Seven - Rapat Mendadak

37 15 0
                                    

Pagi-pagi sekali hpku berbunyi

Pukul berapa ini? Gumamku. Mataku terbelalak kaget mengetahui bahwa baru jam 5 pagi, dan...Alvi menelponku? Tumben sekali, ada apa ya?

Alvi menelponku hanya untuk membangunkanku. Maklumlah aku jarang bangun sepagi itu, bahkan hari sekolah pun jarang. Dia menyuruhku untuk segera mandi dan bersiap. Ia memang sudah harus berangkat pagi, karena sekolahnya sangat jauh dari rumahnya. Alvi menemaniku lewat telpon bersiap untuk ke sekolah, sembari dia dalam perjalanan menuju sekolahnya.

Ini kali pertama Alvi melakukan itu padaku. Aku sungguh tak menyangka, dia bahkan sepeduli itu padaku. Alvi benar-benar sudah berubah. Aku pun berangkat ke sekolah kutercinta.

SMA Wijaya Putra
Aku menaiki tangga menuju kelasku di lantai 2. Aku memasuki kelas, dan memperhatikan sekeliling mencari Teresa, teman satu mejaku. Aku tak sabar ingin segera menceritakan tentang pagi ini. Pagi yang sangat indah.

"Mili...." teriak Lingga teman satu kelasku.

"Kenapa Ling?" dan aku baru tersadar, tugas Ekonomiku ketinggalan diatas meja belajar.

"Mau lihat tugas ekonomi dong" pinta Lingga.

"Tugas gue ketinggalan, dan sekarang gue harus ngerjain ulang. Btw, Teresa masuk gak sih? Gue chat gak dibalas" Tanyaku pada Lingga.

Tiba-tiba saja Teresa datang. Panjang umur, gumamku. Teresa, si gadis tomboi yang selalu ingin merasakan punya pacar. Ia selalu bertanya padaku, bagaimana caranya agar memiliki seorang kekasih, namun aku tidak pernah tau, karena Alvi pun datang dengan sendirinya.

"Mil, gue lihat lo lagi bahagia banget nih, kenapa sih? Jangan bilang karena Alvi?" Tebak Teresa. Dan aku hanya tersenyum mengiyakan tebakan Teresa. Dia hanya menggeleng tak percaya. Aku hanya tertawa melihat ketidakpercayaan Teresa.

"Percaya gak Ter, kalau tadi pagi untuk pertama kalinya, Alvi nelpon gue cuma buat bangunin gue?" Tanyaku sontak membuat Teresa terkejut.

Teresa tidak percaya dengan apa yang kukatakan tadi. Dia sampai bertanya berkali-kali tentang kebenaran itu, bahkan sudah ku tunjukkan bukti telpon dari Alvi namun dia masih tak percaya. Aku hanya bisa tertawa melihat temanku yang terus mengatakan bahwa Alvi kesurupan.

"Mil, gila ya? Demi apa sih? Alvi udah kesurupan setan mana gue tanya?". Teresa tak berhenti melihat bukti telpon itu. Sungguh dia tak percaya.

Ternyata dugaanku benar, bahwa banyak teman dekatku dan sahabatku tidak percaya dengan sikap Alvi yang sekarang. Mereka mengatakan bahwa Alvi sudah kerasukan setan, entah darimana. Aku saja tidak percaya dengan semua yang kualami, bagaimana dengan mereka? Hahaha.

"Wow seorang Alvian Darma Subroto jadi orang so sweet banget itu gimana ceritanya?" Tanya Teresa sembari membisik ditengah pembelajaran Ekonomi yang membuat kepalaku rasanya mau pecah.

"Gue aja masih gak nyangka Teresa, gimana lo? Udah ah gak usah dibahas, buat gue tambah mau terbang aja rasanya hahaha". Sikap Alvi sudah membuatku merasa bak princess sejati yang diperlakukan sangat istimewa oleh pangeran chubbynya.

"Hati-hati aja lo Mil, gini-gini si Alvi ada maunya". Teresa memperingatkanku lalu disusul dengan pukulan kecilku ke lengannya. Tak mungkinlah Alvi memperlakukanku seperti itu karna ada maunya, aku percaya kalau ia sungguh mencintaiku, gumamku.

"Mil, dicariin Raffael" Raffael adalah ketua Rohkris di SMA Wijaya Putra. Dan kebetulan aku adalah bendahara di Rohkris. Sudah kupastikan, Raffael mau ada perlu dengan uang ini, pikirku.

"Mil, nanti kita ada rapat, jangan lupa lo datang, terus bawa uang kas juga 20.000 buat fotocopy lagu untuk ibadah besok". Raffael memberitahuku. Rapat mendadak? Aku udah janji sama Alvi mau bantu mengerjakan tugas sekolahnya sore ini.

"Ingat Mil, harus datang! janjian sama Alvinya nanti dulu" Raffael memerintahku untuk datang rapat, dan aku hanya mengangguk saja tanda setuju. Berarti aku harus segera kabari Alvi untuk ubah schedule hari ini.

(Line)
Mil: sayang
My Alvi: iyah sayang kenapa?
Mil: aku ada rapat Rohkris mendadak sore ini, jadi maaf banget ya sayang, aku gak bisa bantuin kamu ngerjain tugas.
My Alvi: ohh ya udah gapapa
Mil: kamu gak marah, kan? Jangan marah ya sayang
My Alvi: dih siapa yang marah? Ya udah gapapa, aku gak marah kok
Mil: seriusan kamu gak marah? Please jangan marah ya sayang
My Alvi: iya sayangku

Untunglah Alvi gak marah sama aku. Alvi itu tipe yang bisa dibilang sumbu pendek, dia cepat marah dan emosi tanpa pikir panjang, dan terkadang gak mau mendengarkan penjelasan dulu.

Sore ini sehabis pulang sekolah, aku ikut rapat Rohkris. Dengan perasaan tenang campur cemas juga sebenarnya takut kalau Alvi marah. Hahaha aku memang segitunya kalau tentang Alvi, aku bener-bener mau dia bahagia.

PromessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang