(Bukan) Akhir Dari Segalanya

175 18 5
                                    

“Terus sekarang kita gimana?” sebenarnya aku ingin menyanyakannya saat itu juga, tapi kupikir itu bukan saat yang tepat. Aku tidak tahu hal itu akan baik atau tidak, aku tidak tahu bagaimana akhirnya nanti.

Beberapa hari aku tak bertemu Rindu, aku tidak tahu apakah ia marah padaku. Aku terus berpikir apakah aku harus mengatakannya atau tidak, jujur saja aku masih khawatir. Pikiranku kalut, akankah semua baik-baik saja, akankah semuanya akan berakhir bahagia ataupun sebaliknya.

Ketidakhadiranmu dalam hidupku membuatku bimbang apakah memang aku harus memperjuangkanmu atau melepaskanmu. Mungkin itu tak masalah bagiku kalau hal itu membuatmu bahagia.

Sebenarnya, aku masih takut memikirkan tentang apa yang akan terjadi nantinya. Mungkin memang benar semuanya harus dijalani dahulu tapi kenyataannya aku tak seberani itu. Dan aku tidak ingin terburu-buru untuk mengungkapkan perasaanku.

Mungkin kesenangannya berlangsung sementara, penyesalan akan selalu berada diakhir.

Aku tidak ingin menyesal pada akhirnya, tapi kita tidak tahu bagaimana akhirnya jika tidak dijalani dahulu. Bimbang. Dalam hidup terdapat banyak pilihan tapi tidak semuanya dapat kita pilih. Kita harus memutuskan jalan yang kita pilih, keputusan yang menentukan nasib kita nantinya. Keputuhan yang menentukan bagaimana akhirnya.

“Ra, aku gabisa kaya gini terus. Aku butuh kepastian” aku semakin bimbang dengan pernyataan Rindu. Tapi setelah berfikir, aku akan memutuskan yang terbaik untuk dia, walau bukan terbaik untukku, agar dia bahagia. Walau bukan aku yang membuatnya bahagia.

Tak semua orang bisa bertahan dengan ketidakpastian.

Bukannya aku tidak bisa memberi kepastian. Bukannya aku menggantungkan perasaanya. Aku hanya belum bisa memberikan keputusan yang terbaik untuk aku dan dia.

Berhari-hari aku memikirkan jawaban dari pertanyaan-pentanyaan yang muncul dari dalam piliranku. Pertanyaan yang tak pernah hilang dari kepalaku, yang tak kunjung kutemukan jawabannya. Tapi aku harus segera memutuskan jawabanya, aku tidak ingin ketidakpastian ini berlangsung terlalu lama. Paling tidak dia akan bahagia.

“Rin, saat ini aku belum bisa bersamamu sebagai seseorang yang lebih dari sahabat. Aku bisa bersamamu sebagai orang yang selalu ada untukmu saat kamu senang ataupun sedih, sebagai teman yang menemani hari-harimu, tapi tidak lebih dari itu.” jawabanku atas pertanyaan Rindu.

“Ra, aku senang bisa bersamamu, tapi aku ingin bersamamu lebih dari sekedar teman ataupun sahabat. Aku ingin kamu bersamaku sebagai orang yang menyayangiku. Ga bisa Ra?”

“Rin, aku menyayangimu. Tapi untuk saat ini kamu adalah sahabatku dan tidak lebih dari itu” ini keputusanku, aku tidak tahu apakah Rindu akan bertahan atau pergi, aku hanya ingin dia bahagia dan aku mendukung semua keputusannya.

“Terimakasih Ra, tapi aku tidak bisa menjalani hubungan seperti ini, terimakasih untuk segalanya”

Pada akhirnya, Rindu memutuskan untuk pergi, aku tak apa jika itu pilihannya. Bukannya aku tak ingin mempertahankannya, tapi aku melepaskannya karena aku menyayanginya, aku ingin dia bahagia walau bukan aku yang membuatnya bahagia.

Rindu, semoga kamu bahagia.

To be continue?

Tentang Aku, Dia, dan Rasa yang Tak Pernah PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang