Sebuah bangunan mewah nan elegan berdiri dibawah langit malam yang dihiasi bulan serta ditambah lagi lampu lampu yang menghiasi pekarangan menambah kesan mahal terhadap rumah tersebut. Di dalamnya terdapat satu keluarga yang sedang mengadakan makan malam.
"Jimin, papa sudah mendaftarkan kamu ke sekolah yang baru jadi papa harap jangan buat kenakalan lagi disana" papa.
"What? New school again?"
"Yes. And tomorrow you can go to new school with me" mama.
"Tapi kenapa harus pindah? Emangnya sekolah Jimin yang sekarang ga bagus?"
"Bukannya ga bagus. Tapi sekolah yang ini beda. Sekolah ini bisa ngejamin kamu punya masa depan yang cerah. Yah, siapa tau aja kamu bisa belajar tata krama sama tanggung jawab disana" mama.
"Ck! Okay."
Jimin pun pasrah dengan keputusan kedua orangtua nya itu agar mau pindah ke sekolah baru.
"Disana kamu bisa tinggal di asrama yang sudah disediakan sekolah" mama.
"Pokoknya sekolah yang ini beda sama sekolah biasa" papa.
Jimin anak tunggal yang berasal dari keluarga kaya atau keluarga kelas atas. Sejak kecil Jimin selalu mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dengan mudah tanpa harus mengeluarkan keringat karena itu juga sifatnya jadi bergantung dengan harta orangtua nya.
-
Sementara disisi lain seorang gadis cantik dengan rambut coklat panjang tergerai berlari masuk kedalam rumah yang bisa dibilang rumah kalangan menengah.
"Ibu!! Jennie pulang.."
Gadis bernama Jennie itu masuk dengan senyum yang mengembang. Sang ibu pun keluar dan menyambut anaknya.
"Yasudah, kamu ganti baju nanti langsung ke meja makan. Ibu sudah siapkan makanan"
"Iya bu" Jennie pun segera masuk ke kamarnya dan mengganti baju.
Didalam rumahnya terpampang suasana yang rapih dan banyak sekali koleksi piagam serta piala disana, sangat terlihat jelas jika Jennie anak yang pintar.
Setelah selesai Jennie pun menyusul ibunya ke meja makan dan duduk disana bersama sang ibu.
"Ibu, Jennie udah nemuin sekolah yang bagus banget bu"
"Disana Jennie bakal tinggal diasrama sekolahnya, terus kalau kita lulus kita bakal langsung diterima di perusahan besar..jadi ibu ga usah repot repot kerja buat kebutuhan Jennie"
"Gpp kan bu?"
Sang ibu terdiam sebentar sebelum menjawab 'iya'.
"Jennie berangkat besok bu"
"Besok? Ko cepet banget"
"Iya, ga tau dari sananya"
"Kalau besok, ibu ga bisa nganter kamu soalnya ibu harus kerja..."
"Iya bu gpp, Jennie kan bisa berangkat sendiri nanti"
Sang ibu hanya bisa tersenyum karena kagum dengan anaknya yang sangat mandiri.
-
Sesuai dengan rencana, Jimin sudah berada dimobil bersama mama nya untuk pergi ke sekolah baru.
"Mama langsung pulang aja ya. Biar Jimin aja yang kesana"
"Jim--"
"Udah ya maa, Bye!!" Jimin buru buru lari dari mobil ke dalam sekolah sebelum mama nya memarahi dan menahannya. Seperti kebetulan saat Jimin sampai disekolah Jennie pun sampai disekolah.
Jimin melihat lingkungan sekolah dan merasakan bahwa sekolah ini benar benar berbeda Jimin pun segera masuk ke kelas nya dan ia memilih duduk dibelakang. Disana hanya ada satu kursi per baris jadi setiap orang hanya mendapat satu.
Jimin sedikit teralihkan dengan gadis yang duduk disamping nya itu. Dia sangat berbeda dengan gadis yang sering ia temui. Wajahnya sangat terkesan dingin lalu mata kucing nya itu menatap tajam dan intens serta eaphone yang bertengger di telinganya menambahkan kesan acuh.
"Silahkan duduk semuanya"
Mereka semua pun duduk dan mulai memperhatikan seorang guru wanita didepannya. Dengan pakaian rapih dan rambut diikat satu menambah kesan keren.
"Selamat datang dikelas B. Perkenalkan saya Sandara, saya adalah wali kelas disini. Selama 3 tahun kalian sekolah disini kalian akan tetap berada dikelas yang sama dengan teman yang sama"
"Bu emangnya kita ga bakal naik kelas?"
"Bukan begitu, kalian akan tetap naik kelas hanya saja kelas kalian akan tetap disini tidak berpindah pindah. Jadi saya akan menjadi wali kelas kalian selama 3 tahun"
"Mulai sekarang kalian bisa tinggal di asrama sekolah, lalu disini sudah tersedia supermarket dan pusat perbelanjaan pakaian untuk kebutuhan kalian"
Para murid mulai menunjukan rasa terkejutnya. Bahkan Jimin juga berpikir bahwa sekolah ini berbeda dan persis seperti yang ayahnya katakan.
"Saya sudah membagikan link aplikasi di ponsel masing masing. Di aplikasi itu tersedia jumlah poin yang sudah sekolah berikan dan dengan poin ini kalian bisa membeli apapun"
Saat Jimin membuka ponsel nya ternyata benar ada link yang masuk dan disana tersedia jumlah poin, bertuliskan.
Jumlah poin.
1.000.000Jimin tak terkejut sama sekali dengan jumlahnya karena ia sudah biasa dengan jumlah uang 1 juta atau bahkan lebih.
.....
Saat ini Jimin berada di ATM supermarket sekolah untuk mengecek transferan ayahnya.
"Ayah ini serius? Ayah transfer uangnya cuma dua juta?"
"Iya, supaya kamu tidak boros. Kan ayah sudah bilang kalau jumlah uangnya akan diatasi"
"Tapi yah, Jimin baru sekolah disini dua minggu dan saldonya udah mau abis.."
"Itu resiko kamu. Suruh siapa ga hemat?pas awal kan sudah ayah transfer dua juta masa pas pertengahan udah abis setengahnya"
"Hm kalau gitu Jimin minta tambahin satu juta lagi ya.."
"Ga bisa Jim"
"Uang tinggal segini aja Jimin udah panik. Apalagi kalau sampai habis"
"Mangkanya kamu harus menghemat. Udah ya ayah sibuk"
"Tapi yah--"
Tut.
Telpon dimatikan secara sepihak oleh sang ayah membuat Jimin kesal. Setelah itu Jimin menggunakan ponselnya untuk menjadikan uang di ATM ke poin lalu ia mencari kebutuhan kebutuhannya di supermarket.
Kalo beli ini poinnya abis ga ya..
Jimin selalu ragu untuk membeli sesuatu karena ia takut poinnya habis jadi terkadang Jimin hanya membeli yang ia butuhkan saja. Seperti dugaan ayahnya bahwa sekolah ini mengajarkan dirinya untuk hemat.
Setelah banyak pertimbangan Jimin pun segera ke kasir untuk membayarnya. Saat menunggu lift di asrama ia berpapasan dengan Jennie yang keluar dari lift sambil membawa beberapa berkas.
"Jennie. Mau kemana?" tanya Jimin sambil menahan tangannya.
"Ruang guru."
"Ngapain kesana?"
"Nganter ini."
Ck! Dasar good girl sekolah.
Dan setelah itu Jennie langsung pergi dan Jimin hanya menatap kepergian gadis itu. Kenapa Jimin menyebut Jennie good girl? Atau anak baik?. Karena Jennie adalah cerminan siswa teladan. Bahkan ia sampai terkenal disekolah ini karena keteladanan nya dan dia juga yang paling dikenal baik oleh guru guru.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Good Girl.
Romance- Cerita mengandung genre School life. Dimana disebuah sekolah yang penuh persaingan kelas dan nama baik Jennie dipertaruhkan dalam persaingan ini. Ia yang memimpin. Ia yang menerima semua beban. Ia memikul beban itu sendiri tanpa ada yang tau. Sa...