•chp 04

2.8K 96 1
                                    

Vio menangis di dalam kamarnya, sambil mengobati pipi yang terpukul oleh Dean.

"kenapa dia balik sih ?! Hiks..." kesal Vio pada laki-laki yang mencegatnya tadi. Ia meringis ketika obat merah mengenai lukanya.

Disisi lain, Dean sedang berdiri didepan rumah Vio. Ia sedang memberanikan diri untuk masuk dan menemui Vio. Ia kenal betul bagaimana kalai Vio sedang marah, pasti sangat susah sekali dibujuk.

Dean tampak gelisah, tapi ia tak boleh diam saja. Lalu, Dean menekan bel rumah Vio beberapa kali. Namun, tak seorangpun datang untuk membukakan pintu.

Daripada menunggu lama, Dean langsung masuk begitu saja dan ternyata pintu itu tidak terkunci.

"assalamualikum..." Dean mengucap salam ketika melangkahkan kakinya masuk kedalam.

Tidak ada yang menyaut, tanpa pikir panjang, Dean naik menuju kamar Vio. Setelah sampai didepan kamar Vio, Dean mengetuk pintunya.

Tok  tok  tok

"Vi, ini gue". Ucap Dean mencoba membuka pintunya tapi dikunci dari dalam. Vio mendengar suara Dean langsung cepat-cepat menghapus air matanya dan mengembalikan peralatan P3K ke tempat semula.

Vio berjalan menuju pintu, lalu membuka kuncinya. "masuk". Ucapnya dari dalam.

Dean yang mendengar itu langsung masuk saja. Ia melihat Vio yang tengah duduk di meja belajarnya dan membelakangi dirinya. Tanpa babibu, ia memeluk Vio dari belakang.

Vio tersentak, ia diam tak melawan. "maaf..." lirih Dean tepat di samping telinga Vio. Vio masih belum menjawab.

"lepasin dulu". Dean menggelengkan kepala ketika Vio berkata demikian. "gamau".

"haishh, ini maslahnya gue yang pengap bambang". Kata Vio mencoba melepaskan tangan Dean yang melingkar di pundaknya. Dan pada akhirnya, Dean melepaskan tangannya, lalu duduk di tepi kasur Vio.

Vio menghadapakan kursinya ke arah Dean. Mereka berdua saling bertukar pandangan. Dan saat itu juga, Dean melihat pipi kanan Vio yang lebam. Matanya mendelik kaget melihat luka tersebut.

"pipi lo kenapa ?!" tanya Dean khawatir dan tangannya memegang tepat di luka Vio. Alhasil, Vio langsung meringis dan menepis tangan jahat Dean.

"sakit bego!" umpat Vio sambil memegangi lukanya. "ini juga gara-gara lo".

"lah ? Kok gue ??" tanya Dean dengan wajah tanpa dosa. Vio memutar bola matanya malas.

"lo nonjok gue, puas ?!" kata Vio emosi. Dean kaget mendengarnya.

"lahh ?? Kok bisa ? Perasaan yang gue tonjokin bukan elu."

"TAU AH! MALES GUE NGOMONG SAMA LO!" Vio memalingkan pandangannya ke arah lain.

"maafin gue dong, Vi. Ga sengaja gue sumpah". Ucap Dean memohon kepada Vio.

"terus kenapa lo langsung ngehajar dia kaya gitu ? Hah?!?"

"karna gue gamau dia nyakitin lo lagi. Gue gamau ngeliat lo buang-buang air mata cuma buat cowo brengsek kaya dia". Kata Dean menjelaskan apa alasan dia menghajar lakki-laki itu.

"dan, karna gue sayang sama lo". Lanjut Dean yang berhasil membuat Vio terdiam seribu bahasa.

"gue yakin rasa sayang lo cuma sebatas sahabat" - batin Vio

"kalo lo sayang sama gue, lo ga bakal ngelakuin hal gila kaya tadi". Ucap Vio sambil menahan tangis. Lalu, Dean duduk di lantai kamar sambil menghadap ke arah Vio.

Vio semakin tak bisa menahannya, lalu keluarlah satu tetes air mata. Dean mengusapnya dengan lembut.

"jangan nangis, Vi. Gue ga suka liat lo nangis". Ucap Dean sambil mengenggam kedua tangan Vio.

FRIENDZONE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang