Persentase Dyera

56 6 0
                                    

"Soal itu, serahkan pada ku. The Power of Hacker Inside Me" ucapku tersenyum sinis.

"Nik, makin geli gue sama bahasa lo. Mending gue tiap hari ngedenger bahasa programming, daripada bahasa lo." Kata Dyera dengan raut jijik menatap ku.

"Maksud lo.. lo mau nyewa hacker buat ngehack data hasil tes IQ dan EQ sekota Jakarta?" kata Sohas penasaran.

"Bukan nyewa, tapi gue sendiri. Gue yang akan ngehack kecerdasan dua
orang tertinggi" kataku terdengar berlebihan.

"Nik, serius lo?. Udah ngga waras nih anak.. Ngehack dua orang dengan IQ dan EQ tertinggi itu susah coy! . Emang lo yakin bisa?" kata Dyera menggelengkan kepala, tidak percaya dengan kemampuanku.

"Nik, walaupun gue sering adu cocot sama Dyera. Tapi kali ini gue setuju sama pertanyaan dia. Lo ngelantur ya?" kata Sohas menatapku dalam.

"Beneran kali, segitunya kalian ngga percaya kemampuan gue. Lagipula
susah buat gue cerita kemampuan gue yang satu ini. Lo berdua pasti
nganggep gue kaya orang gila. Kaya yang udah udah" kataku mencoba menjelaskan.

Sial, gue keceplosan. Gimana nih, apa yang bakal gue
jelasin? Tanya batinku.

"Ngga panas kok, jangan jangan lo beneran stress kaya yang dibilang
temen temen SD lo?" kata Dyera mengecek suhu tubuhku, punggung telapak tangannya menyentuh keningku beberapa detik.

Saat itu juga aku tahu alasan dari warna bola mata Dyera. Dia memiliki kecerdasan IQ dan EQ yang seimbang. Sama sama 39%. Sedangkan sisanya
adalah kecerdasan SQ (Spiritual Quotient) dan AQ (Adversity Quotient).

Kurang lebih seperti ini, IQ = 39%,
EQ = 39%, SQ = 9%, dan AQ = 13%.

Aku mencatat persentase kecerdasan Dyera di buku kecil yang biasa ku bawa. Kini aku penasaran dengan warna mata Sohas.

Kira kira berapa persentasenya? Tanya batinku.

"Nulis apaan Nik, kok ada nama gue?" kata Dyera penasaran.

"Jadi ini kemampuan gue, gue bisa membaca persentase kecerdasan
seseorang. Terserah kalian mau percaya atau ngga. Yang jelas ini beneran, gue ngga membual" ucapku memberikan penjelasan. Ku harap mereka akan percaya dengan penjelasanku.

"Nik, lo kalo mau ngarang yang niat dong. Sarap lo" kata Dyera meragu
dengan semua pernyataan ku.

Sudah ku duga mereka pasti tidak akan
percaya ucapanku. Paling tidak, mereka masih belum meninggalkanku
seperti yang sudah sudah. Ku harap mereka tidak akan pernah meninggalkanku. Aku menatap mereka secara bergantian.

"Eh, perasaan tadi lo nanya sesuatu ke Niko. Apaan tuh?" kata Sohas menyentuh pundak Dyera sekilas.

"Lupa gue hehe, Yaudah dari pada bahas Niko si sarap. Mendingan kita makan siang aja yuk!. Gue laper nih" kata Dyera memegangi perutnya.

"Hayuk" ucapku dan Sohas kompak.

Kami pergi ke kantin dalam kampus.
Seperti biasa kami duduk di ujung kantin. Tempat itu sudah menjadi
basecamp kedua kami.

Basecamp pertama adalah taman kampus yang beberapa menit lalu kita duduki. Kami memilih duduk diujung karena supaya lebih fokus diskusi atau bisa memperhatikan gerak gerik semua orang di kantin.

"Eh Nik. Lo yang pesen menunya gih. Kemaren kemaren kan gue sama Dyera
yang pesen. Hari ini lo aja yang pesen. Biasa ya gue Bakso pake kupat jangan pake mie putih, oke" kata Sohas menerkam ku.

"Nik, gue Mie ayam pake bakso ya, baksonya kecil kecil aja, jangan pake
sawi sekalian minumnya es teh manis" kata Dyera yang ikut ikutan menerkamku.

"Udah pesennya?, lo minumnya apa?" tanyaku menatap Sohas.

"Gue air putih aja, lagi pengen yang bening bening euy. Haha" katanya
tertawa kecil.

Aku pergi memesan makanan. Terlihat dari kejauhan mereka sedang berbicara serius.

Pada waktu yang sama...

"Dy mungkin aja Niko ngga bohong soal kemampuannya" kata Sohas menatap
serius mata Dyera.

"Maksud lo?" tanya Dyera yang masih memegang HP oppo nya itu.

"Dy setahu gue di dunia ini ada yang punya kelebihan lebih dari manusia normal. Kalo mau bukti kita bisa search. Lo tau kan beberapa hari terakhir ini ada berita seorang anak kecil yang mampu berhitung cepat. Anak kalkulator itu tuh. Nah kemungkinan Niko dapat anugerah
yang kaya begitu" tutur Sohas menatap dalam mata Dyera.

"Lo ada benernya juga sih. Apalagi kalo gue ingat masa lalu Niko waktu SD. Mungkin aja kita bisa cari kebenarannya tentang perkataan Niko tadi" ucap Dyera dengan raut wajah berpikir.

Sohas melihat Niko berjalan ke arah meja yang mereka duduki.

"Tring" suara nada dering ponsel Dyera berbunyi. Sontak Dyera membuka pesan WhatsApp.

Pesan Chat WhatsApp (online)
Hari ini 13:10 WIB

Sohas :
Dy jangan kasih tahu Niko tentang ini ya?


Dyera :

Siap Bro! Aman.Tapi kenapa di sembunyiin Has?

Sohas :
Gue ngga mau Niko mengingat masa lalunya yang kelam itu. Di taman gue denger lo bilang jangan jangan Niko beneran stress kaya yang dibilang temen temen SD nya. Apa betul Dy?

Dyera :
Betul Has,

Sohas :
Oke Dy, nanti lanjut lagi. Kayanya ada yang mulai kesepian nih. Kasian si Niko haha ^-^

Dyera :
Tenang has, biar gue yang mencairkan suasana. Huhu



Halo readers,,
Semoga semuanya masih sehat,,
Aamiin 🤲,,
Saya ucapkan Terimakasih untuk kalian yang sudah berkunjung,,
Silahkan komen dan vote cerita ku,,
Untuk ilustrasi penglihatan Niko bisa di lihat di gambar,,
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang muslim")

The Power of HACKER Inside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang