Hai, Dara

7 1 0
                                    

Hai, Dara. Entah ini tahun keberapa kita tak jumpa. Rindukah kau pada diriku? Aku sedang di kotamu. Duduk di jantung kota memandangi jalanan yang sering kita lalui, kala itu. Memutar memori yang masih saja bertahan sampai sekarang.

Hai, Dara. Kota ini masih sama seperti dulu. Yang berbeda hanyalah aku dan kamu serta keadaan.

Hai, Dara. Malam ini aku di puncak. Gemerlap lampu di bawah sana mengingatkanku padamu. Pada pelukan yang menghangatkan jiwa. Aku duduk berharap pada khayalan bahwa kau sedang bersamaku, menikmati dinginnya udara malam.

Hai, Dara. Kapan kepulanganmu tiba? Kau tahu, setelah kepergianmu dan perpisahan kita, segala tentangmu tak bisa kuhindari. Kau terus membuntutiku hingga membuatku hampir kehilangan kewarasan.

Hai, Dara. Kau tak kejam, tapi keadaanlah yang menghujam laraku. Di sini, aku menantimu. Menemaniku duduk bersama sambil menatap jalanan basah. Duduk bersama sambil menyantap coto kesukaanmu. Berjalan bersama melintasi jalanan di bawah rinai hujan. Berjalan bersama menuju perpustakaan kota. Lalu pulang bersama dilapisi rasa tak ingin pisah.

Hai, Dara. Aku masih menunggu, selalu menunggu, dan terus menunggumu.

~~~

Luwuk, Mei 2020

Coretan PenakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang