Bab 2: Aksi Dyah

18.5K 1.9K 35
                                    

Dyah memandangi koper dan ranselnya, memikirkan alasan untuk keluar dari rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dyah memandangi koper dan ranselnya, memikirkan alasan untuk keluar dari rumah. Pasalnya Bibi Ann akan menginap, akan sulit untuk keluar diam-diam.

Dengan langkah gontai Dyah keluar dari kamar untuk mengantarkan papanya berangkat dinas. Namun, yang dirinya temukan hanya ruang sepi.

"Bibi, apa papa sudah berangkat?" tanya Dyah saat melihat Bibi Ann di dapur.

"Sudah, baru saja berangkat," jawaban itu membuat Dyah kecewa. Tidak ada ucapan sampai bertemu lagi, atau ucapan pamit lainnya. Selalu dirinya ditinggal begitu saja, dan berpesan pada asisten rumah tangga, padahal dia ada di rumah!

Jarak ruang kerja dan kamarnya tidak sejauh ke hutan belakang, apa salahnya untuk berpamitan sebentar. Dyah kesal, kakinya menuju ke arah kamar, mengambil koper dan juga ranselnya.

Bibi Ann yang melihat Dyah menggeret koper langsung berlari mendekati. Tampak raut wajah paniknya, "nona, mau kemana?"

"Aku akan pergi berkunjung ke rumah Oma, tolong Bibi bilang ke papa waktu dia sudah pulang. Bilang, jangan menyusulku!" ucap Dyah, dengan gerakan kilat membuka pintu rumah. Menunggu taksi yang sudah dia pesan sebelum turun dari kamar.

"Tapi nona, tuan akan marah jika tau hal ini," cegah Bibi Ann agar Dyah membatalkan niatnya untuk pergi.

"Aku sudah muak sekali dengan sikap papa yang selalu menganggapku tak ada, aku ini seorang anak yang juga perlu perhatian! Bibi, aku tidak akan kemana-mana, hanya ke rumah oma. Bi, tolong...papa bisa menyusulku jika dia sadar dengan sikapnya selama ini," jelas Dyah.

Bibi Ann memandangnya dengan tatapan sendu, ada rasa takut membiarkan Dyah pergi sendiri. Dan rasa takut jika nanti di marahi oleh Arthur.

"Jika papa memarahi bibi, bilang saja. Aku akan menjelaskannya, bisakan bi? Jangan hubungi papaku sampai dia pulang dan tau sendiri," Dyah menatap Bibi Ann penuh harap.

Kedatangan taksi membuyarkan kediaman mereka. Setelah berbicara dengan supir, Dyah kembali menghampiri Bibi Ann mempertanyakan pertanyaan yang sama. Melihat tidak ada lagi celah untuk mencegah Dyah, Bibi Ann akhirnya hanya bisa memeluk nonanya.

Memberi pesan pada supir agar berhati-hati, sebagai pengurus Dyah sejak kecil, Bibi Ann mengerti betapa kesepiannya gadis itu setelah mamanya pergi. Setelah mengantarkan Dyah sampai taksi yang ditumpangi olehnya menghilang di belokkan, Bibi Ann kembali ke dalam rumah.

Sementara Dyah diam-diam menangis, ada setitik rasa bersalah pergi begitu saja. Namun, di dalam pikirannya terus menyuruhnya membulatkan niat agar papanya itu sadar dan sudah terlambat untuk kembali, karena pesawatnya sudah lepas landas. Dyah memilih memakai headphone untuk mengurangi berisiknya isi kepala.

༺‧❀₊˚.ʚɞ‧₊˚❀‧༻

Suara pemberitahuan dari pramugari membangunkan Dyah, menggeliat karena tubuhnya terasa pegal sekali. Dirinya kembali tertidur setelah transit dan kini bisa Dyah lihat kota Jakarta begitu indah dari atas.

VilvatiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang