14

13 6 3
                                    

Happy reading!

Siang yang terik, tapi ganasnya sinar matahari tak menghalang kelompok nharaa untuk menyiapkan bahan bakar untuk memasak nanti. Tapi sepertinya cahaya terik itu berhasil menyerap energi sooyeon yang sudah dibanjiri keringat.

"Aku lelah!"

Kebetulan yun sedang memegang sebuah ranting pohon, jika boleh ia ingin melemparkannya ke sooyeon, gadis itu bukannya bekerja malah berteduh di bawah pohon kelapa "Kau baru mengangkut dua ranting pohon, tapi seolah-olah sedang menggendong nana"

"Heh!" Protes nana tidak terima dikatai berat.

"Nharaa, aku lapar, jeda sejenak dulu ya?" Ucap sooyeon berusaha membujuk kaptennya. Ia pun melirik ke arah hyunmi, berusaha mempengaruhinya.

Nharaa menggeleng kuat, memasukkan ranting tersebut ke tempatnya "Tidak ada yang memasak sampai semuanya siap"

Sooyeon cemberut, cacing diperutnya sudah bergerilya ingin diberi makan, hyunmi yang melihatnya berusaha memberikan motivasi "Eonni, sekalian olahraga, supaya lemakmu itu menyusut"

Hyunmi benar-benar cari masalah telah mengganggu orang lapar. Bisa saja nanti dia yang ditelan bulat-bulat.

"Biar aku saja, lebih baik kau istirahat di kapal"

Yun melirik, instingnya merasakan sesuatu, siang - siang begini bukannya disuguhi es kelapa malah melihat pemandangan seorang hyungseob yang sedang mengkhawatirkan si kapten.

"Ekhm, sepertinya sinar matahari membakar kulit wajahku" ucap yun melihat rona merah di pipi nharaa.

Yang disindir pun akhirnya sadar, segera ia mengalihkan perhatian, memberi aba-aba lalu menghilang dari pandangan semua orang "Baiklah, kutunggu sampai sore, semuanya sudah selesai"

...

"Seulbi!"

Langkahnya pada anak tangga terakhir terhenti, seulbi berbalik menatap pribadi yang berpakaian serba hitam,tepatnya guanlin.

"Kau mau kemana?"

"Mm, memastikan sesuatu" jawab seulbi singkat.

Pemuda itu melangkah mendekat, menatapnya dengan tegas "Tinggallah di kapal"

Seulbi sangat ingin mendengus kesal, tapi ia tahan, ia tidak suka diperintah "Aku tidak bisa, aku melakukannya demi kalian juga"

Guanlin tak berniat berpindah sedikitpun, ia masih berdiri pada pendiriannya "Kali ini aku yang akan melakukannya, ikuti saja kataku"

Pemuda itu pergi, melangkah tanpa beban meninggalkan seulbi yang menatapnya sebal.

"Menyebalkan"

...

"Sudahlah yun, kau tidak lelah? Besok kita berangkat"

Hyungseob tersungkur diatas pasir, tenaganya habis tak tersisa digunakan latihan pedang bersama saudarinya. Ia akui yun menyeramkan jika sedang kesetanan memainkan pedang.

"Baiklah, yang tadi cukup seru" gadis itu berhenti mengayunkan pedangnya memilih mengusap peluh yang sudah membanjiri jidat.

°Anything Is Possible° Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang