•chp 02

2.1K 101 1
                                    

Vio berjalan lunglai menuju dapur rumahnya, sekarang dia berada dirumah sendirian. Papa Vio sedang tugas di luar kota untuk beberapa minggu kedepan.

Mau tak mau, Vio harus menjaga rumah. Kalau kalian tanya mama Vio dimana, beliau sudah lama tiada sejak Vio masih sekolah dasar.

Saat Vio hendak kembali ke kamarnya, tiba-tiba handphone nya berdering. Di layar hp nya tertulis nama Dean disana. Seketika senyum Vio merekah, dengan cepat Vio segera mengangkatnya.

"apaan ?" tanya Vio langsung.

"bisa bantuin gue gak ?" Vio mengernyitkan dahinya. "dateng ke mall xx sekarang ya. Pentiingg!"

Setelah mengatakan itu, Dean langsung menutup telfonnya. Sedangkan Vio sekarang sudah siap-siap untuk menuju ke tempat yang dimaksud Dean.

Untung Vio bisa mengendarai mobil. Jadi, tak akan sulit untuk mencapai tempatnya.

....


Sesampainya di basement mall tersebut, Vio menelfon Dean untuk menanyakan dimana posisinya. Setelah tau posisi Dean, Vio berlari ke tempat tersebut.

Vio dapat melihat Dean dari kejauhan, tapi ia juga melihat ada dua orang cewek dan cowok yang sedang berbincang dengan Dean. Tanpa pikir panjang, Vio menghampiri mereka.

Dean melihat Vio menghampirinya, ia langsung merangkul bahu Vio lembut. Vio tersontak kaget dengan perilaku Dean.

"kamu dari mana aja sih, by ?" ucap Dean pada Vio. Vio melotot mendengar itu.

"hahh ???" sahut Vio dengan wajah kebingungan, dan mendapat isyarat dari Dean untuk menjawab apa yang dimaksud Dean.

"o-ohh, itu tadi dari toilet." jawab Vio asal sambil menampakan cengirannya.

Vio melihat pasangan yang ada di depannya. Ia mengernyit, seperti dia tampak familiar oleh wajah si ceweknya. Tiba-tiba, tatapannya bertemu dengan cewek itu.

Cewek tersebut memandang Vio remeh sambil menampilkan senyum mengejek. "cih, cantikkan gue dimana-mana."

Vio yang mendengarnya hanya busa menghela nafas. Ia sudah tau situasinya sekarang.

"pergi ayo, yang. Ngapain masih disini ??" ucap cowok tersebut sambil menarik lengan ceweknya. Akhirnya, mereka berdua pergi meninggalkan Dean dan Vio.

Dean dan Vio menatap kepergian dua sejoli itu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Setelah dirasa mereka cukup jauh, ini saat nya buat Vio minta penjelasan ke Dean.

Vio melipat kedua tangannya didepan dengan raut wajah ngajak ribut. "so ??" tanya Vio.

"so...cewek tadi mantan gue, ga sengaja ketemu. Awalnya sih dia duluan yang nyamperin gue sama cowoknya, gue kira mau nyapa. Eh, ternyata malah ngajak gelut mereka." jelas Dean sebisanya.

"oh, terus. Gue capek-capek kesini cuma buat jadi pacar boongan lo gitu ?!?" Dean terkejut ketika Vio meninggikan suaranya. Dan, mereka menjadi pusat perhatian di area mall tersebut.

"sstt, heh. Maafin gue, tapi gue harus jemput Jihan di tempat les nya. Nanti gue jelasin lagi ya". Ucap Dean.

"gila, gebetan lu ganti mulu perasaan." sewot Vio.

"kan gue ganteng. Yaudah, gue cabut dulu!!" kata Dean, lalu setelahnya ia pergi meninggalkan Vio yang masih bergeming di tempat.

Vio menghela nafasnya panjang. Ia mencoba mengontrol emosinya agar jangan sampai pecah ditempat ramai.

Jujur, saat ini ia ingin sekali menangis sepuasnya. Terlalu sakit untuk dipungkiri. Memang, selama 3 tahun ini terlalu berat untuk Vio. Ia sudah menyakiti perasaannya sendiri berkali-kali. Tapi, hal tersebut belum juga membuat hati Dean luluh.

Ditambah satu lagi, Dean mempunyai motto "gue ga akan pacaran sama temen gue sendiri." kurang lebih seperti itulah yang dikatakan Dean pada Vio.

Hal tersebut berhasil membuat Vio dihantui oleh rasa putus asa. Tapi, Vio tak akan menyerah begitu saja, sudah terlalu banyak yang ia sia-siakan bila ia menyerah.

....

Sesampainya dirumah, Vio langsung berlari kekamarnya. Tak perlu ditanya lagi apa yang ia lakukan. Kini tangisnya pecah. Ia tak dapat membendungnya lagi.

"bodo! Kenapa gue mau aja tiap kali lo manfaatin gue sih ?! Ck, AKH!"

"kapan lo sadar sama kepedulian gue sama lo, De... Hikss..." lirih Vio dengan perasaan campur aduk.

Selama ini, selalu dia yang menanggung beban itu sendirian. Dan, selama 3 tahun itu tak ada seorangpun yang mengetahui perasaan Vio ke Dean.

Vio berfikir, bahwa dia tidak perlu memberitahukan perasaannya, bahkan ke teman paling dekat sekalipun. Contohnya Dean, cowok yang ia suka sejak 3 tahun saja tidak tahu kalau Vio punya perasaan padanya.

Ya, semua ini jangan salahkan Dean jika ia tak tau kalau sahabat dia menaruh hati padanya. Itu karena, Vio yang menutupi semua rahasia tersebut.

...

Vio telah sedikit tenang sekarang, walaupun matanya sedikit sembab dan memerah. Saat ia hendak ingin beranjak dari lantai kamarnya, tiba-tiba ada yang menelfonnya.

Dengan acuh, Vio membuang handphonenya ke kasur. Tak berniat untuk mengangkat panggilan tersebut. Lalu, ia melanjutkan niatnya.

Saat Vio sedang mengambil minum di dapur. Bel rumahnya berbunyi berkali-kali. Sangat berisik. Lalu, Vio mencoba melihat siapa yang bertamu malam-malam begini.

Vio mengintip dari jendela ruang tamu. Seketika matanya mendelik, ia tidak percaya apa yang ia liat. Dengan segera, Vio berlari kekamar mandi untuk membersihkan mukanya yang tampak lusuh itu. Ditambah lagi dengan matanya yang sembab.

"sialan! Kenapa kudu dateng sekarang ?? Mana mata gue keliatan sembab banget lagi." omel Vio saat di kamar mandi.

Setelah dirasa cukup, Vio segera membukakan pintu. Ia berlari lagi menuju pintu depan.

Jegrek

"lama banget sih. Buka pintu doang." sewot Dean ketika masuk kedalam rumah. Iya, yang dateng itu Dean. Wajar kalau Vio sangat panik.

"terus lo ngapa ke rumah gue makem-malem ?" tanya Vio dan mendapat cengiran dari Dean.

"hehehe, mau numpang makan." jawab Dean enteng dengan cengiran khasnya. Vio memutar bola mata malas.

"gila lo, gue kira mau ngapain. Ternyata cuma mau numpang makan." ucap Vio sedikit ada rasa kecewa. Dean tersenyum mendengarnya. Lebih tepatnya senyum jahil. Dean mendekat ke arah Vio.

"emang mau ngapain, hmm ? Disini cuma ada kita berdua ini." goda Dean dengan memegang pipi kiri Vio.

Reaksi Vio ? Sudah tidak bisa dikontrol lagi. Wajahnya memerah, bahkan detak jantungnya bertambah dua kali lebih cepat.

"ihh, jantung gue kenapa sih ?!" - batin Vio.

Dengan cepat, Vio menampar pipi kanan Dean pelan. Lalu, dia mengalihkan pandangan.

Plak

"don't try to tease me. Sana, didapur ada roti basi sisa."

"yeuu, kaga punya makanan yang layak dikit kek." ucap Dean sambil mencari makanan didapur Vio. Vio tersenyum melihat tingkah laku Dean.

"kenapa perasaan gue masih sama ke lo ? Walaupun lo udah sering nyakitin gue sekalipun." - batin Vio.

FRIENDZONE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang