Nine - Janji Alvi

44 16 2
                                    

Di rumahku

"Sayang, kenalin aku sama teman-teman kelasmu dong" pintaku. Alvi memang belum mengenalkan teman-teman kelasnya kepadaku. Lalu Alvi mulai memperlihatkan foto teman-teman kelasnya, dan ia langsung bercerita satu persatu tentang mereka.

"Ini Adela, dia teman dekatku di kelas, kalau kata yang lain sih dia adikku sendiri. Lalu ini Pamela, dia juga teman cewekku yang suka aku curhatin gitu." Dia terus mengenalkan teman-temannya denganku. Oh iya, aku tidak pernah masalah dia mau punya teman perempuan seberapa banyak, karena aku tau dia setia padaku. Lagi pula sepertinya Adela dan Pamela teman yang baik, jadi untuk apa aku cemburu?

"Nanti kapan-kapan aku ajak kamu main sama mereka ya" Tukas Alvi. Aku sangat senang mendengarnya. Aku sangat ingin bertemu dengan teman-temannya, dan berbincang banyak dengan mereka. Oh iya, Alvi sudah bertemu dengan teman-temanku, dan bahkan aku sudah menceritakan banyak kepadanya. Agar dia tidak berpikiran negative tentangku.

"Sayang, hmm" Aku memandangi matanya, melihat ada ketulusan di mata Alvi, aku memang senang sekali memandangi matanya dan wajahnya, begitu banyak cinta yang dia berikan kepadaku.

"Kenapa sayangku? Kamu mau nanya apa? Tanya aja" Jawab Alvi dengan pandangannya yang begitu mendalam. Jujur aku masih belum terlalu berani untuk berlama-lama menatap matanya, maklum karena kami baru sering bertemu akhir-akhir ini saja.

"Kamu sayang gak sama aku?" Entah mengapa pertanyaan itu bisa terucap begitu saja dari bibirku. Alvi langsung menghela nafas dalam dan memejamkan mata, namun tak lama dia tersenyum padaku.

"Kalau aku gak sayang sama kamu, gak mungkin aku mau bertahan sama kamu selama ini, sayangku" Katanya, diakhiri dengan kecupan penuh cinta di keningku. Ah Alvi, kamu memang alasanku untuk bahagia, kataku dalam hati. Tapi memang dari dulu aku sudah mau bertanya hal itu kepada Alvi, bukannya aku tidak percaya padanya, hanya saja aku mau lebih memastikan, dan aku sudah tau jawabannya.

"Aku janji aku gak akan ninggalin kamu, sayang. I promise, kamu pegang kata-kataku ya, aku gak akan ninggalin kamu" Lanjut Alvi. Aku selalu merasa tenang kalau Alvi mengatakan tak akan pernah meninggalkan aku.

"Jangan pernah tinggalin aku ya" Kataku dan Alvi langsung memelukku penuh hangat. Dan dia membisikan kepadaku kalau dia begitu mencintaiku. Aku mencintaimu Alvian Darma Subroto bisikku pelan.

"Aku lapar, yang masakin aku mie instant ya" Pintanya. Aku langsung menolaknya karena dia sudah terlalu sering makan mie instant dan itu tidak sehat. Namun Alvi masih terus membujukku dengan rayuan mautnya.

Akhirnya aku meng-iyakan permintaannya "ya udah, kamu tunggu disini dan aku masak dulu" perintahku menyuruh Alvi untuk menunggu di ruang tamu, namun Alvi menolak dan mau membantuku memasak juga.

"Kamu yang masak mienya, aku yang nuang bumbunya" Kata Alvi membagi tugas. Ini pertama kali kami memasak bersama, sangat seru sekali. Beberapa kali kami saling melontarkan lelucon yang hanya dimengerti oleh kami berdua. Alvi sembari mencuci piring juga.

"Kena! Hahaha" Alvi menjailiku dengan menaruh busa dipipiku.

"Sayang.. basah ih" Aku pun tidak tinggal diam,, kubalas juga Alvi dengan menyiram kecil air ke wajahnya. Kami pun basah karna main air sampai lupa dengan mienya hahaha. Setelah selesai memasak, kami kembali ke ruang tamu untuk makan.

"Kamu tuh kalau makan yang banyak, ini lihat badan kamu kurus banget"

"Iya sayangku" Kataku sambil mencium pipinya.

"Kamu udah kenyang belum, yang?" Tanyaku, padahal Alvi sudah makan dua bungkus mie instant. Alvi mengangguk meng-iyakan.

Setelah kami selesai makan, kami melanjutkannya dengan mengobrol santai. Obrolan kami kemana-mana, kami berencana akan pergi ke Jogja untuk liburan bareng setelah kelulusan. Kami juga ngomongin masa depan tentang perkuliahan, bahkan tiba-tiba merambat ke pernikahan. Ya ampun tentang pernikahan itu masih lama, tapi entah mengapa seru juga membahasnya.

"Ayah sama ibu udah tau kamu pacaran?" Tanyaku padanya. Aku memang belum pernah bertemu dengan orangtua Alvi, tapi Alvi suka bercerita kepadaku tentang mereka.

"Udah sayangku" Aku lega mendengar perkataan Alvi, artinya memang dia tidak menyembunyikan hubungan kami. Oh iya, Alvi anak pertama dari 4 bersaudara, adiknya laki-laki semua dan dua diantaranya kembar. Aku belum pernah melihat mereka secara langsung, tapi dengan melihat dari foto aku sudah bisa menyimpulkan bahwa mereka lucu sekali.

Kami bercanda-canda, tiba-tiba Alvi menggigit lenganku, "aww" ringisku. Kebiasan anak ini suka sekali gigit-gigit aku, dasar drakula. Saat aku hendak membalas, dia menghindar kami kejar-kejaran didalam rumah hingga keluar rumah. Alvi larinya cepat sekali, akhirnya Alvi mengalah dan membiarkanku menggigitnya juga.

Lalu kami lanjut mengobrol hingga jam setengah sepuluh malam, dan Alvi pamit pulang. "Langsung pulang lho ya, jangan nongkrong lagi, kalau udah sampai rumah kabari aku" suruhku, dan dibalas dengan kecupan hangat di tanganku. Wah hari ini aku sangat bahagia, terima kasih Alvi sudah membuatku selalu bahagia.

PromessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang