Menikmati keindahan air mengalir di belakang kampus, terasa nyaman dan
damai. Disini tempatku merenung. Aku tidak selalu kuat, aku juga punya kelemahan. Rumput disini lumayan tinggi dan berantakan, mampu menutupi tubuhku yang kurus."Halo ayah, bagaimana kabar ayah?" suara seseorang.
Ada yang datang. Tunggu ini kan suara Leyna. Sedang apa dia kemari. Tempat ini jarang sekali di kunjungi. Karena memang tak layak.Terlihat dari rerumputan yang menjulang tinggi.
"Seperti biasa ayah tidak seru, ayah tenang saja semuanya aman terkendali. Tanpa diminta pun, mereka mau bersahabat denganku. Aku tidak sendirian untuk sekarang" katanya yang memegang ponsel, sedang menghubungi seseorang.
Mereka?, siapa?. Aku, Niko dan Sohas kah?
"Tentu saja, aku tidak akan mengecewakan ayah" Leyna menutup telpon.
"Eh, Dyera, sejak kapan kamu di situ?"
Aku menoleh membelalak saking terkejutnya. "belum lama".
Kenapa rasanya malah aku yang kepergok, padahal kan bukan apa apa.
Kenapa ngerasa takut banget deh."Ada apa ini, kenapa kamu terlihat murung?" kata nya simpatik seraya duduk di sampingku.
"Ngga pa ..." munafik munafik munafik. Seketika aku teringat kata memuakkan itu.
"Diam kau, munafik" kataku hanya menunduk.
"Dyera, apa aku ada salah?, aku tidak mengerti"
"Na, apa rasanya di katain kaya yang gue bilang barusan?"
"Kamu ini kenapa tanya begitu, jelas sekali luar biasa sakit hati"
Tuh kan. Jelas jelas di sini aku lah korbannya, kenapa Niko semangat sekali mendorong dorongku untuk minta maaf duluan sih. apa aku egois?.
"Dyera, apa ada masalah?. Kamu bisa berbagi jika kamu mau"
"Ngga ada kok Na hehe, btw makasih ya lo udah care" kata ku tersenyum ringan.
Ngga kaya dia, bisanya ngajak gulet melulu. Niko juga sama menyebalkan
tingkat dewa."Baiklah, kalau kamu butuh aku, just call me ... aku akan selalu siap. Kamu tidak perlu sungkan, aku ini mahasiswi fakultas psikolog. Kerahasiaan pasien sangat diutamakan" kata Leyna di lanjut pergi hampir meninggalkan aku seorang diri.
Ternyata gosip gosip beredar tentang Leyna itu tidak benar. Dari yang aku lihat, Leyna anak baik baik. Bagaimana mungkin dia bisa membunuh Ibu kandungnya sendiri?. Tidak masuk akal.
"Leyna!" teriak ku dari kejauhan. Ia memutar tubuhnya ke arah ku. Menatap ku dalam. Seolah olah dia mengatakan kenapa? Ada apa?
"Duduk lagi disini mau ngga?" kataku. Masih menunggu jawaban. Akhirnya dia setuju. Kami duduk bersama. Aku mulai bercerita tentang problemaku dengan Sohas.
Sebetulnya ngga terlalu membebani sih, hanya saja rindu damai, aku rindu mereka. Namun gengsi menjadi penghalau. Apalagi aku ini perempuan.
"Oh, begitu ... saran aku cobalah mengingat suka duka antara kalian. Pikirkan baik-baik, jangan terpecah karena hal sepele. Aku tahu perkataan sohas memang menyakitkan. Tapi kalau dia memang temanmu, dia pasti punya alasan terbaik. Dan itu semua demi keuntungan kalian berdua, aku yakin itu. Cobalah mengambil sisi positif nya. Mungkin sebenarnya kalian hanya salah paham, tidak ada yang salah ataupun
benar" sarannya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of HACKER Inside Me
General FictionNiko seorang mahasiswa fakultas ilmu komputer yang memiliki kemampuan mengakses seberapa besar kecerdasan seseorang melalui sentuhan fisik. Semua mata orang yang dilihat nya, punya warna berbeda. Namun akan berwarna hitam jika orang normal (awam)...