0.0 nulla

137 32 7
                                    

















👣

Dia masih ingat.

Ruangan temaram pada malam itu. Darah segar yang mengalir pada tubuh gurunya. Percikan kemerahan yang menodai lantai. Serta bau amis yang menyesakkan dada.

Sungguh, dia masih ingat.

Ketika pukulannya mendarat bertubi-tubi pada tubuh pria itu. Panas amarah yang menjalari tubuhnya. Juga bunyi berdebam ketika punggung korban menghantam lemari.

Akan tetapi, kini ia tersandar pada lemari yang sama. Tengah hari, gorden menghalangi sinar mentari. Napas memburu dengan pandangan tak lepas dari predator di hadapannya. Dingin lantai ubin menembus pakaian tahanan yang ia bawa lari.

"Jangan, kumohon." Bibirnya gemetar pucat.

Kalimat permohonan yang terus diulangnya tak menggubris sosok itu sama sekali. Kilauan badan pisau menghujam iris matanya. Seiring langkah kaki yang menggema dalam keheningan.

Sosok itu tersenyum di bawah tudung jaket. Senyum lebar menampakkan gigi. Barisan putih itu seperti tentara yang siap menembakkan peluru kapan saja. Mengoyak, menghabisi dia di tempat.

Ujung pisau bersentuhan dengan pipinya. Mengirim gelombang yang membuat bulu roma seketika berdiri. Sosok itu mengangkat dagunya, memaksa agar mata mereka bertemu.

"Teruslah memohon. Anjing yang malang."

👣












12 Cara BerdalihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang