Bagian 24

2.1K 266 138
                                    

selamat sahur! :p
.
can i get 70 comments, please? :(
.
.

Pintu rooftop terbuka, di sana ada Eunsang dengan raut wajah yang ngga terdefinisikan bentuknya. Dia nguping hanya bagian terakhir ketika Junho sedang confess perasaannya ke Dongpyo karena dia emang baru sampe sana.

Rooftop sekolah ngga seluas itu, jadi suaranya masih bisa kedengeran sampai keluar.

Eunsang narik tangan Dongpyo menjauh dari Junho,

Bugh!

Dia memukul rahang Junho sampai tersungkur, Dongpyo berusaha memeluk Eunsang dari belakang karena ngga mau sampai Junho babak belur karena masalah sepele.

Apalagi berantemnya cuma gara-gara diri dia sendiri.

"Eunsang!! Stop!!"

Sudut bibir Junho robek, dia berusaha memegang rahangnya yang kena tonjok, dan memperhatikan Eunsang dari bawah, emosinya ngga stabil, kalau dibalas dengan emosi lagi yang ada malah semakin kacau.

Napas Eunsang ngga beraturan, begitu memburu karena emosi. Dia menarik napas dan membuangnya secara berturut-turut. Berusaha untuk ngga bikin Dongpyo takut sama dia.

Matanya melirik Dongpyo, dan matanya mengisyaratkan Eunsang untuk membantu Junho berdiri.

Tangannya di ulurkan kebawah, dan Junho menerima uluran tangannya.

Dongpyo menghela napas, "Oke, first of all. Kamu ngapain disini Eunsang? kan aku udah bilang sama kamu aku lagi bicara sama Junho kenapa kamu dateng kesini?"

Eunsang ngga jawab apa-apa, dia cuma menunduk, soalnya emang ini salahnya dia.

"Dan Junho, ayo lanjutin yang tadi lagi kamu omongin ke aku."

Junho meringis nyeri, dia jadi rada susah ngomong karena sudut bibirnya robek.

"Oke. Iya, Dongpyo gue cinta sama lo—" Junho melirik kearah Eunsang sekilas, dia membuang muka, "cinta banget sampe rasanya gue mau mati karena ternyata lo udah menikah. Mungkin Tuhan udah nulis skenario jalan kehidupan kita masing-masing ya? Gue di jodohin sama salah satu anak kolega ayah gue. Setelah lulus, gue bakal nikah sama dia dan tinggal di luar negeri, tempat asalnya, jadi sebelum itu terjadi—gue mau beraniin diri buat bilang sama lo sebelum gue bener-bener pergi dari kehidupan lo, Son Dongpyo. Seengganya hati gue lega karena udah bilang gini secara langsung ke lo." lanjutnya.

Matanya menatap ke arah Eunsang yang sedang diam mematung,

"Eunsang, gue iri banget sama lo. Gue marah saat lo nyia-nyiain Dongpyo gitu aja, gue marah saat lo bikin Dongpyo nangis, gue marah saat lo bikin Dongpyo jadi pribadi yang tertutup, gue marah karena lo bikin Dongpyo jadi ngga seceria dulu. Lo beruntung banget bisa dapetin Dongpyo, dia sempurna, dia baik, dia lucu, dia dewasa, dia ramah, semua yang ada di diri dia gue suka. Gue bersyukur karma lo ternyata datengnya secepat itu, gue harap lo ngga bakal nyakitin Dongpyo lagi. Permata berharga kayak Dongpyo layak di puja, bukan di abaikan dan seolah dianggap ngga ada."

Maka, ngga ada alasan lagi untuk Dongpyo ngga mengeluarkan air matanya ketika mendengar setiap kata yang Junho lontarkan secara gamblang di hadapan dirinya dan Eunsang.

Dongpyo menghambur kedalam pelukan Junho, pelukan yang mungkin untuk terakhir kalinya. Eunsang masih diam mematung, karena dia sedang tertampar dengan semua fakta yang Junho beberkan barusan.

Junho mengusap lembut surai hitam legam si kecil, membisikan kalimat-kalimat penenang, seakan semuanya akan baik-baik saja dan berjalan normal seperti biasa.

"Dongpyo, semuanya akan baik-baik aja percaya sama gue,"

"Eunsang ngga bakal jahatin lo, gue yakin 100%,"

"Kalo lo butuh temen curhat, lo bisa chat gue. Gue ngga bakal ganti nomor,"

"Tenang, tarik napas, buang, tenangin pikiran lo."

Dongpyo melepas pelukannya. Ini seperti sedang melakukan perpisahan yang sangat menyedihkan.

Hidupnya terlalu banyak drama, capek tapi inilah kenyataannya.

Eunsang tersenyum tipis, "Sorry bro udah nonjok lo, gue janji bakal jagain Dongpyo semampu dan sebisa gue, lo tenang aja."

"Gue percaya sama lo—Kalo gitu ayo ke kantin. Gue bakal traktir kalian berdua, anggap aja sebagai pajak karena gue baru aja tunangan sama anak kolega ayah gue."

Dongpyo berusaha tersenyum, "call!!"

Mereka bertiga turun dari rooftop, mencoba untuk melupakan kejadian barusan dan melanjutkan dengan obrolan santai.

Terkadang ada baiknya merelakan sesuatu yang sudah jelas ngga akan pernah menjadi milik kita. Buka lembaran baru, mencoba untuk terima yang ada didepan mata dengan lapang dada, meskipun harus dengan sedikit paksaan dari orang tua.


•••

Hai! >//<

2 chapter menuju ending... kayaknya :p

setelah end mau aku revisi deh hehe.

semangat ya puasanyaaa!!

btw, udah ada yang bolong belum nih puasanya? :D

makasih udah bacaa!! ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Silent Marriage | EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang