Jiyeon langsung menyibukkan diri dengan pekerjaan kembalinya dari makan siang. Pikirannya terbagi antara Taehyung dan kendi kuno yang berada di tangan. Gadis itu berkali-kali menggeleng kuat untuk menepis ingatan tentang Taehyung dan wanita yang ia duga bernama Hyura tadi. Memfokuskan perhatiannya pada kendi kuno di hadapannya, Jiyeon mendesah kesal karena gagal. Gebrakan pada meja kayu berisi peralatan kerjanya pun ikut meramaikan kebisingan karena dihantam kedua telapak tangan kecil dengan begitu kuat. Gadis itu memejam dan mengendalikan emosinya.
Ketiga rekan tim-nya memandang dengan kekhawatiran. Sebab, Jiyeon yang dilanda emosi bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Cenderung menutup diri dan berakhir dengan mereka yang tidak bisa memahami. Jiyeon memang sulit dimengerti jika gadis itu memilih menarik dirinya sendiri. Meski setahun lebih telah bersama sebagai rekan kerja, Jiyeon masih saja tidak terbaca. Seolah gadis itu berpikir tidak ada yang bisa mengerti akan dirinya.
Dan mereka hanya memperhatikan Jiyeon yang keluar dari ruangan. Bersamaan dengan Jungkook yang baru saja masuk dan menatap Jiyeon yang melewatinya tanpa menyapa.
Ketiganya pun langsung menyibukkan diri saat mendapati pandangan Jungkook beralih pada mereka bertiga.
"Apa yang terjadi?" Suara Hoseok menjadi yang pertama memecah keheningan selepas Jungkook pergi dan menutup pintu ruangan kembali.
Seokjin menggeleng, sementara Jimin menekuk wajahnya seperti mengerti kenapa Jiyeon bersikap seperti tadi. Karena pertanyaan mendadak Jiyeon pagi tadi jelas sekali menganggu fokus gadis itu saat bekerja, diperparah sepulangnya mereka dari acara makan siang bersama.
••
Kedua telapak tangannya menampung air yang mengucur dari keran wastafel. Membasuh wajah lelahnya dua kali dan menatap cermin di hadapannya. Ia tidak bisa mengelak jika hatinya teramat sakit dengan pemandangan Taehyung bersama wanita lain. Tapi kalimat Jungkook waktu itu terasa kuat.
Taehyung memang tidak pernah meminta Jiyeon untuk menjadi kekasihnya, tapi Taehyung pernah menawarkan pernikahan yang belum Jiyeon jawab hingga sekarang lantaran pria itu tidak pernah lagi mengulanginya. Semenjak saat itu Taehyung memang tidak pernah mengatakan tentang pernikahan hingga sekarang. Kenapa?
Sekali lagi helaan nafas berat keluar dari belah bibirnya. "Tidak! Itu tidak mungkin. Mereka hanya berteman atau wanita itu salah satu teman lama Taehyung yang tidak sengaja bertemu," ucapnya meyakinkan diri sendiri. Berusaha positif meski logika dan hatinya bekerja sama untuk menentang pemikiran positif Jiyeon.
Menyeret kakinya keluar dari toilet, Jiyeon cukup terkejut melihat Jungkook yang bersandar pada dinding. Seolah sengaja menunggunya.
"Tugas lapangan," ujarnya santai. Abai dengan kerutan di dahi Jiyeon yang bingung memproses ucapannya.
Tidak peduli dengan wajah bingung Jiyeon yang masih basah pun Jungkook menggapai tangan gadis itu dan menariknya pergi. "Tu-tunggu! Tas dan ponsel—"
"Tidak perlu," potongnya cepat tanpa memelankan langkah kakinya hingga mereka berdua masuk ke dalam lift.
Jiyeon yang dalam keadaan malas berdebat pun hanya pasrah. Bersandar pada dinding lift yang dingin sampai benda metal persegi itu berhenti dan dentingan pintu lift yang terbuka. Kakinya menyusul Jungkook yang sudah terlebih dahulu keluar.
Beruntung cuaca teramat sejuk pukul tiga sore ini. Gadis itu paling membenci mendapat tugas lapangan saat berada di bawah teriknya matahari. Terlebih suasana hatinya yang buruk. Sudah dipastikan pekerjaannya akan terganggu dan berdampak pada hasil yang ia dapat.
Mereka sekarang berada di dalam mobil milik Jungkook. Keheningan menemani mereka sepanjang perjalanan hingga kini pria itu menghentikan mobilnya tepat di depan sungai Han.
KAMU SEDANG MEMBACA
hereinafter✔
RomanceSemenjak saat itu... langit tak lagi cerah, hujan hanya menyisakan basah yang menjelma menjadi luka.