluar flatnya melemah, berubah menjadi suara lirih. Namun masih terdengar suara ketukan pintu besinya yang semakin pelan.

"bright..., gue mohon buka pintunya.., please i beg you please.., hikss...", bahkan kini sudah berubah menjadi isakkan. 

Bright masih terdiam, bukan karna ia tidak memercayai apa yang ia dengar, namun karna badannya yang semakin melemah dan pandangannya yang semakin buram. Ia mencoba bangkit dari duduknya, bertumpu pada dinding flatnya, mengerjapkan matanya agar pandangannya semakin jelas. Dirinya benar benar sudah memaksakan kekuatannya untuk tetap melangkah menuju pintu.

LET IT BE OUR SECRET [BRIGHTWIN💕] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang