Bab 6: Kebebasan

14.7K 1.7K 37
                                        

Menurut ChatGPT, perasaan paling murni itu cinta, kasih sayang dan kepedulian. Perasaan dia ke kamu apa?

_⋆.ೃ࿔・.♛.•࿔.ೃ⋆_

Pita membaca tulisan yang ada di lembar daun lontar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pita membaca tulisan yang ada di lembar daun lontar. Meskipun tidak sepandai itu, bisalah dikit-dikit dirinya mengerti.

"Aku sudah menulis beberapa, cuman ada bagian-bagian tertentu yang kurang tau," ujar Dyah sembari memberikan tab-nya pada Pita.

Sembari Pita mengoreksi jawabannya, Dyah membaca beberapa artikel untuk membantu dirinya lebih mengenal materi-materi kuliahnya. Dirinya benar-benar harus mulai dari nol.

"Menarik, ini udah bener kok. Separuh isinya soal pesan-pesan raja ke ratunya, meskipun soal hak-hak tapi ada sisi romantisnya," jelas Pita yang membuat netra Dyah beralih ke arah lembaran coretan milik Pita.

"Jaman dahulu memang banyak sekali pernikahan politik, tapi tidak semua bisa menjadi ratu dan belum tentu ratu mendapatkan raja," ujar Pita, membuat senyum miris Dyah terbit.

Menyakitkan bukan? Tidak semua, tapi kebanyakan perempuan di masa itu hanya bisa tunduk, menurut dan tak bersuara. Melihat kepribadian dirinya saja, Dyah bisa membayangkan masa itu sama sekali tidak cocok dengannya.

"Jika itu aku, mungkin sudah di penggal," lirih Dyah yang masih di dengar oleh Pita, karena taman kampus saat itu tengah sepi.

"Tapi kebanyakan mereka ingin menjadi istri raja, bahkan beberapa rela melakukan hal kotor."

Dyah terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, "padahal hidup ibarat di penjara sama sekali tidak enak," ucapnya sembari melihat jauh awan-awan.

Sejenak mengarungi nasibnya yang juga sama, ke mana-mana harus dengan asisten rumah, tidak boleh mengikuti acara di luar sekolah. Tidak bisa memilih apa yang dirinya mau dan memilih untuk kabur. Mengingat itu Dyah hanya bisa menghela napas.

"Kenapa?" tanya Pita.

"Aku sepertinya perlu ke psikolog, apa mahasiswa psikologi bisa membuka konsul dadakan?" Pita terkekeh, lalu memberikan kembali buku-buku milik Dyah.

"Sebegitu frustasinya mendapatkan tugas tambahan? Tinggal bilang ke Pak Raja saja jika tidak ingin."

"Kau ingin aku mati muda? Dosen itu seperti memiliki kekuatan untuk membunuh tanpa menyentuh, wah apa semua dosen muda punya aura yang sama?" Pita menggeleng, karena dosen mereka yang juga masih muda tidak memiliki aura seperti Pak Raja.

_–•✾.♛.✾•–_

Kini Dyah kembali duduk bersama Arthur, bedanya Vena membiarkan keduanya berbicara tanpa dirinya. Sebelumnya Vena sudah memberitahu Arthur untuk tidak terlalu memaksa Dyah.

"Papa tidak bisa lama-lama di sini, jadi sebelum pulang papa ingin kita berbaikan," jelas Arthur, matanya setia menatap putri semata wayangnya yang terlihat enggan untuk di ajak berbicara.

VilvatiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang