"Ahn Hyeongseob!"
"Seobi Hyung!!"
"Hyeongseob!!"
"Apa yang Hyung lakukan?!" Teriak Guanlin.
Semua mata terkejut, kejadiannya begitu cepat. Guanlin yang tadinya menurunkan pedangnya terkejut kala Hyungseob menusuk dirinya dengan sendiri.
"Lin...maafin aku. Tapi tolong akh--" Renjun segera menarik pedang Guanlin namun Hyungseob menggelengkan kepalanya membuat ia kalut.
"Apa - apa maksudmu hah?!" Bentak Renjun.
"Hyung!!" Baejin memeluk Woojin, tidak mengerti dengan pemikiran Ahn Hyeongseob.
"Lin...Jun...maafkan keluargaku yang menghancurkan kerajaan kalian. Gara-gara aku, dua kerajaan hancur. Kita terpecah--akh. Kalian kehilangan semuanya--- tolong maafkan keluargaku, jangan simpan dendam kalian uhuk. Aku---aku melakukan ini untuk membalas dendam kalian-- aku tau, dendam kalian sangat besar....."
Hyeongseob ingat, percakapannya dengan Guanlin dan Renjun hari itu. Saat mereka masih bersama-sama.
"Kau benci tidak sama keluarga kerajaan itu?"
Renjun tersenyum mendengar pertanyaan Hyeongseob.
"Tentu saja, sulit melupakan serangan keji mereka. Ayahku mati dalam keadaan yang sadis Seob..... Ibuku.... Mereka melakukannya seolah mereka adalah boneka."
"Jun...."
"Aku marah Seob!! Dendam! Aku bahkan bertekad dengan Guanlin, akan membunuh turunan keluarga itu."
"Walau mereka tidak mengetahui apapun?"
"Aku dan Guanlin pun tidak mengetahui apapun. Seluruh anggota kerajaan dibantai, rakyat diserang. Aku.....juga tidak tahu apapun Seob."
Guanlin masuk dan berdiri ditengah kedua kakak yang selalu memberinya semangat.
"Aku bertekad dengan sumpah! Akan membunuh anaknya walau hanya satu asal dendam ku hilang..... Mereka tidak akan pernah tenang dan akupun tdk akan tenang sebelum itu terjadi. Aku janjikan itu!"
"Serius amat, santai sambil ngopi yuk!" Baejin dengan santainya mengubah suasana serius itu membuat Woojin gemas sendiri.
Hyeongseob saat itu tidak tahu kalau ialah turunan keluarga yang menghancurkan kerajaan Guanlin. Namun, kini ia telah tau. Rasa bersalah memenuhinya, ia juga takut. Apakah keluarganya telah tenang selama ini?
"Jun.... maaf. Tolong, cukup aku--akh, jangan adikku, jangan keluargaku yg lain--akh, aku tidak ingin kalian akh!!" Guanlin menarik pedangnya dan jatuh berlutut. Ia ingin membunuh Hyeongseob, ia ingin melakukan apa yg telah keluarganya alami namun tdk bisa. Dan tidak akan pernah bisa.
Renjun menggeleng sambil bergumam tidak jelas, menahan darah Hyeongseob. Nhara segera meminta bantuan Jihoon dan Sanha.
"Kalian---terima kasih, aku hehe senang. Kenapa Tuhan--- memberiku banyak waktu hah seperti ini? Mungkin---akh ish--- untuk berterima kasih dan minta maaf."
"Jaga Yun dan hei jangan menangis. Aku--baik - baik saja hehe. Aku senang---- setidaknya rasa bersalahku hilang."
Mereka tidak tau mau melakukan apa. Sooyeon telah melepas ikatan Yun yang kini menangis meraung - raung.
Jihoon, Sanha dan Nhara melakukan berbagai hal untuk menahan pendarahan Hyeongseob namun sulit dengan alat kesehatan yang tidak ada.
"Nhar--Lee Nhara."
KAMU SEDANG MEMBACA
°Anything Is Possible°
Teen FictionKisah para bajak laut yg tanpa sengaja terjebak dalam kisah mereka. Dan harus merasakan pahit getirnya kisah mereka sendiri Nb: Lanjutan cerita dri "Anything is Possible" by: @Raihani23