Twelve - Usaha Yang Sia-sia

22 11 0
                                    

"Miliiii bangun...." teriak mama dari dapur. Jam berapa sih sekarang?, gumamku. Ternyata udah jam setengah tujuh. Aku gak mandi hari ini, karena aku harus datang lebih awal. Aku langsung cuci muka dan sikat gigi, lalu langsung ganti baju seragam.

Joe yang melihatku tidak mandi langsung bergidik menjijikan "Lo gak mandi, Mil? Najis jorok banget".

Aku hanya nyengir melihatnya, masa bodo yang penting gak telat, pikirku saat itu. Joe bertanya lagi "Demi apa sih, Mil lo gak mandi?".

"Enggak Joe... Berisik deh ah, gue lagi nyari surat lembar persetujuan nih, lo gak lihat?" tanyaku pada Joe sambil terus mencari kertas itu. Kertas itu adalah lembar persetujuan judul untuk karya tulis kelompokku. Joe hanya menggeleng.

Akhirnya setelah hampir lima menit kucari, kertas itu ketemu juga. Aku langsung buru-buru ke sekolah, kalau aku terlambat, aku gak akan sempat untuk minta tanda tangan guru pembimbing. Dan hari ini dimulai untuk penulisan karya tulis ilmiah.

"Bayu...." teriakku ketika masuk kelas. Aku menghampiri Bayu dan memberikan laptopku padanya "Hari ini kita bikin KTI, ya" dan Bayu hanya mengangguk.

Hari ini di sekolah saat ada jam kosong, aku memanfaatkan waktu untuk membuat KTI sama Bayu, dan Gita. Tiba-tiba saat kami sedang mengerjakan KTI, Bayu bertanya padaku "Gimana Mil sama Alvi? Kelihatannya lo udah bahagia banget sekarang". Aku hanya tertawa mendengar pertanyaan Bayu.

Semua orang yang mengetahui tentang aku dan Alvi, melihatku sekarang sudah jauh lebih bahagia. Mereka menyadari perubahanku, dan mengatakan kalau aku sekarang sudah jauh lebih baik. Dan memang benar, aku sudah sangat-sangat lebih baik.

"Mil, sekali-kali dong bawa Alvi ke sekolah" kata Farsya sambil menyenggol lenganku.

"Ah iya, nanti kubawa Alvi ke sekolah hahaha" memang sudah lama, aku ingin memperkenalkan Alvi kepada teman-teman sekolahku. Hitung-hitung agar Alvi juga kenal mereka dan tidak ada kecurigaan diantara kami.

Drrt...drrt...drrt
My Alvi : sayang, maaf baru ngabarin, aku ke sekolah gak bawa motor, motorku rusak.
Mil : lho? Rusak? Terus kamu diantar siapa?
My Alvi : aku diantar ayah tadi
Mil : oalahh terus pulangnya naik apa?
My Alvi : paling pakai ojek online, itu pun kalau ada ayah di rumah, soalnya aku gak bawa uang sama sekali.
Mil : ya ampun, terus gimana dong?
My Alvi : ya udah by, paling aku nunggu di rumah Willi.
Mil : atau mau aku jemput?
My Alvi : gak usah by, gapapa okey.

Pantas Alvi gak kabarin aku dari tadi pagi, mungkin dia gak mau buat aku cemas karena motornya rusak. Aku berniat ingin menjemputnya di rumah Willi, tapi aku sendiri gak pernah tau pasti dimana rumahnya.

"Woy anjir ini AC mati ya? Panas banget, lo pada udah bayar SPP belum sih?" keluhku saat tau AC di kelas mati. Emang AC akan selalu mati tiba-tiba gitu, gak tau listrik sekolah yang kuat, atau kenapa gitu.

"Ini mati lampu anjir, Mil. Lo gak lihat, di luar lagi hujan, ya pasti karena hujan" jawab Teresa. Seketika aku langsung teringat Alvi, dia pulang dengan siapa? Naik apa? Hujannya deras banget sama dan angin kencang juga.

(Line)
Mil : sayang.... Disana hujan?
My Alvi : iya sayang, disini hujan deras banget.
Mil : kamu pulangnya gimana sayang? Mau aku jemput aja?
My Alvi : gak usah by, aku nanti ke rumah Willi dulu dan nunggu ayah disana.
Mil : kabari aku ya sayang
My Alvi : iya sayangku....

15.00 sore
Bel sekolah berbunyi, tanda pulang. Aku masih terus memikirkan Alvi, dia bisa pulang gak ya? Di daerahku hujannya masih cukup membuat baju basah, semoga di daerah sekolah Alvi hujannya sudah berhenti. Aku terus mengirim pesan ke Alvi, untuk hati-hati kalau masih hujan disana, dan menyuruhnya untuk mengabariku.

Setelah sampai rumah, gak lama Alvi menelponku, memintaku untuk menjemputnya di rumah Willi, dia bilang rumah Willi gak jauh dari sekolahnya. Lalu aku menunggunya sabar karena masih hujan disini.

Drrt...drrt...drrt...
My Alvi : kalau gak bisa gak usah gapapa
Mil : bisa kok sayang, sebentar ya lagi hujan, tunggu hujan reda sedikit baru aku jalan.

Aku menunggu hujan reda sambil bersiap untuk menjemput Alvi. Aku gak mau dia menunggu lama, tapi hujannya cukup deras, jalanan licin dan takut jatuh.

Drrt...drrt...drrt...
My Alvi : masih lama?
Mil : sebentar sayang...ini masih hujan cukup deras, tunggu ya..
My Alvi : kan bisa pakai jas hujan
Mil : iya sebentar lagi ya sayang, soalnya takut licin dan hujan deras begini, takut gak dibolehin sama mama.
My Alvi : ya udah gak usah ya gapapa
Mil : ya udah aku jalan ya sayang, tunggu aku...love u

Chatku tidak dibalasnya, aku takut banget Alvi marah, akhirnya aku paksain untuk menjemput Alvi walaupun hujan deras. Aku izin ke mama untuk ke rumah teman dekat sekolah, dan ya aku berbohong pada mama. Dengan motorku dan jas hujan, aku berangkat menuju rumah Willi yang benar-benar sama sekali aku tidak tau dimana. Alvi pun aku chat untuk share loc juga tidak dibalas, telponku pun juga tidak diangkat, padahal dia lagi online.

Aku terus jalan sambil berharap cemas, gimana enggak? Aku jarang lewat jalanan ini, baru beberapa kali aja. Sesekali aku berhenti mengecek hp, chatku belum dibalas juga sama Alvi. Aku mulai khawatir dan bingung, aku harus apa? Aku sudah telpon Alvi berkali-kali namun tetap gak diangkat. Aku bahkan kasih tau dia dimana aku sekarang, tapi tetap saja tidak ada tanggapan dari dia.

Keadaan udah semakin gelap, hujan udah reda, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di minimarket, mengecek hp, dan ternyata Alvi hanya read chat ku doang. Aku coba menelpon dia berkali-kali, namun tidak ada balasan, chatku tetap saja terus diread, padahal dia sedang online. Aku bingung harus melanjutkan jalan atau enggak, karena aku sama sekali gak tau rumah Willi. Duhh gimana ya? Pikirku.

(Line)
Mil : aku pulang ya sayang, udah malam, aku takut karena gak kenal jalannya, dan udah sepi juga.
Mil : maaf ya sayang, aku terlambat buat jemput kamu. Nanti kabarin aku ya kalau kamu udah di rumah. Terima kasih.

Aku pulang dengan kecewa, dan cuma bisa nangis di motor. Bisa setega itu ya Alvi, membiarkanku sendirian di jalan yang aku gak tau, dan dia tidak membalas pesanku sama sekali. Hingga akhirnya, Alvi menelponku namun gak aku angkat. Aku kecewa sama kamu, Vi.

Drrt...drrt...drrt...
My Alvi : kamu udah pulang? Nanti aku ke rumah, maaf ya soalnya kamu lama.
Mil : kamu gak usah ke rumah, aku mau tidur, mau istirahat, gapapa kok, aku yang minta maaf karena udah terlambat buat jemput. Kamu hati-hati ya sayang, love you.

Next part selanjutnya

Terima kasih yang sudah membaca 😊
Jangan lupa follow dan vote. Terima kasih.

PromessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang