Suara angin yang berdesis menemani seorang gadis yang tengah melamun di bawah bayang-bayang pepohonan. Menikmati pemandangan Candi Bajang Ratu yang terlihat megah itu. Beberapa orang juga berlalu lalang dengan membawa senjatanya masing-masing.
Suara-suara prajurit yang tengah berlatih samar-samar juga terdengar. Gadis dengan surai panjang dan beberapa aksesoris yang menghiasi kepalanya semakin membuat nampak cantik. Warna kulit dan bentuk wajahnya membuat siapapun tau jika dirinya bukan asli orang setempat. Kulit yang kontras putih dan wajah asing membuat pesonanya benar-benar berbeda dengan wanita di sana.
Namun, tak jarang juga ada mata-mata yang melihatnya begitu sinis dan aneh, tapi tidak masalah baginya. Tujuannya hanya satu, mencari jalan pulang untuk kembali ke jamannya sendiri. Jika dulu dia memandang Candi di depannya itu penuh keheningan, sekarang bisa dilihatnya aktivitas yang sebenernya pada masanya.
Suara ranting-ranting yang terinjak membuat gadis itu waspada, meskipun netranya tetap memandang para prajurit yang berjaga. Dari motif kain yang terlihat diujung matanya, bisa dirinya tau jika orang itu, orang yang sama menawari dirinya sebuah ikatan beberapa hari yang lalu.
"Kau bisa memanah prajurit yang berjaga di sana?" tanyanya memecahkan keheningan.
"Apa yang aku dapatkan?" gadis itu menimpali dengan kening yang berkerut. Gila kah orang ini? Batinnya yang tak disuarakan.
"Aku akan membebaskanmu," tawaran yang membuat gadis itu tertarik, tapi memanah manusia... dirinya masih punya hati. Gadis itu memilih beranjak dari sana, sembari menggenggam sebuah busur panah.
"Kalau kau berani melangkah sekali lagi, tandanya kau menerima pinanganku!" Satu yang tidak disukainya di jaman ini. Seorang perempuan tidak memiliki suara untuk menentukan jalannya sendiri.
"Siapa kau berani memerintahku?!"
"Aku Raja Wilwatikta, Sri Rajasanagara Jayawishnuwardhana Dyah Hayam Wuruk, kau lupa? Apa perlu aku jelaskan juga mengenai hak-hak raja?"
Dyah, gadis itu mengepalkan tangannya. "Perlu aku tegaskan juga, jika aku bukan dari jamanmu dan hak-hakmu, sama sekali tidak bisa mempengaruhiku." Setelahnya Dyah benar-benar pergi dari sana.
Sang penguasa Wilwatikta itu hanya diam menatap luasnya Trowulan. Pantas jika Dyah sangat menyukai tempat ini, karena dari atas sini Trowulan tampak begitu indah.
"Dia tidak bisa pulang kecuali aku memberikan kuncinya," lirihnya.
_⋆.ೃ࿔・.♛.•࿔.ೃ⋆_
Setelah beberapa waktu dan kesibukan, akhirnya bisa revisi naskah pertama genre fiksi sejarah ini. Tidak banyak kata, semoga kalian suka dengan Vilvatikta versi terbaru, yaa ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Vilvatikta
Historical FictionDyah, gadis pemilik paras ayu yang memilih kabur dari rumah, karena menghindari paksaan papanya untuk masuk jurusan kedokteran yang sama sekali tidak dirinya minati. Diabaikan oleh sang papa membuat Dyah semakin membulatkan tekad untuk pulang ke neg...