Eleven - Ajakan Nonton

36 14 0
                                    

Aku memperhatikan Dimas yang dari tadi diam saja. Dia anaknya kayak pemalu, dan gak banyak ngomong "Dimas diam aja nih dari tadi" kataku.

Dimas hanya ketawa, kebetulan Dimas ini umurnya dibawah kami, dia jatuhnya adik kelas kami. Badannya kecil sama seperti Stanis, namun bedanya kalau Stanis punya ciri khas yaitu matanya yang belo.

"Biasa si botak masih lapar kayaknya, ye gak tak?" yang dimaksud si botak adalah Dimas, kebetulan dia lagi botak saat itu.

"Apaan sih lo, Nis? Gue udah kenyang Mil, sumpah" Dimas ini lucu gitu wajahnya, benar-benar masih kelihatan anak-anak. Aku hanya sibuk main hp, dan gak terlalu sadar dengan apa yang mereka bahas.

"Asik banget chattingannya, sama siapa sih?" Tanya Alvi yang sedang tiduran dipahaku. Seketika aku langsung menunjukkan isi chatku dengan sahabatku Gabriella. Aku menjelaskan tentang Gabriella kepada Alvi. Aku juga membiarkan Alvi membaca isi chat kami berdua. Tak apalah, biar gak ada kecurigaan diantara kami, pikirku.

"Vi, si Milli kan mau tau rumah lo, kemarin dia nanya sama gue" Kata Stanis sambil tertawa.

Dengan tatapanku yang melotot ke arah Stanis "Sialan lo ya Nis, terusin aja ngomong yang gak benar, sejak kapan gue bilang ke lo tentang itu woy?" Si Stanis hanya ketawa-ketawa aja melihat wajahku yang kesal.

Dimas yang lagi main game saja menjadi ikut-ikutan memanas-manasi aku "Iya anjir Vi, Milli kan mau tau rumah lo" aku langsung melemparkan bantal ke Dimas. Mendengar hal itu, Alvi cuma mengusap lembut wajahku dan bilang "nanti ya aku ajak kamu ke rumah". Jujur, aku senang banget, akhirnya....aku mau diajak ke rumahnya juga.

"Nah senang kan lo, Mil? Pura-pura gak ngaku lagi, pasti dalam hatinya senang banget tuh Vi, akhirnya diajak ke rumah Alvi juga hahaha" ledek Stanis.

Aku meremas lengannya Stanis hingga ia meringis kesakitan "Lo sekali lagi nyebelin, gue buang ya Nis ke angkasa" gerutuku kesal. Tapi emang iya sih yang Stanis bilang, aku senang banget mau diajak ke rumah Alvi.

"Sayang, kita nonton yuk" ajakku memecahkan kesunyian diantara kami berdua. Kalau Alvi mengiyakan ajakanku, berarti ini kali pertama kami nonton di bioskop. Sedih banget gak sih? Dua tahun pacaran, belum pernah nonton bioskop bareng.

"Ayo yang, kapan ya? Minggu depan gimana?" tanpa banyak berpikir, aku langsung mengiyakan saran Alvi. Yes....bisa nonton bareng juga akhirnya untuk yang pertama kali.

"Jangan mau percaya, Alvi tukang palkor" kata Dimas dan Stanis berbarengan. Dan itu semua ditepis oleh Alvi "Palamu palkor anjir, kagak by, jangan percaya mereka dah". Aku disitu yang gak tau apa-apa cuma bisa ketawa.

Stanis celingak-celinguk melihat sekeliling sambil terus memperhatikan jam yang saat itu menunjukkan pukul 17.00, "Bokap lo pulang jam berapa, Mil" tanya Stanis saat itu. Aku mengangkat bahu tanda tidak tahu.

Kata Dimas "Ya elah kenapa sih, Nis? Takut amat lo", Stanis langsung menoyor kepala Dimas "Bego, lo belum tau aja anjir, gimana bokapnya Milli? Seram banget woy, dia kan dulu kepsek gue SMP" Stanis menjelaskan.

"Biasa anjir Nis, dia baik kok sama gue hahaha" Kata Alvi.

"Dih bodo anjir, ya lo pacarnya Milli, pasti bokapnya baik sama lo"

"Woy Mas, Nis, kita turnamen sore ini anjir, bego lo ya pada lupa semua" yah... Aku udah tau banget, pasti mereka mau pulang sebentar lagi.

"Sayang, bentar lagi aku pulang ya, mau turnamen soalnya, lumayan kalau menang" kan...sudah kuduga, pasti mereka mau pulang. Tapi aku gak bisa nahan juga sih, secara Alvi itu leader di teamnya, dan dia harus menjadi leader yang baik. Aku mengangguk, "Gapapa kan sayangku? Besok aku kesini lagi" tanya Alvi sembari mencium tanganku.

Aku mengangguk "Gapapa sayang". Gak lama dari itu, mereka pamit pulang. "Good luck ya by turnamennya" aku mencium pipinya saat dia pamit. Huft begitulah punya pacar seorang gamer, seorang leader juga, aku hanya bisa mengalah demi kebaikannya juga.

Next part selanjutnya...

Terima kasih sudah membaca 😊
Jangan lupa follow dan vote juga.

PromessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang