01

7.5K 636 64
                                    

"Kalian pasti tahu apa yang dibutuhkan penulis pada ceritanya."


Pagi itu langit dihiasi tumpukan awan yang tampak sehalus kapas. Latar biru dengan semburat abu seakan ingin mempercantik suasana. Mungkin Tuhan sedang tersenyum kala melukisnya.

Hamburan kelopak sakura yang tertiup angin jatuh mewarnai bumi; mempercantik warna aspal yang kelam. Warna merah mudanya merona, sama indah dengan milik seorang gadis yang terduduk sepi di antara hiruk pikuk kepadatan pagi hari. Tangannya menopang dagu, pandangannya menerawang, sedang bibirnya tanpa sadar melengkungkan senyum.

Entah apa yang dipikirkannya. Jelas ia terlihat bahagia di antara ketukan jemarinya di atas meja. Sesekali senyum itu berganti garis datar; berubah seiring detik berjalan. Tapi tidak lama, sebab kala bayangan wajah seseorang hinggap, bibirnya kembali tersenyum.

Semua karena Kim Jungkook; calon suaminya yang akan kembali dari Canada. Membayangkan pernikahan yang akan berlangsung besok membuat hatinya membuncah didera rasa gugup luar biasa.

Keduanya enggan peduli, sering ditentang berkali-kali membuat mereka semakin ingin saling memiliki. Baik Jungkook maupun Jiyeon sudah terlanjur mencintai, hingga nekat merancang masa depan mereka tanpa harus melibatkan orang tua. Semua yang sudah mereka lalui tidak seharusnya mendapatkan caci maki yang lebih kejam lagi dari orang tua Jungkook yang secara terang-terangan tidak menerima Jiyeon lantaran gadis itu hanya hidup sendiri. Tumbuh besar tanpa sebuah keluarga, diterpa berbagai pahitnya kehidupan di usia begitu muda.

Beberapa hari lalu Jungkook berjanji tidak menghubungi sampai ia menghadiri momen yang paling dinanti. Biarlah menjadi sebentuk kerinduan hingga nanti mereka sendiri yang menuntaskan setelah pengucapan janji suci. Di depan Tuhan, pendeta, dan para saksi yang menghadiri.

"Melamun lagi?" cetus Krystal.

Mendaratkan bokongnya pada kursi di hadapan Jiyeon. Menopang dagu runcingnya dengan telapak tangan kanannya. Meneliti wajah Jiyeon yang sudah menjadi sahabatnya sedari kecil.

"Krys, bagaimana jika besok terjadi ke—"

"Yah! Jangan berpikiran yang tidak-tidak!" potong Krystal sebelum gadis cantik di hadapannya menyelesaikan kalimatnya.

"Sumpah, aku gugup," balas Jiyeon.

"Wajar jika calon pengantin gugup. Aku juga begitu dulu," sela Yeonsa.

Gadis yang sudah menikah di usia begitu muda. Terpaut 2 tahun lebih muda dari Jiyeon dan Krystal.

"Tapi, sungguh! Perasaanku tidak enak."

Yeonsa memutar matanya malas, tentu saja ia tahu rasanya dirundung kegugupan level tinggi menjelang pernikahan.

"Dulu sebelum pernikahan, aku bisa ke toilet tiga kali dalam lima menit. Tapi setelah pemberkatan, semua terasa lega. Seakan aku baru saja dapat izin dari ayah akan menikah setelah lulus SMA," terangnya dengan mata menerawang momen yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

Mereka bertiga memiliki karakter yang berbeda namun mempunyai cara pandang hidup yang hampir sama. Membuat ketiganya sepakat mendirikan toko Cheesecake & Coffee sebagai selingan dari aktifitas utama.

Krystal yang meniti karirnya di dunia modeling dan Yeonsa yang menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswi sekaligus seorang istri. Sementara Jiyeon sendiri menggeluti dunia arkeologi.

"Jadi, setelah menikah kau akan tinggal di Canada?" tanya Krystal.

Yang ditanya mengulum bibir ke dalam. Rasanya berat jika harus meninggalkan tanah kelahiran, pun kedua sahabatnya.

hereinafter✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang