Flawless

31 4 0
                                    

Udara di atap kampus menebarkan kesejukan bagaikan berada di puncak
bukit. Di sisi kiri ku kini hadir seorang pria memakai kemeja putih dilengkapi celana jeans hitam serta gaya ketika dia meminum sekaleng pokara sweet membuatnya terlihat lebih cool dibandingkan saat diriya usil.

Dirinya terlihat menikmati alunan angin yang tidak menggerakan rambutnya sama sekali. Aku memusatkan fokusku menatap layar ponsel, membuat kedua ibu jariku berdansa di atas papan keyboard.

“Has, gue udah nemu psikolog dengan prestasi memukau di kampus namanya
Leyna” kataku yang masih membaca artikel di layar ponsel.

Sohas menoleh ke arah ku. kemudian ia kembali menatap langit berawan.“Oh, tau dari mana?”

“Gue, search di forum kampus. Kabarnya dia bukan anak baik-baik. Banyak gosip - gosip buruk beredar tentang dia. Gimana has?. Jadi analisis dia? Tanyaku penuh harap.

“Yah, kita ketemuan aja dulu” jawabnya seraya memainkan kaleng minuman yang masih berisi air di dalamnya.

“Seriusan?”

Dia menatap ku datar. “Kenapa, ragu?. Belum dicoba udah takut duluan.
Kalah sebelum perang. Lagipula belum tentu gosip gosip itu salah”

“Maksud lo, kok salah sih?” tanyaku terheran-heran dengan ucapan Sohas
yang menurutku ada kejanggalan.

“Menurut lo?” ia kembali menatap langit seraya menghabiskan minuman pokara sweet yang hampir habis.

“Ya belum tentu benar lah!, aneh dih” kataku jengkel dengan pertanyaan
Sohas barusan. Aku kembali menatap layar ponsel. Sohas menutup matanya. Kami terdiam sejenak.

“Sekali kali beda dari yang lain itu unik tau. Haha” lontarnya tanpa membuka mata sama sekali.

Aku hanya melihatnya penuh tanya. Kebetulan atau bukan, kali ini agaknya sohas bersikap dingin. Mungkin sohas ada sedikit masalah.

Sohas membuka matanya menoleh ke arahku. Sontak ia membungkam mulut nya sendiri dan mencondongkan tubuh nya ke arah belakang
“apaan liat liat.Risih gue Nik” suaranya tidak terlalu jelas akibat telapak tangan yang menutupi.

“Eh, Jibang!” gumam ku.

Ia hanya tersenyum kembali menatap birunya langit “By the way, kenapa
milih tempat disini?"

“Hmm, itu keinginan dia”

“Motifnya?”

“motif?” kataku dengan iris mata melirik ke kiri, yang menandakan aku sedang mengingat. Sohas melirik melalui ekor mata nya ke arah ku sebentar kemudian kembali berlarut dengan pikirannya yang berkelana, dan ia masih menatap langit.

“Oh, dia ngga nyaman kalo rame” kataku

“Hmm a little weird, siapa namanya?” Leyna ya” ucapnya, berjalan menuju
keranjang sampah. Sohas membuang kaleng kosong yang di pegangnya.

“Eh, Dyera kok yang milih tempatnya. Haha”

“Lagi ngomongin apaan?, gibahin gue ya? Ngaku!” kata Dyera yang tiba
tiba muncul mengagetkan aku dan Sohas.

“Yah ketahuan deh” ucap Sohas improvisasi.

“Apa maksudnya ketahuan?” tanya Dyera lebih jengkel.

“Oops, Dyera si ratu tepat waktu, kenapa datang terlambat. Haha” Goda Sohas lebih ceria daripada sebelumnya.

“Oh ya?, emangnya kita telat?” ucapan Dyera membuat aku dan Sohas
mengernyitkan dahi heran dengan kata ‘kita’.

“Kurasa tidak” terdengar suara wanita yang tidak keluar dari bibir
imut Dyera. Siapa?.

Akhirnya pemilik suara itu muncul menunjukkan dirinya. Wanita itu mengenakan kaos putih polos di balut Blazer panjang selutut berwarna biru muda dengan kancing yang di biarkan tak terkancing. Di temani celana jeans pendek di atas lutut berwarna biru dongker juga sepatu putih dengan tali terikat simpul dan tak lupa sarung tangan putih polos yang di pakainya.

Udara disini membuat Rambut pirang panjang nya itu melambai lambai.
Kulit putihnya sangat cocok dengan warna bola matanya yang ungu telak.

Tidak salah lagi dia adalah wanita di perpustakaan waktu itu. Tubuhnya
yang tinggi dan kurus membuatnya terlihat bagaikan model, terlalu sempurna.

“Apa kau mahasiswi dari fakultas psikolog?” tanya ku

“Saya Leyna, Anda benar”

“Tunggu, apa kita pernah bertemu sebelum ini?. Rasanya pernah melihatmu di suatu tempat” Ucap Sohas mengelus-elus dagunya yang tidak
berjenggot.

“Aih, kenapa deh pada pake bahasa baku. Biasa aja dong. Geli gue dengernya. Ngga kasian apa sama gue, huh”

Sontak kami bertiga menatap Dyera kompak “Sorry”

“Eh, kenapa jadi pada barengan gini dah kompak bener. Yaudah lah ayo mulai wawancara nya. Keburu masuk nih”

. . . . .

Pada waktu yang sama di negara Inggris, di dalam rumah mewah bak Istana....

“Kami telah menemukan nya, Pak” ucap seorang pria berkacamata minus yang tiba tiba muncul di ruangan pribadi pemilik rumah itu.

“Kerja bagus, kita pergi besok” ucapnya seraya berdiri dari kursi kesayangannya.

“Oke Pak” Jawab pria berkacamata minus. Dilanjut pergi meninggalkan ruangan itu.

Pemilik rumah itu berjalan mendekati tubuh wanita yang terbaring di sebuah ranjang pribadi. Wanita itu tertidur pulas dengan posisi kedua tangan melipat di atas perut.

Wanita itu terlihat cantik dengan gaun
pernikahan yang di kenakannya. Rambutnya tertata rapih.

Ia menatap wanita itu lekat lekat. “Sayang, aku akan menegakkan keadilan untukmu. Secepat mungkin” Tangan nya melayang, mengambil telapak tangan
kiri wanita itu dilanjut mencium punggung tangan wanita dengan penuh
cinta.




The Power of HACKER Inside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang