"Belum mau pulang?" tanya Hoseok yang sudah lebih satu tahun menjadi teman kerja Jiyeon. Karena sebelumnya Jiyeon berada di tim yang berbeda dengan Hoseok. Tim Zooarcheologist membuat Jiyeon kehilangan banyak waktu untuk teman-temannya, karena sering kali gadis itu turun lapangan dan bisa menghabiskan berhari-hari sampai penelitiannya selesai. Dan akhirnya Jiyeon memberanikan diri untuk membicarakan rencana pemindahan dirinya pada atasan demi masuk di tim arkeolog sejarah, jadi gadis itu meneliti teks atau dokumen kendati acap kali berbaur dengan benda-benda kuno lainnya. Ia senang dengan pekerjaannya sekarang, dan empat orang yang berada di dalam timnya pun sangat hangat dan membantu.
"Sebentar lagi," sahut Jiyeon yang masih berkutat dengan kendi kuno dan kuas khusus di tangan kirinya.
Hoseok mengangguk dan mendudukkan dirinya di sudut meja yang kosong.
"Aku akan menunggumu kalau begitu."
Gadis itu tersenyum dan melirik Hoseok sejenak. "Akan kutraktir makan nanti."
Hoseok terkekeh kecil sembari menopang tangan kirinya ke atas meja, matanya lekat memperhatikan Jiyeon yang tengah fokus dengan kendi.
"Kuajak ke tempat yang paling mahal," ujarnya mencandai Jiyeon.
"Sudah kuduga," sela Jiyeon tanpa menatap lawan bicara.
Mereka tertawa dan pada menit ke tiga belas akhirnya Jiyeon menyelesaikan pekerjaannya.
"Pergi sekarang?" tanya gadis itu melepas sarung tangan dan jas putihnya.
"Ayo!" Hoseok terlebih dahulu keluar dari ruangan. Sementara Jiyeon mengemasi barang-barang dan mengambil sling bag-nya setelah merapikan pakaiannya sejenak.
••
"Sudah lima hari kau masuk kerja, bagaimana perasaanmu?" Hoseok sedikit menyinggung masalah pribadi Jiyeon.
"Aku rasa kabar percobaan bunuh diriku sampai hingga ke tempat kerja," lirih Jiyeon berjalan beriringan dengan Hoseok menuju cafe yang berada dekat dengan tempat kerja mereka.
Hoseok mengangguk jujur. "Aku memakluminya, meski tindakanmu salah. Tapi terkadang seseorang memang tidak bisa bertahan dengan posisi seperti itu."
Jiyeon tersenyum tipis, menghembuskan nafas sebelum berujar, "Pikiranku terlalu kacau saat itu."
"Aku bisa mengerti, sekarang jangan terlalu menutup diri lagi." Tangannya naik dan mengacak surai Jiyeon yang tergerai.
Gadis itu terkekeh kecil. "Yaah, Hoseok ternyata sudah dewasa ya?" Godanya ikut mengacak rambut legam Hoseok.
"Nanti kau akan bertemu dengan seseorang yang mampu memperbaiki hatimu."
Penuturan Hoseok mengalun masuk ke rungu Jiyeon. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kala ingatannya pada Taehyung menyeruak begitu saja.
Semenjak hari itu, Taehyung tidak pernah lagi muncul di hadapan Jiyeon hingga sekarang. Membuat Jiyeon terpenjara dalam rasa bersalah karena terakhir pertemuan mereka yang dirasa membuat Taehyung tersinggung dengan kalimat tajam yang Jiyeon lontarkan.
Gadis itu pun tidak berani bertanya pada Yeonsa tentang saudara laki-lakinya, bisa-bisa nanti Yeonsa berpikiran aneh tentang dirinya. Dan beberapa kali Jiyeon menyempatkan diri berkunjung ke toko Cheesecake mereka pun Taehyung juga tidak berada di sana. Membuat Jiyeon bertanya-tanya; apa ia harus meminta maaf karena berbicara sudah berbicara keterlaluan?
Berhari-hari Jiyeon terjebak dalam rasa menyesal dan selama itu pula pikirannya tidak tenang karena sosok Taehyung menggerayangi benaknya.
"Melamun hem?" Suara Hoseok mengangkat Jiyeon kepermukaan setelah tenggelam dengan lamunan yang menariknya cukup dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
hereinafter✔
RomanceSemenjak saat itu... langit tak lagi cerah, hujan hanya menyisakan basah yang menjelma menjadi luka.