When we first met
I never thought that i would fall
I never thought that i'd find myself
Lying in your arms
And i wanna pretend that it's not true
Oh baby, that you're gone
'couse my world keeps turning, and turning, and turning
And I'm not moving onI'll never love again –Lady Gaga.
•/•
Jelaga itu menatap potret pria yang dulunya menempati posisi pertama dalam hatinya. Sebelum Taehyung datang menawarkan cinta yang Jiyeon pikir tidak akan pernah ia rasakan lagi setelah kepergian Jungkook sang cinta pertama.
Namun lihat sekarang ... orang yang Jiyeon pikir tidak akan sanggup menyakitinya malah mampu memberi luka yang lebih besar lagi. Pandangan itu meredup, menatap pigura berukuran sedang yang berada di balik etalase kaca. Setidaknya Jungkook melukainya tanpa sengaja. Setidaknya Jungkook mencintainya tanpa berniat memberi luka meski Jiyeon tetap menelan kecewa atas kepergiannya. Dan setidaknya Jungkook tidak pernah ingin melihat Jiyeon berurai air mata karena kelakuannya.
"Apa aku boleh menyusulmu sekarang?" lirih Jiyeon putus asa. Jika Tuhan tidak memperbolehkan Jiyeon mencicipi apa itu bahagia di dunia ini. Maka Jiyeon akan sukarela meninggalkan semuanya.
Dua minggu berlalu semenjak kejadian itu, tidak sekalipun Taehyung mencoba menghubungi dan memberikan penjelasan. Dan itu sangat cukup memperjelas situasi mereka sekarang. Jiyeon mencintai, dan cara Taehyung mengenalkan kekecewaan membuat Jiyeon mengerti jika cukup sampai di sini. Untuk ke depannya ia tidak akan membiarkan hatinya lemah. Dan gadis itu sepertinya tidak yakin jika hatinya masih mampu mencintai.
Deringan singkat ponselnya tidak membuat gadis itu langsung membuka pesan yang masuk. Ia memilih keluar dari tempat itu dan berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Sudah memutuskan jika malam ini ia akan meninggalkan negaranya. Tempat semua kenangan terbentuk dan berujung dengan rasa sakit yang akan membekas sampai Jiyeon menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan Jepang adalah tempat yang akan ditujunya. Ia akan menetap di sana. Memulai kehidupan baru, tanpa cinta yang akan membuat semuanya lebih mudah. Tidak ada rasa sakit dan kecewa lagi. Meski Jiyeon akan hidup seperti raga tanpa nyawa. Hidup terasa mati. Seperti yang ia rasakan pada Jungkook dulu, dan kini Taehyung juga membuat bekas luka yang jauh lebih dalam lagi. Sangat cukup membuat Jiyeon berhenti berharap pada cinta.
•/•
Malam ini Jiyeon sibuk mengemasi semua barang-barangnya, ia juga sudah mengurus surat resign dan apartemen ini mungkin akan ia jual lagi. Benda pipih itu kembali berdering, kali ini nama Jungkook tertangkap ruang netranya sebagai pemanggil.
Jiyeon menghela nafas sebelum akhirnya meraih ponsel yang terletak di atas ranjang dan menjawab panggilan pria tersebut.
["Aku di depan apartemenmu, bisa kau buka pintu?"]
"Tunggu sebentar."
Gadis itu berjalan keluar dari kamar dan menghampiri pintu apartemennya.
"Masuklah," ujarnya setelah pintu ia buka dan membiarkan Jungkook berjalan mendahuluinya.
"Kenapa tidak satupun dari pesanku kau balas?" cercanya menghempaskan diri pada sofa panjang.
"Ada apa?" tanya Jiyeon tidak ingin basa-basi.
Pria itu menghembuskan nafas lelahnya, melirik Jiyeon yang masih berdiri dengan kedua lengan yang terlipat di dada.
"Kau akan pergi kemana?" Jungkook heran menemukan rumah Jiyeon tidak satupun tergantung apik figura foto yang biasanya menghiasai dinding biru langit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
hereinafter✔
RomanceSemenjak saat itu... langit tak lagi cerah, hujan hanya menyisakan basah yang menjelma menjadi luka.